Ringkasan
Vina kerap dihinggapi perasaan was was dan cemas. Ia selalu dihantui perasaan bersalah. Tapi ada sebuah kekuatan yang seperti nya terus menghantui dan melekat di diri Vina. Vina bisa meramalkan keadaan yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan halusinasi nya. Namun ia juga bisa merubah keadaannya dimasa yang akan datang dengan masuk kedunia halusinasinya. Beberapa kali ia bisa membatalkan musibah yang akan terjadi dengan masuk kedunia halusinasinya. Namun setiap ia merubah masa depannya ia akan rontok rambutnya segenggam dan mukanya akan muncul tompel hitam sebesar uang logam.
Bab 1. Halusinasi Musibah Burhan
"Vina ... vina sini sayang"
Teriak Mommy dari ruang depan.
Vina gadis cantik umur 9 tahun. Ia seperti gadis pendiam, introvert. Sering menyendiri. Namun ia kerap melihat bayangan hitam di cermin dan dipojok kamarnya. Entah mengapa. Tapi akhir akhir ini ia sering mengalami pusing sendiri. Dan mommynya memanggil. Sejenak ia merapikan baju didepan cermin kamarnya.
Muncul lagi bayang bayang hitam itu. Kini jelas bayang bayang hitam itu berubah menjadi orang.
Vina kaget bukan main.
"Vina kamu jangan ikut om Burhan, dia akan mengalami kecelakaan di puncak"
Begitu seorang wanita tua dari dalam cermin memberitahukannya.
Vina heran. Apa hubungannya dengan om Burhan. Ia jarang bertemu dengan om Burhan sudah bertahun tahun.
Lalu ia menghampiri ruang tamu.
"Sayang ... ini om Burhan mau mengajak kamu ke puncak sayang"
"Degg"
Bathin Vina kaget. Apa yang barusan didengarnya sama percis dengan apa yang didengar wanita tua itu di cermin.
"Eu anu maaf mah ... Vina gak mau ikut"
"Kenapa sayang, sudah jauh jauh Om Burhan kesini dia ingin ajak kamu ke puncak sayang, om Burhan itu yang jagain kamu waktu kamu masih umur 2 tahun. Sekarang ia kangen sama kamu pengen jalan jalan sama kamu"
"Oh gitu, maaf mah mungkin lain kali"
"Memangnya ada apa?"
"Hari senin mau ada ujian mah"
"Hemmzz gimana burhan, anak tante katanya mau ada ujian"
"Ya udah tante. Lain kali aja gak apa apa"
"Jadi kamu gak jadi ke puncaknya?"
"Ya jadi dong" ujar Burhan
"Jangan ...."
Teriak Vina.
"Kenapa sayang kok jangan? Kok kamu larang?"
"Jangan ke puncak, eu ... anu .. eu macet"
"Oh gitu kirain ada apa"
"Iya Burhan kalau malam minggu atau minggu malam itu biasanya macet puncak"
"Tapi ya bagaimana. Itu satu satunya jalan"
"Eu sebaiknya jangan om ... katanya lagi rawan"
Vina berusaha memberikan alasan.
"Tapi om harus pulang sayang"
Tampak Vina agak cemas. Apakah ia harus bilang ke omnya perihal halusinasinya.
"Kenapa kamu sayang kok kamu seperti yang khawatir?"
Mamahnya, Nenda, menanyakan dengan serius.
"Gak apa apa mah"
"Om Burhan itu sudah biasa Vina perjalanan lewat puncak. Kalau lewat jalur lain akan memakan waktu berkali lipat..
"Iya tapi bahaya mah"
"Bahaya kenapa sayang?" Mommynya ingin penjelasan tambahan.
"Ia Vina, memang jalan puncak yang mesti om tempuh. Kalau lewat jalur lain akan lebih lama lagi".
"Ya udah terserah om, Vina cuma nyampein"
"Ya udah doain aja om ya"
"Iya om"
"Ya udah tante Nenda ... Vina... om pergi dulu ya..."
"Iya om hati hati ya ..."
Ulas senyum Nenda dan Vina.
Mereka mengantar Burhan sampai mobilnya. Mobil jeep ia kenakan. Sungguh Burhan seorang yang ganteng dengan mobilnya tampak macho. Nenda juga memberikan oleh oleh khas Sukabumi.
"Burhan telpon tante ya kalau ada apa apa"
"Iya tante..."
"Salam sama oma dan opa. Maafin tante belum bisa kesana"
"Iya Tante"
"Ini buat kamu sayang"
Burhan memberikan uang 100 ribu ke Vina.
"Gak usah om"
"Eh pamali, jangan nolak rejeki"
Burhan setengah memaksa.
"Ya udah makasih om"
Merekapun melambaikan tangan kearah Burhan. Burhan melesatkan mobilnya.
Namun ada perasaan was was dari Vina. Apakah halusinasi nya akan berbuah kenyataan. Kalau terjadi ia akan merasa bersalah tidak menceritakan halusinasinya.
"Ayok sayang kita makan dulu"
Ajak Nenda pada Vina.
"Iya mah"
Nenda waktu itu hanya tinggal berdua saja. Sementara suaminya tengah bersama istri mudanya. Memang suami Nenda berpoligami. Dan Nenda mengijinkannya. Karena kalau dilarangnya, suaminya bisa saja jajan diluar. Nenda menganut tidak mengapa suaminya punya istri lagi asalkan perhatian kepada dirinya dan anaknya, Vina, juga anak anak lainnya Ika dan Tita juga tak berkurang. Ika. Ika lagi sekolah PAUD di tempat neneknya di Bandung, sementara Tita sedang kursus D1. Nenda bersama Vina saja berdua yang sekolah di SD kelas 3.
Tak henti hentinya Vina melihat kearah Cermin. Ia hendak bertemu kembali dengan wanita tua itu. Namun ia bingung bagaimana memanggil wanita tua itu.
Iya coba baca baca buku tentang memanggil arwah. Tapi belum juga selesai membacanya tiba tiba ia mendengar sahutan ibunya.
"Vinaaa ... vinaa, ayok cepat makan"
Vina bergegas merapikan lagi meja belajarnya. Karena iapun sudah lapar.
Sajian ikan patin kegemarannya disuguhkan ibunya untuk anaknya.
"Wah ikan patin mah"
"Iya kesukaan kamu"
"Iya mah makasih mah"
Suaminya Nenda, Nani Mulyadi menelpon.
"Hallo mah gimana kabarnya?"
"Baik, papah dimana?"
"Masih di Bandung"
"Ciyeee ciyeee dikeukeupan wae awewena"
(Ciyeee ciyeee dipelukin terus ceweknya)
Nenda agak cemburu.
"Ah tong sok kitu. Henteu ieu keur neang kulkas"
(Ah jangan begitu. Enggak ini lagi nyari kulkas)
"Baruk eta awewe arek dibere kulkas? Gaya loba duit euy, menta euy"
(Masa itu perempuan mau dikasih kulkas? Gaya banyak duit dong, minta dong)
"Enya engke dipangmeulikeun, jang mamah mah spesial"
(Iya nanti dibeliin, buat mamah sih spesial)
"Preeett ah"
"Kumaha neng Vina cageur?"
(Gimana neng Vina sehat?)
"Alhamdulillah tadi aya mamangna, Burhan kadieu, tadinamah arek dibawa ka puncak, tapi embungeun si neng Vina na"
(Alhamdulillah tadi ada pamannya, Burhan kesini, tadinya mau dibawa ke puncak, tapi gak mau si neng Vinanya)
"Baruk si Burhan kadinya ... enya atuh embungeun mah tong dipaksa"
(Masa si Burhan kesitu ... Iya dong kalau gak mau ya jangan dipaksa)
"Pih mawa oleh oleh nyak, iraha papih arek uih?"
(Pih bawa oleh oleh ya, kapan papih mau pulang?)
"Minggu pageto ... masih aya urusan"
(Minggu lusa ... masih ada urusan)
"Kela pih, ieu si Burhan telpon, arek disambungkeun bareng?"
(Sebentar pih, ini si Burhan Telpon, mau disambungin sama sama?)
"Nya sok"
(Iya dong)
Lalu nenda menyambungkan telpon dengan confference.
"Hallo tante ... aku kecelakaan tante"
"Astaga kenapa Burhan ... kok bisa?"
"Iya tadi ditabrak truk dari belakang"
"Degg"
Vina mendengar mommynya teriak ia langsung keluar kamarnya.
"Ada apa mih"
"Ini si om Burhan kecelakaan"
"Hah ... kok bisa"
"Iya"
Mereka video callan
"Burhan maneh kacilakaan?"
(Burhan kamu kecelakaan?)
Sahut papihnya Vina.
"Iya pih ... di puncak piiih"
"Kade atuh Burhan ... papih melang yeuh, tapi teu kunanaon ?, eta sirah nyeuri teu meni lambokot ku getih"
(Awas dong Burhan ... papih khawatir nih, tapi gak apa apa? Itu kepala sakit gak, ya ampun banyak darahnya)
"Nya nyeuri atuh piih"
(Ya sakit dong piih)
Burhan banyak darah dikepalanya. Vina kaget. Terlebih ia sudah diperingatkan nenek tua itu. Ternyata kejadian juga.