Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Babak Pitu (7)

Queeny pov

Sebenarnya gue sudah kapok bawa keluarga hina dina itu jalan~jalan ke mal. Membuat malu dan merendahkan derajat gue! Tapi bokap dengan sadisnya menyuruh gue melayani mereka. Hari ini gue disuruh mengantar Simbok membeli oleh~oleh buat tetangganya di kampung. Gue antar dia ke toko pusat oleh~oleh, tapi dia tak membeli apapun.

"Mahal nduk! Golek sing murah wae. Pasar ada ndek mana1?" tanyanya sambil mengisap susurnya.

1Mahal Nduk! Cari yang murah saja. Pasar ada dimana?

Ck, ke pasar? Becek, panas, kotor dan bau. Najis gue!

"Udah Mbok beli aja. Ntar gue yang bayarin," kata gue tak sabar.

"Eman duitne2 Nduk. Wes pasar ae. Simbok mau beli daster batik."

2 Sayang uangnya

Ck! Keras kepala sekali, Simbok ini. Ingin gue menendangnya kalau tak ingat etika!

"Queeny, lo sama siapa?" sapa seseorang.

Anjirr, gue didatangi Maya and the gang. Dia menganggap gue musuh bebuyutannya sejak cowoknya mengejar gue and gue jadikan lover of the month gue.

Hampir gue menyeplos 'pembokat gue' tapi gue tak tega saat melihat wajah polos Simbok. Akhirnya gue berkata, "bukan urusan lo!"

Maya tersenyum sinis.

"Gue dengar lover of the month lo yang terbaru sangat memukau. Sudah kampungan, norak, udik pula. Memang sesuai sama level lo, gadis murahan!"

Darah gue mendidih mendengar perkataan berbisa gadis devil ini. Ingin gue gampar si Jalang ini! Tapi belum sempat gue melakukannya, Simbok maju duluan dan menjitak kepala si Maya!

"Ngomong ora dipikir! Dadi wedok3 iku sing santun."

3 Perempuan

Maya melotot geram.

"Beraninya lo tua bangka mukul gue! Gue hajar tau rasa!"

Pletak! Simbok memukul kepala Maya lagi.

"Karo wong tuwa yo santun. Yaoloh anak jaman saiki4!"

4 Sama orang tua yang santun. Yaoloh anak jaman sekarang!

Simbok mengelus dadanya.

Maya semakin marah, ia melayangkan tinjunya kearah Simbok. Untung gue keburu menahan tangannya.

"Lo berani menyentuh orang ini, kelar hidup lo!" ancam gue pedas.

Maya tertawa sinis.

"Lo pikir gue takut? Dasar wanita jalang! murahan! Bajingan te.."

Plak! Simbok menampar mulut Maya.

"Kamu sing murahan! Dijual diskon ae ora payu5! Ojo menghina calon mantuku! Dee jauh luwih terhormat dibanding pean."

5 Tidak laku

Pembelaan Simbok membuat gue tercenung, dia tak terlalu mengenal gue tapi dia sudah membela gue segitunya. Mengapa gue selalu menyakiti orang sebaik ini? Yang lalu saat gue memberi makanan super duper kacau, mereka semua makan dan murus~murus kecuali si Udik. Dan gue tertawa di atas penderitaan mereka. Kini bukannya dendam, Simbok malah membela gue.

"Guys, hajar mereka!"Maya memerintah gangnya.

==== >(*~*)< ====

Dua puluh menit kemudian..

Gue dalam perjalanan pulang bersama Simbok. Wajah kami ada yang lebam, terutama Simbok yang banyak melindungi gue. Namun kami memenangkan pertarungan tadi. Ck! Gue tak menyangka Simbok ternyata jago kelahi. Pantas Bapak takut padanya.

Simbok tertidur ngorok dalam mobil. Gue asyik mengamatinya dengan hati galau. Secara nyokap gue telah lama meninggal, sejak gue berumur duabelas tahun. Gue sudah lama tak merasakan kasih sayang seorang mama. Hari ini gue berasa seakan dibela mama gue.

Entah mendapat dorongan darimana, gue merebahkan kepala gue di pangkuan Simbok. Terasa nyaman. Diluar dugaan gue, jarit Simbok yang kumuh berbau wangi, menyerupai bau bunga lavender. Kemudian Simbok mengelus~elus rambut gue, gue jadi semakin nyaman. Gue memejamkan mata gue, menikmati kelembutan sentuhan Simbok.

"Non, udah sampai."

Mang Ujang udah memarkir mobil didalam garasi.

Gue menatap Simbok dengan perasaan kacau balau. Mengapa gue bisa memiliki perasaan seperti ini pada perempuan udik ini? Gue sungguh bingung.

"Masuk, Nduk," ajak Simbok.

"Simbok masuk dulu gu ... aku mau pergi dulu, ada urusan!"

Gue melarikan diri, karena ingin menghapus perasaan yang mulai tumbuh ini. Gue pergi ke klab, minum sampai mabok! Gue ingin kembali seperti dulu, persetan dengan perasaan ini!

Saat sampai di rumah, gue berjalan dengan langkah berat, mata juga berasa berat. Yang mana kamar gue? Gue meraba~raba dengan mata terpejam. Rasanya yang ini. Gue membuka pintunya dan langsung merebahkan diri ke ranjang.

Dingin banget! Gue tarik selimut untuk menutupi tubuh gue. Eh, mengapa selimutnya tertarik kesamping? Gue kembali menarik selimut itu kearah gue.

Setelah itu gue jatuh terlelap.

==== >(*~*)< ====

"Auwwww!"

Siapa yang pagi~pagi begini berteriak hisreris seperti tarzan?! Masa bodo! Gue menutup telinga gue dan menarik selimut gue lagi.

Brak!! Pintu kamar gue dibuka dari luar. What the hell! Siapa yang kurang ajar mendobrak pintu kamar gue? Gue membuka mata dan syok melihat Papa, Simbok, Bapak menatap gue horor.

"Queeny, apa yang kamu lakukan disini?!" bentak Papa marah.

"Ngapain sih, Pa? Tentu saja tidur," jawab gue kesal. Sudah jelas, masih tanya! Kemudian gue menyadari satu hal, eh beberapa hal.

Pertama, gue cuma memakai pakaian dalam, dan baju gue bertebaran di lantai. Mungkin gue yang melepasnya sebelum rebahan di ranjang. Kedua, ini bukan kamar gue! Ini kamar tamu di sebelah kamar gue. Bukannya yang menempati ....

Ketiga, gue melirik sebelah gue. Si Udik menatap gue ketakutan dengan mata sembab. Cih, seperti habis diperkosa saja!

"Ngapain lo gitu amat?" bentak gue kesal. Ekspresinya itu bisa menyebabkan orang salah paham!

"Nang, kamu abis di apakno pembantu sebelah iki?" tanya Bapak polos tapi nyelekit.

"Simbok!!" jerit Udik sambil berlari memeluk ibunya.

Papa menatap gue seakan gue ini pendosa akut.

"Queeny apa yang kamu lakukan hingga Udin ketakutan gitu?" tanya Papa dingin.

"Queeny gak ngapa~ngapain kok Pa! Suer, Pa. Queeny cuma mabok dan salah masuk kamar ...."

Ucapan gue berhenti seketika saat menyadari tatapan sadis Papa yang ditujukan pada gue. Shit!! buat apa gue ngomong mabuk segala?

"Pean harus tanggung jawab Mbak Pini!!" tuntut Udik tiba~tiba.

"Tanggung jawab, apaan?! Gue gak ngapa~ngapain lo! Adanya yang rugi juga gue," balas gue tak mau kalah.

"Tapi kita wes turu6 sak ranjang Mbak. Aku wes ternoda. Pean wes ambil perjaka ting ting ku!"

6 tidur

What the hell!! Cowok udik ini sudah gila, apa?! Dunia sudah terbalik, rupanya! Bukan cuma dia, Papa juga ikutan gila.

"Queeny kamu harus belajar bertanggung jawab. Papa tak bisa membiarkan kamu seenaknya lagi! Kamu harus menikahi Udin. Sebulan dari sekarang!"

Ultimatum itu membuat gue terdiam saking syoknya.

"Pak Sentot dan Bu Sri, saya melamar anak kalian. Udin Bin Slamet untuk anak saya Queeny. Kalian menerimanya kan?"

"Yo wes piye Pak, yo terpaksa diterimo. Lah wong wes kadung7 basah. Udin yo wes ternoda ngene," jawab Bapak pasrah.

7 terlanjur

Ini penistaan buat gue. Gue merasa seperti penjahat kelamin! Awas lo, Udik! Gue akan membuat lo menderita. Pokoknya gue tak akan berdiam diri!

==== >(*~*)< ===

tbc

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel