Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 Hashishiyyin

Koma menarik napas panjang dan mengepalkan tangannya keatas.

Dia berhasil juga menyelesaikan rumah kayunya. Sebuah ruangan kecil yang terdiri dari 3 kamar saja. Kamar depan, tidur, dan mandi. Kamar depan sekaligus menjadi dapur, kamar perlengkapan dan semua kegiatan yang akan dia lakukan.

Kamar tidur hanya berukuran kecil dan sempit sesuai dengan ukuran badannya saja, tak lebih. Sedangkan kamar mandi, Koma membuat sistem sanitasi yang langsung mengarah ke laut. Entah bagaimana caranya.

Tapi, sesederhana apapun tempat ini, Koma puas dengan semuanya. Karena inilah miliknya sendiri yang pertama.

Beberapa tahun lalu, Koma menyadari adanya titik kamera tersembunyi di dalam gedung Dormitory yang digunakan untuk tempat tinggal para Kandidat.

Sejak itu, Koma juga terobsesi untuk melepaskan diri dari pengawasan mata Pengurus yang memperhatikan mereka selama 24 jam sehari sepanjang waktu. Perasaan yang selama ini mungkin normal bagi para Kandidat lain, perasaan merasa diawasi oleh sesuatu sepanjang waktu, sangat tidak mengenakkan bagi Koma.

Koma berusaha melepas dirinya dari rasa itu.

Itulah alasan kenapa dia menyusuri tepi Hutan dan Pantai sebelum akhirnya menemukan tempat ini. Sekalipun Koma tahu kalau akan susah sekali bagi Pengurus untuk menempatkan kamera pengawas di sini, tapi Koma tetap dengan tekun dan teliti menyisir area ini sebelum memutuskan untuk menggunakan tempat ini sebagai tempat tinggalnya.

Itulah kenapa selama dua hari ini, sejak Koma meninggalkan Komplek setelah mendeklarasikan permusuhannya dengan Tim Koga, dia sangat bahagia. Kepuasan yang dia rasakan, rasa nyaman yang kini dia nikmati, semuanya lebih baik dari yang dia bayangkan sebelumnya.

Perasaan dimana kita seolah-olah merasa diawasi terus menerus yang selama bertahun-tahun ini dia rasakan menghilang. Tidurnya tadi malam adalah tidur ternyenyak dan ternikmat seumur hidupnya. Ketika membayangkan kalau dirinya akan kembali merasakan betapa nyenyak dan nyaman tidurnya malam ini, Koma tak bisa berhenti tersenyum.

Bocah Bule yang selama ini sebenarnya merasa tertekan dan selalu phobia dengan semua kehidupan di dalam Komplek, kini tersenyum dengan riang. Dia hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada dan kaki sambil berjalan menyusuri sungai.

Tak ada kaos yang menutupi badannya. Kulit putih dan tubuh berotot itu terlihat basah oleh keringat karena pekerjaannya sedari pagi. Tapi dia tersenyum senang. Bagaikan bocah kecil yang kini menemukan mainan barunya, Koma meloncat ke arah sungai dan menghunus sebuah belati kecil sambil mengarahkan pandangannya ke dalam sungai yang tak terlalu dalam itu.

“Itu dia! Maafkan aku, tapi pagi ini, kau sarapanku,” teriak Koma dan melemparkan belatinya ke arah ikan yang menjadi targetnya.

Beberapa detik kemudian, sang Ikan sudah terkapar di dasar sungai yang tak seberapa dalam itu. Bagian dasar sungai yang tertutupi oleh campuran batu halus dan pasir pantai yang dibawa dari arah laut tampak sedikit berubah keruh karena campuran darah yang keluar dari tubuh ikan yang terkena lemparan belati Koma.

Byurrrrrr.

Koma yang tadi melompat di atas sungai, kini masuk ke dalam, dengan cekatan, dia mengangkat ikan seukuran telapak tangan itu.

Koma lalu membawa ikan itu dan membuat sebuah perapian kecil dari kayu kering yang banyak terdapat di sekitar sini. Tak berapa lama kemudian, aroma harum dan menggoda selera ikan bakar tanpa bumbu ala Koma tercium memenuhi tempat ini.

Koma menikmati ikan bakar yang gurih dan lezat itu. Seorang diri, tapi Koma tak pernah kesepian. Karena memang inilah jalan hidup yang dia pilih.

Koma lalu membuang tulang dan sisa makanannya ke dalam sungai di bagian hilir yang mendekati laut. Siapa tahu makanan sisanya bisa menjadi sumber makanan bagi mahluk hidup lain.

Koma yang masih bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek itu lalu memegang kedua buah belati yang ada di pinggangnya. Senyuman Koma terlihat pelan-pelan menghilang, kini hanya ada dirinya dan dua buah senjata di genggaman tangannya.

Lalu tiba-tiba, bayangan Koma menghilang dan dalam hitungan sepersekian detik. Dia sudah muncul di depan pohon yang terletak beberapa meter di depannya dan menancapkan belatinya ke bagian pohon yang memiliki tanda lingkaran putih.

Koma lalu kembali menghilang dan sesaat kemudian, dia sudah muncul tak jauh dari tempat tadi dia berdiri. Keringat mengalir deras di seluruh permukaan tubuhnya. Sekalipun terlihat sederhana, tapi apa yang Koma lakukan tadi sangatlah susah dan berbahaya.

Koma menarik napas dalam, setelah itu, bayangannya kembali menghilang dan kali ini, Koma kembali muncul di sebelah pohon tapi tangannya kembali menancapkan belati ke titik lingkaran yang lebih rendah dari yang pertama tadi.

Bayangan Koma kembali menghilang.

Koma kini terlihat lelah sekali dengan napas yang jauh berbeda. Dia terlihat begitu kelelahan dan bahkan sedikit limbung. Tapi Koma mengatupkan rahangnya. Lalu bayangan Koma kembali menghilang dan seperti tadi dia sudah berdiri di depan pohon dan menusukkan belatinya ke arah lingkaran dalam pohon yang terletak paling rendah.

Setelah itu, Koma menghilang kembali dan tiba di tempat dia berdiri tadi. Ketika sampai disana, Koma langusung terjatuh rubuh ke atas rerumputan.

Koma berusaha mengatur napasnya dan mengembalikan kekuatannya.

Instant movement.

Konsep gerakan super cepat yang dia pelajari dari sebuah buku kuno yang dia bahkan tak tahu ditulis tahun berapa.

Buku itu bercerita tentang sebuah keluarga, sebuah sekte yang mendidik anggota keluarga mereka menjadi sekelompok pembunuh yang bergerak dengan memanfaatkan kegelapan, kecepatan dan kelengahan musuhnya.

Sekelompok orang yang disebut Hashishiyyin oleh bangsa Arab atau Hashashiyan oleh bangsa Persia.

Assassin.

Nama yang berganti makna dari Asasiyyun yang berarti orang yang berpegang teguh kepada asas atau dasar keimanan menjadi gerombolan pembunuh bayaran.

Jika Gama begitu tertarik untuk kembali menghidupkan konsep sang pembunuh dalam kegelapan dari Jepang, Ninja. Maka Koma juga begitu berniat untuk menghidupkan kembali konsep sang pembunuh dari Timur Tengah, Assassin.

Gama terjebak dengan ketertarikannya untuk mewujudkan konsep Ninja dengan segala pernak-pernik alatnya sehingga memaksa dia untuk menciptakan body armor yang justru membuat dia melenceng dari jalan Ninja yang sebenarnya.

Koma, mengandalkan tubuh dan kepalanya untuk mempelajari kembali teknik serangan Assassin tempo dulu, membawanya menjadi petarung hanya mengandalkan dirinya sendiri dan sebuah belati di tangan.

Murni mengejar penyempurnaan teknik yang berumur ratusan atau bahkan ribuan tahun dengan memanfaatkan kelebihan fisik dan otak yang dia miliki.

Dua buah jalur yang berbeda dengan tujuan yang sama.

Koma masih terkapar kelelahan dan berusaha mengembalikan staminanya.

Tiga kali.

Koma hanya mampu melakukan instant movement yang dia latih sejak dulu sebanyak tiga kali berturut-turut setelah itu tubuhnya akan kehabisan energi bahkan tak akan bisa digerakkan lagi selama satu jam.

Itu artinya, dalam pertarungan, Koma hanya bisa menggunakan kemampuan Assassin miliknya ini sebanyak dua kali. Kecuali pada saat dia harus mempertaruhkan nyawanya di saat kritis dan dia yakin kalau tak ada lagi musuh yang akan menyerangnya, Koma bisa melakukan serangan ketiganya.

Setelah berbaring di rerumputan selama satu jam, dengan perlahan Koma berjalan menuju ke sungai yang berada tak jauh di dekatnya. Tanpa berpikir, Koma menceburkan diri ke dalam air sungai yang jernih dan bersih itu.

Rasa segar yang dia rasakan di sekujur tubuhnya, kembali membuat Koma menjadi bersemangat lagi.

Satu jam terbaring di rerumputan, setengah jam berendam dalam air sungai yang segar, akhirnya stamina Koma pulih kembali.

“Lagi,” gumam Koma pendek.

Lalu bayangan Koma menghilang dan tiba-tiba dia sudah muncul di sebelah pohon yang memiliki tanda lingkaran putih yang menjadi sasaran Koma.

Di dalam lingkaran putih itu sendiri kini terdapat satu bekas baru diantara puluhan bahkan mungkin ratusan bekas tusukan belati, menunjukkan jumlah latihan keras yang dilakukan oleh Koma di tempat ini.

Sendirian. Tanpa henti. Penuh dedikasi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel