Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1 Profesi Baru Bos Baru (2)

“Baik bu!” ujar mbak Tini sambil menatap sebentar ke wajah Arya yang dalam hatinya mbak Tini bergumam kalo menurutnya Arya terlalu ganteng untuk menjadi Supir karena melihat perawakan Arya yang putih bersih berwajah tampan dengan hidung mancung rambut cepak seperti tentara nampak seperti sosok artis Adjie Massaid. Bibir Arya juga terlihats seksi untuk ukuran seorang laki-laki.

Setelah mbak Tini berlalu pergi dari ruang tengah itu. Ibu Sonya yang tadi masih berdiri akhirnya duduk di hadapan Arya dengan posisi kaki yang satu memangku kaki yang lain sehingga baju bagian bawah baju tidur itu lumayan tersingkap sehingga bagian betis dan paha mulus dan putih milik Ibu Sonya terpampang dengan indahnya. Mata Arya terbelalak melihat kemulusan dan kemolekan tubuh bakal majikannya itu.

“Hei..kenapa kamu bengong liat aku kayak begitu?” tanya ibu Sonya membuyarkan lamunan Arya.

“Owhhh...ma..maaf bu!” ucap Arya agak gelagapan karena ibu Sonya tadi nada suaranya agak membentak dan nadanya tedengar tinggi terkesan orang yang sedang marah. Dalam hati Arya bergumam, “Waduh, meski cantik gini kayaknya ibu Sonya galak juga ini!”

“Sekarang aku mo tanya tentang kamu Arya! Benarkah kamu yang DM aku kemarin ini di Instagram?”

“Ya benar, itu saya bu!”

“Hemm...aku liat-liat seharusnya kamu lebih cocok jadi model, bukan sopir!” ucap ibu Sonya dengan wajah datar tapi sambi menatap tajam ke wajah Arya.

Arya tak berani menjawab uacapan ibu Sonya itu.

“Kamu umur berapa sekarang?”

“25 Tahun bu!”

“Sudah menikah?”

“belum bu!”

“Pacar?” selidik ibu Sonya

Arya agak lama untuk berpikir menjawab pertanyaan bertubi-tubi ibu sonya itu.

“Ehmmm....pernah punya bu di kampung tapi gak lanjut!” ucap Arya sambil malu-malu dengan wajahnya setengah menunduk tak berani menatap wajah cantik tapi dingin itu di hadapannya.

“Emang kampung kamu dimana?” tanya ibu Sonya lagi.

“Jogja bu!”

“Sebelum ini kamu kerjaannya apa?” tanya Ibu Sonya lagi

“Saya bantu-bantu ibu dan bapak saya jualan sayur di rumah bu!”

“Lalu darimana kamu bisa belajar bawa mobil?”

Tiap pagi saya bawa mobil bak terbuka sewaan dengan tetangga untuk ke pasar besar di jogja bu untuk membeli banyak sayuran untuk kami bawa ke desa kami bu!” ucap Arya memberikan penjelasan.

“Lalu, apa harapan kamu kalo beneran keterima kerja dengan saya sebagai sopir?” tanya Ibu Sonya lagi

“Saya pengen banget kirim uang ke ortu saya bu dan pengen banget nabung untuk kuliah!” ujar Arya memberikan penjelasan. Ibu Sonya pun sedikit mengangguk-angguk mencoba memahami keinginan baik Arya itu.

“Ok, kalo kamu memang serius pengen kerja dengan saya, kamu harus ikuti semua perintah saya yah!’ ucap ibu Sonya dengan wajah serius.

“Baik bu, saya akan berusaha memenuhi harapan ibu selama saya kerja dengan ibu!”

“Nah, jadwal kamu untuk jadi sopir pribadi saya adalah mengantar ke kantor dan kembali ke rumah selama 5 hari kerja yaitu Senin hingga Jumat!” Ucap ibu Sonya memberikan penjelasan detil tentang tugas Arya tiap pekannya.

“Baiklah kalo begitu sekarang kamu akan diantar mbak Tini ke kamarmu!” Ibu Sonya pun berjalan ke arah belakang untuk memanggil mbak Tini. Tak lama kemudian mbak Tini datang dengan tergopoh-gopoh.

“Iya bu, ada apa bu?” tanya mbak Tini sambil setengah menunduk ke arah ibu Sonya.

“Antarkan mas Arya ini ke kamarnya ya!”

“Owh, baik bu!” ucap mbak Tini sambil langsung mengajak Arya mengikuti arah jalannya.

Ibu Sonya pun kembali menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas untuk beristirahat karena waktu sudah menunjukkan pukul 19 malam.

“Ayo mas Arya, aku tunjukin kamarmu yo mas!” ajak mbak Tini

Sambil berjalan di lorong rumah besar dan mewah itu Arya kembali terbengong-bengong melihat seisi rumah itu. Tak berapa lama ia telah sampe diantar oleh mbak Tini ke depan pintu kamar untuk Arya.

“Nah, ini mas Arya kamar kamu!” sambil ia membukakan pintu kamarnya. Saat terbuka Arya kembali terpana karena kamarnya itu menurutnya cukup besar dan cukup mewah baginya dengan cuma sebagai sopir di rumah itu.

“Kalo sebelah itu kamar siapakah?” tanya Arya karena di sebelah kamarnya ada pintu kamar lainnya.

“Kalo itu kamar pak Dirman ,mas!’ ucap mbak Tini sambil tersenyum simpul. Arya agak aneh melihat wajah dan gelagat mbak Tini ketika menyebut nama pak Dirman tadi.

“Monggo mas Arya, silakan beristirahat saja dulu di kamarnya mas ini!” pinta mbak Tini sambil ijin kembali ke dapur melanjutkan pekerjaannya disana.

“Terima kasih mbak Tini!” ucap Arya dan ia langsung memberesi tas besar berisi beberapa pakaian yang ia bawa dari kampungnya di Jogja sana. Arya pun merebahkan tubuhnya di kasur yang lumayan besar untuk dirinya yang cuma seorang diri di kamar itu. Karena mungkin kelelahan setelah habis menjalani perjalanan cukup jauh dari Jogja ke Jakarta ini membuat Arya pun akhirnya tertidur di kasur itu.

Sekitar pukul 21 malam ada suara ketokan pintu dari luar kamar Arya.

“Tok...tok...tok..mas Arya!” Arya pun terbangun dari tidurnya karena bunyi ketokan cukup keras dan berulang kali sehingga cukup bisa membangunkan Arya yang terlelap tidurnya tadi.

Arya terbangun dalm kondisi agak gelagapan karena ia belum sadar sepenuhnya dan sesaat cukup bingung kala membuka matanya ia merasa ada di kamar yang cukup asing baginya.

“Aku mimpi atau apa ini ya? Koq kamarku bagus dan besar begini?” ucap Arya dalam hati sambil menatap sekeliling kamar itu dan ia pun masih bingung sedang berada dimana.

“Mas Arya, makan dulu mas. Ini aku mbak Tini!” ucap suara di balik pintu kamar Arya.

Arya pun baru tersadar kalo ia sekarang sudah tinggal di rumah sang majikan barunya yaitu rumah ibu Sonya.

“Owh, yayaya...sebentar mbak Tini! Aku bukakan dulu pintunya!” seketika Arya bangun dari rebahannya dan meloncat dar kasur lalu menuju daun pintu membukakan pitu untuk mbak Tini yang ternyata sudah membawa baki berisi air minum segelas dan sepiring makanan.

“Wahhh...mas Arya kayaknya tidurnya lelap banget toh yo? Hehehe!” ucap mbak Tini melihat wajah Arya yang masih agak berantakan rambutnya setelah bangun tidur tadi.

“Ehhh...iyy...iyya mbak Tini, kayaknya aku benar-bentar kecapean setelah perjalanan jauh dari kampung menuju kesini. Jadinya tadi gak sadar kalo aku benar-benar terlelap di kamar,” balas Arya sambil mengucek-ucek matanya.

“Ya sudah, ini mas Arya monggo makan dulu sana!” ucap mbak Tini sambil menyerahkan baki tersebut. Arya menerima baki itu sambil kembali tak sengaja menatap belahan dada montok yang menyembul dari sela-sela baju kebaya belahan dada rendah yang dipake mbak Tini itu. Itu terjadi karena posisi mbak Tini saat memberikan bakinya ia agak merunduk sehingga makin terlihat menantang belahan dua bukit kembar besar miliknya. Jakun Arya seketika turun naek melihat pemandangan gratis itu di depan matanya. Mbak Tini nampaknya mengetahui kemana pandangan mata Arya dan kegugupan Arya tersebut, namun ia hanya tersenyum saja dalam hati.

“Hemm....memang ya semua mata lelaki selalu sama, tak bisa melihat yang montok dikit langsung deh melotot,hehehe!” ucap mbak Tini dalam hati.

Sementara Arya berkata dalam hatinya juga,”Aduh, kenapa aku jadi memandangi dadanya mbak Tini itu terus yah? Kalo ketahuan mbak Tini bisa malu banget aku!”

“Ganteng banget ini sopir baru ibu Sonya...ahhh...andai...!” gumam mbak Tini dalam hatinya yang terpesona melihat kegantengan sang sopir baru di rumah mewah itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel