Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

9. Ulah Gavin

Gavin langsung membopong tubuh Sachi dari mobil ke apartemennya. Setelah menekan kode pintunya, Gavin menidurkan Sachi di ranjangnya.

Gavin memandang tubuh mantan kekasih yang ia sia-siakan dengan tajam. Seakan tak ingin ada satu titik terlewatkan.

Gavin melepas sepatu Sachi. Ia membiarkan Sachi tidur mengenakan gaun yang dipakainya. Gavin ke kamar mandi mengganti bajunya dengan celana pendek tanpa atasan. Bahkan di balik celana pendek itu tidak ada underwear penutup barang saktinya.

Gavin merebahkan tubuhnya di samping Sachi. Ia miringkan tubuhnya menghadap Sachi.

"Chi.., maafin aku yaa.. pernah nyakitin kamu?"

"Apa kamu bahagia dengan suamimu?"

"Tapi aku selalu melihat ada duka dimatamu. Kenapa Chi? Katakanlah kepadaku."

"Maafin aku, sayang."

Gavin mengelus punggung tangan Sachi. Menggenggamnya. Lalu mengecupnya dengan lembut.

Sesaat setelah menikmati aroma tubuh mantan kekasihnya, Gavin mendengar ada yang menekan bel di depan pintunya.

Gavin berdiri, membuka pintu apartemennya. Ia yakin itu Arga.

Benar saja, Arga datang dengan wajah lelah dan tubuh sedikit sempoyongan.

"Nee! Kunci mobil Sachi. Aku nginep sini yaa..Dimana kamu taruh Sachi?" oceh Arga.

Tapi ia tak memerlukan jawaban Gavin, Arga langsung menuju ke kamar di sebelah kamar Gavin dan langsung memejamkan matanya begitu saja.

Gavin hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya itu.

Gavin menutup pintu kamar Arga. dan kembali membaringkan tubuhnya di samping Sachi.

Gavin menutup tubuhnya dan tubuh Sachi di selimut yang sama, lalu memeluk Sachi dengan lembut.

********

Sachi menggeliatkan tubuhnya. Entah bagaimana perasaannya kali ini. Namun, ia merasa begitu aman dan nyaman. Sachi perlahan membuka matanya. Wanita itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sepertinya ini bukan kamarnya.

"Terus dimana aku sekarang?" Sachi menyadari ada sebuah tangan memeluknya dengan lembut. Bukan tangan Adnan. Adnan tak pernah selembut ini dengannya.

Sachi memberanikan diri menatap lelaki yang memeluknya.

"Gavin." Sachi hampir berteriak, meneriakkan nama lelaki di sampingnya itu

Gavin yang sudah membuka mata sejak lima belas menit yang lalu hanya tersenyum padanya.

"Sudah bangun, sayang?" tanya Gavin.

"Kok aku ada di sini?"

"Semalam kamu ketiduran. Jadi aku bawa ke sini. Kan aku sekarang tidak tahu kamu tinggal dimana." Gavin menjelaskan walaupun ada yang ia sembunyikan, kenyataan bahwa semalam Sachi mabuk.

Sachi menatap Gavin. Sepertinya ada ketidakpercayaan di hatinya.

"Beneran? Kita gak melakukan apa-apa kan semalam?"

Gavin ingin tertawa tapi ditahanmya.

"Sayang, honey.. lihat saja pakaian kamu masih lengkap. Mana bisa aku berbuat aneh-aneh," kata Gavin berpura-pura marah.

"Iya deh aku percaya."

" Aku ke kamar mandi dulu yaa.." Pinta Sachi sambil menyingkirkan tangan Gavin dari perutnya.

"Sayang.. peluk aku sebentar doong." bisik Gavin

"Mas.. " Sachi berusaha menolak.

"Sayang, aku udah nahan ini dari semalam. Aku kangen kamu." bisik Gavin

Membuat Sachi tak mampu berkata apapun. Lidahnya keluh.

Gavin kembali memeluk Sachi dengan lembut. Bahkan bagi Sachi terasa sangat lembut.

Tubuhnya malah berrgetar, ada getaran aneh yang menyerang ke sekujur tubuhnya.

Gavin menggosok-gosokkan hidungnya ke bahu Sachi. Walaupun masih terhalang kain, Sachi merasa tubuhnya semakin memanas.

Gavin kembali menggosokkan-gosokan hidungnya ke leher Sachi. Gavin memberi kecupan ringan di area leher sachi. Sesekali ia menjilat leher jenjang wanita yang dipeluknya itu. Gavin melakukannya dengan sangat lembut.

Mendapat perlakuan begitu lembut dari pria di sebelahnya, tanpa sadar Sachi mendesah. Sesuatu yang hampir tak pernah ia suarakan selama tujuh tahun.

Sachi merasakan sekujur tubuhnya semakin menggelegar. Bahkan Sachi sendiri tidak bisa mengartikan reaksi tubuhnya terhadap sentuhan Gavin. Sachi hanya menikmati dan terus menggelinjang pelan. Desahan pelannya bahkan terdengar oleh Gavin.

Mendengar desahan pelan dari Sachi, membuat gavin bereaksi lebih. Gavin beralih ke area wajah Sachi. Gavin mengeksplor seluruh wajah Sachi dengan lembut. Tangan Gavin masuk ke belakng kepala Sachi. Menyentuh tengkuk Sachi Gavin menempelkan bibirnya perlahan ke bibir Sachi.

Sentuhan yang awalnya lembut kini bergerak lebih cepat namun tetap lembut, Gavin menelusuri setiap inchi bibir Sachi. Seakan ia tak ingin melewatkan semua milik Sachi.

Sachi menahan setiap desiran yang masuk ke tubuhnya. Rasanya aneh, seakan ini adalah yang pertama untuknya.

Tangan lain Gavin mulai meraba ke dada Sachi, diperlakukan seperti ini membuat Sachi hanya bisa mendesah. Padahal ia masih berpakain lengkap.

Gavin mendekap Sachi perlahan, tanpa melepas pagutan di bibir Sachi yang semakin dalam. Gavin meraih resliting di belakang punggung sachi dan menariknya turun perlahan.

Tangannya perlahan mengelus punggung Sachi. Bahkan pengait bra Sachi ikut ia buka dengan mudahnya. seakan jarinya sudah terampil melakukannya.

"Hmm hmmm.." desah Sachi karena mulutnya dibungkam bibir Gavin.

Perlahan Gavin melepas gaun Sachi beserta kain penutup bukit kembarnya yang auto ikut terlepas karena pengaitnya sudah dilepas Gavin tadi.

Lolos dengan sukses, kini di tubuh Sachi hanya tinggal kain segitiga berwarna krem penutup pangkal selangkangannya.

Gavin masih tak rela melepas pelukan Sachi, ia merasakan kenyalnya bukit kembar itu menempel tanpa penghalang di dadanya. Gavin menggoyang dada Sachi yang sudah menegang dengan dadanya. Sachi kembali mendesah. Ia sangat yakin bagian intimnya sudah basah. Sebasah-basahnya.

Perlakuan Gavin benar-benar membuat otak warasnya menjadi gila. Sachi sudah tidak mampu mengandalkan akal sehatnya. Kenikmatan yang membuatnya serasa terbang.

Gavin menurunkan tangannya ke bukit kembar Sachi. Gavin mengelus perlahan dan semakin menambah ritmenya lebih cepat dan berubah menjadi sebuah remasan. Gavin memilin lembut puncak bukit Sachi perlahan dan lembut.

Gavin melepas bibir Sachi. Kini bibrnya sudah di depan pucuk kecoklatan milik sachi. Gavin mengecupnya perlahan. Menjilatinya. Dan memasukkan pucuk bukit kembar Sachi ke dalam mulutnya. Gavin mengulumnya dengan nikmat. Menyesapnya berkali-kali.

Sachi hanya merem melek, menikmati Gavin memainkan tubuhnya.

"Aauuhh.." teriak sachi kenikmatan. Tangannya terus memegang rambut Gavin. Seakan kepala Gavin adalah pegangan yang kuat. Sachi merasakan cairan hangar mengalir dari kewanitaannya.

Gavin masih belum bosan dengan bukit kembar Sachi. Bibirnya masih menikmati pucuk kembar sachi bergantian.

Kini tangan Gavin beralih ke pangkal paha Sachi, jarinya menembus milik sachi dari samping celana dalam sachi. Gavin sudah merasakan milik Sachi sangat basah. Menggesek-gesekkan jarinya di pintu masuk milik Sachi perlahan.

Sachi kembali mendesah. Gavin semakin bergairah mendengar setiap desahan Sachi.

Gavin berangsur jongkok didepan kaki Sachi yang sudah ia buka lebar. Gavin menyusupkan kepalanya ke pangkal paha Sachi. Mecium aroma khas organ di depannya, perlahan Gavin menjilati milik Sachi. Menusukkan lidahnya ke bagian inti.

Sachi semakin menggelinjang gak karuan. Cairan hangat kembali menyembur dari intinya. Gavin menjilatinya tanpa jijik. Sesekali jari Gavin bermain, membuat Sachi kembali menjerit keenakan.

Gavin semakin bersemangat menikmati bagian ternikmat dari tubuh Sachi. Gavin mengeluarkan senjatanya perlahan. Rudal panjangnya itu sudah meminta dimanjakan sejak semalam.

Perlahan Gavin mengarahkan rudalnya menuju lubang ternikmat dari Sachi.

"Aaaaahhhh.." Baru juga sepertiga milik Gavin yang masuk, Sachi kembali menjerit.

Ia merasa ada yang mengganjal di organ kewanitaannya.

"Kenapa, sayang?" bisik Gavin melihat Sachi kesakitan.

"sakit.." bisik Sachi.

Gavin terhenyak mendengar jawaban Sachi.

"Aku akan pelan-pelan." kata Gavin, Sachi hanya mengangguk.

Gavin perlahan, menusukkan rudalnya perlahan ke inti Sachi. Wanita itu masih terlihat begitu kesakitan.

Bahkan Gavin merasa milik Sachi begitu sempit. Ia sendiri kesulitan menusukkan lebih dalam.

Semakin masuk, Gavin merasakan miliknya seperti dipijat. Rasanya sulit digambarkan.

Gavin sedikit mendesah. "Sayang, tahan yaa..." bisik Gavin

"Milik kamu luar biasa.." bisik Gavin.

Gavin menbekap bibir Sachi dengan bibirnya, dengan harapan mengalihkan rasa sakit Sachi. dan iapun menggerakkan miliknya melesak sedalam-dalamnya.

Sachi nampak terengah-engah menahan rasa sakit dan sentuhan lembut bibir Gavin.

Setelah Gavin berhasil membobol milik Sachi, perlahan ia mulai menggerakkan pinggulnya.

Sachi hanya menikmati dibawah, sambil terus mendesah. Sachi merasakan ada sensasi berbeda dari setiap hentakan dari Gavin. Membuat Sachi terus menjerit keenakan.

"Chi.., kamu diatas dong.." Bisik Gavin.

Sachi sedikit membuka mulutnya tak percaya dengan permintaan Gavin yang meminta diatas.

"Ayoo.. aku bantu." Bisik Gavin.

Perlahan Gavin membalik tubuhnya, agar Sachi bisa menindihnya dengan nyaman.

Sachi masih terdiam berada diatas Gavin.

"Naikkan kakinya, kamu duduki aku." Gavin mengarahkan posisi Sachi.

Sachi menuruti permintaan Gavin.

Dari bawah Gavin bisa menatap setiap inchi tubuh polos sachi. ia tak peduli dengan gerakan kaku dari Sachi. Bagi Gavin, Sachi tetap seksi.

Kedua bukit kembar milik Sachi yang menggantung menjadi santapannya. Gavin mengarahkan tubuh Sachi agar lebih menunduk, sehingga mmebuanya lebih mudah mengeksplor pucuknya. Sementara kedua tangannya membantu gerakan maju mundur Sachi dengan memegang bokongnya.

"Aaaaaaaa..." Sachi kembali menggelinjang diatas Gavin, menikmati pusakan Gavin.

Gavin menghentikan gerakan Sachi memberi ruang kepada Sachi untuk menikmati pelepasannya.

Gavin kembali membalik tubuh Sachi, kini Sachi dibawahnya kembali.

Gavin mengangkat satu kaki Sachi, mengeksplore lebih dlam milik Sachi.

Gavin menghentakkan miliknya berkali-kali ke Sachi. Gavin mendesah.

"Sayang, tahan ya.. aku mau keluar.."

Gavin menghentakkan miliknya tiga kali lebih dalam ke organ inti Sachi. Dan semburan cairan kental mengalir hangat ke rahim Sachi. Erangan kenikmatan tredengar dari keduanya.

Gavin memeluk Sachi dari atas.

"Sayang terima kasih..." Gavin mengecup kening Sachi lembut.

Setelah ukuran rudalnya kembali ke ukuran kecilnya, Gavin mencabutnya. Ia kambli tidur disamping Sachi dan memeluknya. Mereka tak peduli sebanyak apapun cairan yang menempel di tubuh mereka. Mereka begitu menikmati percampurannya.

"Mas.. aku lelah.."

"Terima kasih sayang."

**********

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel