Part 9
Keesokan paginya.
Sari bangun seperti biasa, namun ada perasaan sedikit yang membuatnya tak nyaman.
Ia meraih handphone dan terlihat beberapa pesan masuk. Salah satunya adalah milik Lisa.
"Jangan berpikir untuk buat alasan sakit, gue tunggu lo di galeri jam 3"
Sari tersenyum lucu membaca pesan dari Lisa.
"Dasar nenek lampiran!" rutu Sari dengan bersiap untuk keluar dari kamarnya.
Ketika ia keluar dari kamarnya, terlihat suasana rumah seperti biasa sepi dan rapi. Ia melihat kesekeliling ruang rumah yang sederhana itu mencari sosok wanita paruh baya.
"Bu?" seru Sari memanggil sembari berjalan menuju teras depan. Ia hanya menduga mungkin saja ibu sedang berada di teras rumah. Namun dugaannya salah, diluar tak terlihat siapa pun selain tukang asongan yang baru saja lewat.
"Bu?" Sari kembali berseru memanggil ibunya yang tak menjawab. Ia kembali berjalan masuk kedalam rumah. Dan kali ini ia menuju dapur yang berada di belakang.
"Buk?" serunya yang ketiga kali, namun Sari terheran ternyata sang ibu tak berada di dapur juga meja makan.
"Ibu kemana yaa?" gumam Sari heran dengan melihat sekilas kembali keluar rumah melalui jendela.
Namun seketika, Sari tersadar bisa jadi sang ibu berada di kamarnya. Sari pun beralih menuju pintu kamar sang ibu yang tak jauh dari kamarnya.
"Ibu?" seru Sari dengan mencoba membuka pintu kamar sang ibu.
Krek..
Pintu terbuka dan seketika Sari dapat melihat isi ruangan kamar sang ibu yang sangat sederhana itu. Dan ternyata benar, sang ibu berada dikamarnya dengan tengah melakukan sholat duhanya.
Sari terteguh, lalu perlahan ia mundur dan menutup kembali pintu kamar sang ibu. Sejenak Sari berpikir, ibunya sangat lah taat beribadah. Semenjak Ayah tiada ibu lebih banyak melakukan ibadah-ibadah tambah.
Sari menghela nafas pelan, ia merasa sedikit malu pada dirinya yang masih kurang dalam melakukan ibadah dan hanya melakukan yang wajib saja.
"Sariii.. mungkin ini juga teguran dari Allah, karena kamu masih saja lalai dalam beribadah" bisik batin Sari.
Sari pun menghela nafas panjang lalu beranjak pergi dari pintu kamar sang ibu menuju meja makan. Entah mengapa ia merasa lapar, karena semalam ia tak sempat makan.
***
Selang beberapa saat, Sari yang baru saja siap makan terlihat tengah serius menatap layar handphonenya dengan membalas pesan masuk.
Terdengar langkah ibu mendekat.
"Kamu sudah makan?"
Sari menoleh lalu dengan cepat mengangguk.
"Sudah"
"Hari ini kamu enggak ke galeri?"
"Hm, sore buk, kenapa?"
"Oh, enggak ibu cuma tanya aja"
Sejenak ibu dan Sari seperti terdiam dalam pikiran masing-masing.
Hingga akhirnya ibu seperti tidak bisa menyimpan hal yang membuatnya gelisah.
"Pria itu menikah hari ini kan?"
Sari mengangguk dengan terlihat tenang.
"Dasar, pria tidak punya hati!!" rutu ibu kesal.
Namun Sari hanya tersenyum simpul.
"Dosa loh buk ngomong orang di belakang, nanti pahala ibu bisa berkurang" canda Sari mencairkan suasana.
Ibu menghela nafas pelan.
"Kamu memang tertawa tapi, hati mu pasti menangis.. benar kan?"
Sari terdiam dengan tertohok mendengar ucapan ibu yang benar adanya.
Namun Sari tetap terlihat tenang.
"Sudah lah Bu, ini hanya masalah waktu.. InsyaAllah Sari bisa melewati hal ini, lagi pula.. walau satu kota Sari hampir engga pernah ketemu sama mas Bayu, dia kayak hilang di telan bumi" ujar Sari.
Ibu menatap dalam wajah Sari yang terlihat sedikit menunduk.
"Ya Allah, karunikan pada putrinya menantu yang dapat meninggikan derajatnya dan menyayangi Sari apa adanya" bisik batin ibu berdoa.
***
Sore harinya.
Kini Sari berada di galeri make upnya bersama Lisa. Lisa terlihat bersiap bersama Sari untuk melakukan misi melulu lantakkan perasaan Sari agar ia bisa move on dari Bayu yang menikah hari ini.
Keduanya sibuk berdandan agar terlihat cantik di pesta tersebut. Sari mengeluarkan teknik terbaiknya yang selama ini ia gunakan untuk memake up para klien pengantin.
"Gimana? Udah cetar belum?" tanya Lisa sembari memperlihatkan hasil make upnya pada Sari.
Sari yang tengah memberikan sentuhan akhir di pipinya seketika berbalik dan melihat pada wajah Lisa.
"Cantik.. cantik make up Look lo benar-benar bagus" puji Sari menilai.
Kening Lisa terangkat senang begitu pun dengan senyum yang terkembang lebar di bibirnya. Namun seketika wajah Lisa terpaku menatap wajah Sari yang benar-benar berbeda.
"MasyaAllah" desir Lisa yang tanpa sadar memuji kecantikan Sari yang tak pernah ia lihat.
"Kenapa? Gue menor ya?" tanya Sari dengan kembali melihat cermin riasnya.
Namun tanpa terduga Lisa malah dengan cepat meraih tangan Sari sehingga Sari kembali berbalik menatap dirinya.
"MasyaAllah, cantik banget lo Sar.. sumpah" puji Lisa yang takjub akan hasil make up Sari.
Sari sedikti tersipu malu.
"Yang benar, gue enggak menor kan?"
"ENGGAK sumpah gue ini tuh the best banget make upnya, cantik.. sumpah lo cantik banget Sar, gue enggak pernah tau lo bisa secantik ini"
Sari tersenyum kecil.
"Jadi selama ini gue jelek gitu!!"
Lisa seketika tertawa.
"Hahaha.. ya enggak, cuma lo hari-hari terlalu sederhana malah nyaris kayak ibu-ibu jual pecel sangking lo cuek banget sama penampilan" jelas Lisa.
"Ikh sadis lo, ngatain gue kayak ibu-ibu jualan pecel"
"Lah, iya masa gue bohong, orang lo pakek jilbab juga enggak genah, sekali dibentuk sekali ya di silang gitu aja.. apa enggak kayak ibu-ibu jualan pecel gitu??" ujar Lisa yang kembali melihat pantulan dirinya pada cermin rias.
Sari sedikit merenungi perkataan Lisa, ia sekilas mengingat ucapan mas Bayu yang kala itu sempat protes dengan penampilan nya yang amburadul.
Sekilas senyum kecil Sari terkembang mengingat hal itu. Yaa, Sari bukan lah gadis yang modus dalam berpenampilan, ia lebih suka terlihat sederhana.
"Sar, bibir lo agak merahan dikit deh, biar tambah cetar kayak mbak Syahrini gitu" ujar Lisa yang menyadarkan lamun Sari.
"Oh, iyaa.. gue bakal tambah dikti"
Lisa memberi tanda jempol pada Sari. Dan tak lama selesai lah persiapan keduanya dalam berdandan.
Jika Lisa memakai tema make up look arabian dengan permainan warna gelap di mata dan warna bibir yang tebal. Sedangkan Sari memakai tema make up blod flawless .
Sari ingin menunjukkan sisi lain dari seorang Sari Sartika yang berbeda.
Keduanya pun bersegera berpakaian dengan dress mewah yang sudah dipersiapkan.
Lisa dengan dress semi India ya, sedangkan Sari mengenakan dress merah yang serasi dengan warna lipstik yang ia kenakan.
"Lo yakin kan, tar gak ada yang kenal sama kita?" tanya Sari sedikit gugup.
"Yakin.. pasti kagak ada yang kenal sama wajah lo ini, mana ada yang tau kalau lo ternyata si Sari pok-pok bedak" tutur Lisa meyakinkan Sari yang terlihat ragu.
Sari menghela nafas pelan untuk menenangkan dirinya.
"Siap?"tanya Lisa menatap Sari yang berada di pantulan cermin.
"Hm" gumam Sari dengan meyakinkan dirinya sendiri.
Senyum tipis terkembang di bibir Lisa.
