Pustaka
Bahasa Indonesia

Directions of Love

45.0K · Tamat
Kanalda Ok
40
Bab
5.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Kenan memiliki kekasih dan juga istri.Ia ingin menceraikan istrinya, tetapi wanita itu lebih dulu menghilang bak tertelan bumi.Persyaratan dari ayahnya untuk menceraikan Nada adalah, membawa wanita itu ke persidangan.Namun, hilangnya Nada membuat ia kesulitan mengurus perceraian. Meskipun begitu niat untuk menceraikan tak surut, ia begitu mencintai Viona dan ingin bahagia bersama kekasihnya.Apakah takdir akan mempertemukan mereka?Lalu, bagaimana Kenan menyanggupi tujuannya setelah pertemuan?

PerceraianPengkhianatanRomansaBillionairePernikahanIstriCLBKLove after MarriageDewasaPerselingkuhan

1: Awal

Suara pena menggores kertas dan juga suara tombol ditekan menyeruak terdengar di dalam ruangan kedap suara. Ialah Kenan, sosok yang kini tengah duduk di balik meja sedang menautkan kening, tanda bahwa sedang menekuni pekerjaanya.

Sebagai pewaris tunggal perusahaan yang telah dirintis sejak kakek buyut, pria tersebut tak ingin membuat kesalahan hingga berujung usaha keluarga hancur di tangannya. Sejak menyelesaikan studi S2 di London, Kenan kembali dengan tujuan menggantikan sang ayah dalam pekerjaan tersebut.

Namun, meskipun sudah pensiun, beberapa kali ia harus mendapatkan kunjungan dadakan di kantor atau apartemen untuk mendengarkan deretan petuah. Semua ucapan ayahnya selalu mengarah ke peringatan tentang menjadi CEO, dan juga tentang pernikahannya.

Kenan memijat pelipis, ia bersandar sebentar di sandaran kursi, kemudian kembali menatap laptop. Pekerjaan ini telah ia lakukan sejak jam sembilan pagi sampai sekarang waktu menunjukan tiga puluh menit sebelum waktu pulang.

Meskipun sibuk bukan berarti ia akan melupakan jam makan. Sosok  yang ia sayangi selalu mengingatkan sekalipun itu hanya dalam bentuk suara tanpa sosok dan juga tulisan di layar. Namun, Kenan tetap menuruti karena jika tidak habislah riwayatnya.

“Sayang, ayo pulang.”

Kenan mengalihkan pandangan ke arah pintu di mana seorang wanita tengah berdiri dengan anggun, memakai rok dan blus yang mencetak jelas tubuh indah tersebut. “Sebentar, kamu duduk dulu,” ucap Kenan dan kembali tenggelam ke dalam layar tipis di hadapannya.

“Kamu suka gitu, deh, kalau udah di depan kerjaan,” omel wanita tersebut.

“Tinggal dikit, kok, Yang. Kamu duduk dulu.” Kenan kembali memberikan isyarat kepada Viona untuk duduk di sofa.

“Sepuluh menit nggak selesai, aku bakalan seret kamu.” Viona masih tetap mengomel, tetapi mengikuti ucapan pria tersebut.

Sudah enam belas tahun Kenan menjalin kasih dengan Viona. Namun, tak kunjung meresmikan ke dalam suatu hubungan yang lebih serius. Syarat tersirat dari orang tuanya yang tak mengizinkan, karena ia yang masih berstatus suami orang. Lebih tepatnya, ia harus bercerai terlebih dahulu.

Viona tetap sabar menunggu sampai berkas gugatan cerai lengkap dan masuk ke deretan berkas di pengadilan agama. Lima belas tahun Kenan menyandang status sebagai suami dari Nada Adinan, dan selama itu pula Kenan Mahadri ingin lepas dari hubungan tersebut. Alasannya adalah ingin menikahi Viona, sepupu dari istrinya, kekasih sejak ia di bangku SMA.

Di umur yang ke 33 tahun ini, Kenan berencana akan segera menyelesaikan perceraian dan langsung menarik Viona ke pelaminan. Sudah sangat lama ia menunggu tanpa kepastian dari istrinya, wanita yang tidak ia inginkan.

“Sepuluh menit.” Viona memecahkan keheningan, “ayo.”

Menghela napas, Kenan merapikan apa yang ada di hadapannya dan bermaksud untuk menyelesaikan di apartemen, “Aku beresin ini dulu, ya.”

----

Seperti biasa, setelah mengantarkan Viona pulang, Kenan akan masuk ke dalam apartemen bersuasana dingin dan sunyi. Ia sudah terbiasa dengan keadaan ini, sejak tujuh tahun yang lalu saat ia kembali dari London menyelesaikan studi. Saat itu, ia mengajak Viona ke rumah orang tuanya dan langsung diberikan respons tak baik. Bukan hanya karena ia sudah beristri, tetapi juga karena kedua orang tua tak menyukai sifat wanita itu.

Viona seorang model yang telah merintis karir sejak masih duduk di bangku SMA, dan berlanjut sampai satu tahun lalu. Entah angin dari mana, wanita itu berhenti dari profesinya dan memilih untuk mencoret-coret di atas kertas. Pilihan wanita itulah  membuat Kenan gencar untuk menceraikan sang istri, dan tentu ditentang oleh kedua keluarga.

Wanita yang ia cintai telah dibuang oleh keluarga sejak Kenan membawa Viona ke hadapan orang tuanya dan mengatakan maksud serta tujuan mereka. Ialah satu-satunya orang yang berada di sebelah wanita itu.

Kenan menyalakan shower dan membasahi tubuh lelah dengan air hangat. Entah kenapa, setiap menginjakkan kaki di dalam apartemen, ia merasa masuk dalam kegelapan yang disebut dengan kesepian. Tentu Kenan tak ingin berasumsi bahwa hal ini disebabkan oleh Nada.

Pemicu berkas perceraian masih berada di dalam laci meja kerja, karena istrinya menghilang entah ke mana. Bahkan kedua orang tua wanita tersebut tak tahu keberadaan Nada. Kenan sedikit menaruh curiga jika wanita itu disembunyikan agar tidak pernah datang ke sidang perceraian mereka, karena suatu syarat dari ayahnya.

Saat menyelesaikan studi strata satu, Kenan kembali dan bermaksud untuk menceraikan Nada. Sungguh ia terkejut saat orang tua wanita itu malah mengira bahwa Kenan mengajak  Nada ke London.

Suara ketukan di pintu kamar mandi membuat Kenan mematikan shower. “Siapa?”

Apartemen ini bukanlah tempat pribadi baginya, selain ia yang bisa berlalu-lalang di sini, orang tuanya, kekasih, dan juga sahabat dengan sangat mudah akan masuk seakan pemilik sah tempat tersebut. Kenan akui, ia pun bukanlah pemilik sah apartemen yang ia tempati sekarang. Ini adalah hadiah pernikahan dari orang tuanya dan di atas namakan oleh sang istri. Saat wanita itu kembali, maka Kenan harus bersiap untuk dilempar keluar.

“Gue, Juna.” Suara sahutan terdengar dari balik pintu.

“Tunggu di sana, gue mau mandi dulu.” Kenan kembali menyalakan shower.

--

Suara pena menggores kertas dan juga suara tombol ditekan menyeruak terdengar di dalam ruangan kedap suara. Ialah Kenan, sosok yang kini tengah duduk di balik meja sedang menautkan kening, tanda bahwa sedang menekuni pekerjaanya.

Sebagai pewaris tunggal perusahaan yang telah dirintis sejak kakek buyut, pria tersebut tak ingin membuat kesalahan hingga berujung usaha keluarga hancur di tangannya. Sejak menyelesaikan studi S2 di London, Kenan kembali dengan tujuan menggantikan sang ayah dalam pekerjaan tersebut.

Namun, meskipun sudah pensiun, beberapa kali ia harus mendapatkan kunjungan dadakan di kantor atau apartemen untuk mendengarkan deretan petuah. Semua ucapan ayahnya selalu mengarah ke peringatan tentang menjadi CEO, dan juga tentang pernikahannya.

Kenan memijat pelipis, ia bersandar sebentar di sandaran kursi, kemudian kembali menatap laptop. Pekerjaan ini telah ia lakukan sejak jam sembilan pagi sampai sekarang waktu menunjukan tiga puluh menit sebelum waktu pulang.

Meskipun sibuk bukan berarti ia akan melupakan jam makan. Sosok  yang ia sayangi selalu mengingatkan sekalipun itu hanya dalam bentuk suara tanpa sosok dan juga tulisan di layar. Namun, Kenan tetap menuruti karena jika tidak habislah riwayatnya.

“Sayang, ayo pulang.”

Kenan mengalihkan pandangan ke arah pintu di mana seorang wanita tengah berdiri dengan anggun, memakai rok dan blus yang mencetak jelas tubuh indah tersebut. “Sebentar, kamu duduk dulu,” ucap Kenan dan kembali tenggelam ke dalam layar tipis di hadapannya.

“Kamu suka gitu, deh, kalau udah di depan kerjaan,” omel wanita tersebut.

“Tinggal dikit, kok, Yang. Kamu duduk dulu.” Kenan kembali memberikan isyarat kepada Viona untuk duduk di sofa.

“Sepuluh menit nggak selesai, aku bakalan seret kamu.” Viona masih tetap mengomel, tetapi mengikuti ucapan pria tersebut.

Sudah enam belas tahun Kenan menjalin kasih dengan Viona. Namun, tak kunjung meresmikan ke dalam suatu hubungan yang lebih serius. Syarat tersirat dari orang tuanya yang tak mengizinkan, karena ia yang masih berstatus suami orang. Lebih tepatnya, ia harus bercerai terlebih dahulu.

Viona tetap sabar menunggu sampai berkas gugatan cerai lengkap dan masuk ke deretan berkas di pengadilan agama. Lima belas tahun Kenan menyandang status sebagai suami dari Nada Adinan, dan selama itu pula Kenan Mahadri ingin lepas dari hubungan tersebut. Alasannya adalah ingin menikahi Viona, sepupu dari istrinya, kekasih sejak ia di bangku SMA.

Di umur yang ke 33 tahun ini, Kenan berencana akan segera menyelesaikan perceraian dan langsung menarik Viona ke pelaminan. Sudah sangat lama ia menunggu tanpa kepastian dari istrinya, wanita yang tidak ia inginkan.

“Sepuluh menit.” Viona memecahkan keheningan, “ayo.”

Menghela napas, Kenan merapikan apa yang ada di hadapannya dan bermaksud untuk menyelesaikan di apartemen, “Aku beresin ini dulu, ya.”

----

Seperti biasa, setelah mengantarkan Viona pulang, Kenan akan masuk ke dalam apartemen bersuasana dingin dan sunyi. Ia sudah terbiasa dengan keadaan ini, sejak tujuh tahun yang lalu saat ia kembali dari London menyelesaikan studi. Saat itu, ia mengajak Viona ke rumah orang tuanya dan langsung diberikan respons tak baik. Bukan hanya karena ia sudah beristri, tetapi juga karena kedua orang tua tak menyukai sifat wanita itu.

Viona seorang model yang telah merintis karir sejak masih duduk di bangku SMA, dan berlanjut sampai satu tahun lalu. Entah angin dari mana, wanita itu berhenti dari profesinya dan memilih untuk mencoret-coret di atas kertas. Pilihan wanita itulah  membuat Kenan gencar untuk menceraikan sang istri, dan tentu ditentang oleh kedua keluarga.

Wanita yang ia cintai telah dibuang oleh keluarga sejak Kenan membawa Viona ke hadapan orang tuanya dan mengatakan maksud serta tujuan mereka. Ialah satu-satunya orang yang berada di sebelah wanita itu.

Kenan menyalakan shower dan membasahi tubuh lelah dengan air hangat. Entah kenapa, setiap menginjakkan kaki di dalam apartemen, ia merasa masuk dalam kegelapan yang disebut dengan kesepian. Tentu Kenan tak ingin berasumsi bahwa hal ini disebabkan oleh Nada.

Pemicu berkas perceraian masih berada di dalam laci meja kerja, karena istrinya menghilang entah ke mana. Bahkan kedua orang tua wanita tersebut tak tahu keberadaan Nada. Kenan sedikit menaruh curiga jika wanita itu disembunyikan agar tidak pernah datang ke sidang perceraian mereka, karena suatu syarat dari ayahnya.

Saat menyelesaikan studi strata satu, Kenan kembali dan bermaksud untuk menceraikan Nada. Sungguh ia terkejut saat orang tua wanita itu malah mengira bahwa Kenan mengajak  Nada ke London.

Suara ketukan di pintu kamar mandi membuat Kenan mematikan shower. “Siapa?”

Apartemen ini bukanlah tempat pribadi baginya, selain ia yang bisa berlalu-lalang di sini, orang tuanya, kekasih, dan juga sahabat dengan sangat mudah akan masuk seakan pemilik sah tempat tersebut. Kenan akui, ia pun bukanlah pemilik sah apartemen yang ia tempati sekarang. Ini adalah hadiah pernikahan dari orang tuanya dan di atas namakan oleh sang istri. Saat wanita itu kembali, maka Kenan harus bersiap untuk dilempar keluar.

“Gue, Juna.” Suara sahutan terdengar dari balik pintu.

“Tunggu di sana, gue mau mandi dulu.” Kenan kembali menyalakan shower.