Curhatan Maharani
Andini tersenyum," Ini semalam kena kotoran cicak, jadi aku tadi keramas. Tahu sendiri kan Mas, kotoran cicak itu bau," jawab Andini.
"Emang bau, Din. Apalagi itu di rambut," ucap Maharani.
Arka selesai makan, dia ke kamar untuk istirahat. Kini tinggal Maharani dan Andini di dapur. Maharani siap dengan curhatannya.
"Mas Alex berubah, Din. Dia nggak sebaik dulu, entah apa yang bikin dia berubah. Apa mungkin dia selingkuh?" tanya Maharani.
Andini bingung harus bicara apa, dia takut Maharani curiga dengan dia. Padahal dia sama sekali tidak mengharapkan kehadiran Alex dalam hidupnya.
"Kenapa diam, Din? Kamu nggak punya solusi apa, biar Mas Alex sayang sama aku lagi," kata Maharani.
"Coba saja bicarakan baik-baik sama Mas Alex. Jangan sampai kamu salah faham sama suami kamu sendiri. Siapa tahu bukan orang ketiga penyebabnya. Bisa saja, Mas Alex ada masalah yang lain," ucap Andini.
"Oh jadi gitu, ya. Kalau dia benar-benar selingkuh, akan aku labrak itu perempuan. Pasti itu perempuan sudah godain Mas Alex," omel Maharani.
"Ngeri amat kamu, Ran," kata Andini.
Maharani tipe wanita yang bar-bar kalau lagi emosi. Bisa-bisa Andini dia cincang kaya daging. Padahal yang salah Alex.
Beberapa hari yang lalu saja, Maharani habis berantem dengan tukang sayur. Hanya karena kembaliannya kurang, tapi Maharani malah menuduh penjual sayur itu korupsi.
"Din, kamu suruh Mas Arka dekati Mas Alex dong. Siapa tahu dengan Mas Arka, Mas Alex curhat. Lumayan, kan? Bisa buat informanku," bujuk Maharani.
"Maaf, Ran. Mas Arka jarang di rumah. Tiap di rumah juga waktunya buat saya," kata Andini.
"Ayolah! Aku mau hubungan aku sama Mas Alex harmonis lagi, Din. Cuma kamu temanku," bujuk Maharani.
"Coba kamu yang berubah, lebih sering masak di rumah. Lebih perhatian sama Mas Alex, jangan ngambekan," pesan Andini.
"Iya, dech. Tapi kamu mau kan jadi teman curhatku terus?" tanya Maharani.
"Emh." Andini hanya berdehem. Dia kesal dengan Maharani.
Maharani justru tidak peka dengan apa yang dirasakan Andini. Arka baru pulang harusnya Maharani juga pulang. Biar Andini bisa berdua dengan Arka. Eh ini malah curhat nggak kelar-kelar.
Andini sudah selesai mencuci piring. Dia mengambil baju kotor ke dalam kamar dan mencucinya. Dia mengambil baju kotor dari koper Arka juga.
"Din, duduk kenapa? Kita ngobrol!" ajak Maharani.
"Mas Arka nggak suka Ran kalau aku biarin baju kotor menumpuk. Jadi aku harus segera cuci," jawab Andini ketus.
"Kamu kok gitu sih, ya sudahlah aku pulang," kata Maharani langsung pulang begitu saja.
Selesai memasukkan baju kotor ke mesin cuci. Andini masuk ke kamar, dia tiduran di samping Arka yang tertidur pulas. Andini merasa bersalah pada Arka atas apa yang menimpanya semalam.
"Eh kamu sayang," kata Arka saat terbangun. "Rani sudah pulang?" tanya Arka.
"Udah, Mas. Baru aja keluar rumah," jawab Andini.
"Andini... Andini," panggil Maharani yang langsung nyelonong masuk.
Andini memang tidak mengunci pintu, pantas Maharani masuk dengan semudah itu. Arka dan Andini bangkit dari ranjang. Mereka berjalan keluar kamar.
"Ada apa, Mbak?" tanya Arka.
"Mas Alex nggak ada di rumah, Mas," jawab Maharani. Dia panik sekali hingga berkeringat.
"Pergi kerja mungkin, Ran." Andini berjalan dari arah tempat mencuci.
"Nggak mungkin, hari ini dia jadwalnya libur. Pasti dia mau ketemu sama selingkuhan dia," kata Maharani.
"Makanya Mbak, pagi-pagi itu suami dilayani. Dimasakin jangan ditinggal ngerumpi," sindir Arka. "Pantas Mas Alex nggak di rumah, cari makan di luar kali," lanjut Arka sambil duduk di ruang tengah.
"Betul, tuh Ran yang Mas Arka bilang," sahut Andini.
Maharani duduk di dekat Arka tanpa dosa. Padahal ada Andini di depannya.
"Mas, sekali-kali kamu temui Mas Alex dong. Siapa tahu sesama laki-laki dia mau curhat dia dekat sama siapa," bujuk Maharani.
"Maaf, Mbak. Saya nggak berani. Mas Alex pasti bukan tipe pria suka curhat," ucap Arka.
"Udah, Ran. Pulang dulu sana. Kamu belum mandi 'kan?" tanya Andini.
"Heheheh, tau aja kamu Din." Maharani cengengesan.
"Pantas, Dek. Mas tadi bau asam," ledek Arka.
"Ihh Mas Arka, ya sudah aku pulang mau mandi," ucap Maharani lalu pergi lagi.
"Emang suaminya selingkuh, Dek?" tanya Arka.
"Nggak kali, Maharani aja yang baper. Main curigaan sama suami," jawab Andini.
"Kalau kamu curiga nggak sama aku?" tanya Arka setengah menggoda Andini.
"Eh lupa cucianku," seru Andini saat Arka mau mendekatkan bibirnya ke pipi Andini.
Arka menunggu Andini selesai nyuci. Dia ingin memadu kasih dengan Andini. Tidak lupa dia mengunci semua pintu dan jendela agar tetangga satu itu tidak memgacaukan kegiatan mereka.
"Dek, udah selesaikan? Ayo ikut Mas ke kamar!" ajak Arka. "Mas kangen kamu, Dek," ucap Arka.
Andini mengikuti suaminya ke dalam kamar.
Arka hendak menyentuh Andini, tetapi Andini menolak.
"Kenapa? kamu sepertinya ketakutan?" tanya Arka.
"Ti-tidak, Mas. Mas Arka pasti capek. Kita tunda saja," jawab Andini gugup. Rasa Traumanya akan berhubungan suami istri semakin dalam. Padahal Arka adalah suaminya.
Arka terdiam, dia merasa aneh dengan sikap Andini yang menolak ajakannya untuk berhubungan.
"Jika ada masalah, katakan!" pinta Arka.
Andini belum sempat menjawab, terdengar gedoran di pintu depan.
"Biang kerok," kata Arka.
"Udah, biarkan saja. Mas Arka istirahat aja!" ucap Andini.
Maharani masih menggedor pintu rumah Andini. Hingga Andini dan Arka terpaksa keluar kamar karema terganggu.. Andini bukan langsung membuka pintu depan. Dia malah ke kamar mandi dahulu.
"Mas, jangan sering-sering keluar kota. Aku takut di rumah sendiri," kata Andini memeluk tubuh Arka dari belakang.
"Kalau nggak berani, terus Mas nggak tugas?" tanya Arka. "Kamu minta temenin adik kamu, ya," kata Arka.
"Aku maunya kamu," ucap Andini manja.
"Dek, Rani gedor-gedor terus tuh. Kasihan dia lama nunggu kita," kata Arka membuat Andini kesal.
Andini membuka pintu, terlihat Maharani menangis sesegukan. Dia mengajak Andini masuk ke dalam.
"Ada apa lagi?" tanya Andini.
"Mas Alex selingkuh," jawab Maharani sembari duduk.
"Kamu tahu dari mana?" tanya Andini.
"Ini lihat foto mereka," kata Maharani memperlihatkan foto Alex dengan seorang perempuan.
"Temannya kali, kamu jangan salah faham," kata Andini.
Arka keluar dari kamar, dia mulai kepo saat mendengar Alex selingkuh.
"Nggak, aku kenal semua temannya," bantah Maharani.
"Yang ngirim pesan itu siapa?" tanya Andini.
"Temanku, dia melihat Mas Alex dengan wanita lain lalu di foto," jawab Maharani.
Tiba-tiba Alex datang, semua terkejut termasuk Andini. Andini langsung mendekati Arka.
"Ran, ayo pulang!" ajak Alex. Dia menarik tangan Maharani.
"Nggak mau, Mas. Kamu selingkuh 'kan, Mas?" tanya Maharani tanpa basa-basi.
"Iya," jawab Alex singkat.
Semuanya terkejut, "Siapa wanita itu?" tanya Maharani.
Alex bukannya menjawab, dia malah melihat Andini dan Arka bergantian.
"Kalau mau tahu, kita pulang!" ajak Alex.
Maharani dan Alex pulang, Andini penasaran dengan jawaban yang akan dikatakan Alex.