Ringkasan
KEHADIRAN hampir seratus lelaki dengan mengendarai motor besar membuat jalan tua yang tadinya bising akan suara, kini mendadak hanya terdengar bunyi kenalpot yang memekakan telinga.Munculnya para lelaki dengan jaket kulit hitam berlambangkan cincin api dengan sayap elang dan tulisan E besar di tengahnya yang memicu penyebab mereka terdiam.Mereka adalah EAGLE GANG. Raja jalanan yang sempat redup karena Dewa-sang Ketua sempat mengalami koma selama hampir dua bulan. Setelah Dewa sembuh, kini mereka mulai menguasai lagi.Kedatangan mereka ke jalan tua yang dipenuhi geng lain ini, tidak lain adalah untuk mencari RAJAWALI. Penyebab komanya Dewa, dua bulan yang lalu."Kita nggak salah, ke sini?" tanya Arjuna, wakil ketua EAGLE.Dewa diam, menatap tajam kerumunan yang kini juga menatap balik ke arah mereka. Tersirat rasa takut saat mereka menatap ke arah Dewa, cowok itu menoleh pada Arjuna."Di mana markas RAJAWALI?" "Mereka udah nggak punya markas, Wa. Mereka jadi inceran polisi, makanya sekarang mereka jarang ngumpul sampai aman," ucap Arjuna."Lo pasti tahu, bokap Alfan-ketua RAJAWALI-punya hubungan dekat sama Polisi." "Jadi, sebenarnya kita bawa pasukan ke sini buat apaan, sih?" Tama bersuara seraya melepaskan helm-nya, "gue pengen kopdar doang, elah." "Gue udah gatel mau bikin perhitungan sama mereka sejak pertama Dewa dirawat, bangsat emang. Berani keroyokan," ucap Reonaldo yang berada di boncengan Tama.Tiba-tiba, seorang lelaki yang Dewa ketahui bernama Aditya menghampiri mereka. Dewa menatap Aditya dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan ekspresinya yang datar, namun mampu membuat Aditya bergetar. "Ca-cari siapa, Bos?" tanya Aditya pelan."Rajawali," sahut Arjuna. "Alfan and the geng berarti, ya?" ujar Aditya, "mereka nggak ada di sini, dan udah nggak pernah ke sini." "Yakin, lo?" tanya Arjuna.Aditya mengangguk. "Su-sumpah! Setahu gue, tongkrongan mereka sekarang di dekat SMA BINTANG. Di lapangan kosong dekat situ."Dewa menatap Aditya. "Lo tahu akibatnya kalau lo bohong?" Aditya meneguk salivanya, tidak sengaja manatanya menatap seluruh anak EAGLE yang kini mengarahkan tatapan tajam siap membunuh kepadanya. "Nih, kalau lo nggak paham," celetuk Tama membuat perhatian Aditya tertuju padanya. Tama menarik jari telunjuknya ke leher, membuat gerakan seperti sedang menggorok.Aditya kembali meneguk salivanya dengan berat. "Su-sumpah, mereka ada di sana kata anak-anak yang lain.""Oke, kalau mereka nggak ada di sana, tempat ini kami hancurin." Arjuna memasang helm-nya. "Kita nggak akan ke sana," ucap Dewa yang membuat teman-temannya menoleh. "Lah, kan tadi lo nyari mereka, Wa. Ini udah tahu posisi, kenapa nggak langsung kita serang aja?" tanya Tama."Itu cuman pancingan." Dewa menyalakan mesin motornya, "balik ke basecamp." "Kadang gue nggak paham sama Dewa," ujar Reonaldo seraya menggelengkan kepalanya."Kudunya namanya Dewi, ribet bat kek cewek." Tama menggelengkan kepalanya."Wa, lo yakin kita balik?" tanya Arjuna sedikit berteriak.Namun, Dewa hanya diam. Tidak menjawab pertanyaan Arjuna. Dan dari yang Arjuna tahu, selama dua belas tahun mengenal Dewa, diamnya lelaki itu bisa jadi sesuatu yang menakutkan.*SCELUS*
Bab 1
SELAMAT DATANG PEMBACA BARU! WAJIB MEMBERI VOTE DAN KOMEN KETIKA MEMBACA, TERIMA KASIH?
**
SMA MATAHARI dihebohkan dengan kembalinya Dewa Ryoji Langit-Ketua EAGLE GANG, yang mendapati julukan Duta Songong Nasional.
Semua orang tahu, keredupan EAGLE selama hampir dua bulan karena menunggu Dewa sadar. Seandainya Dewa tidak sadar, mungkin RAJAWALI yang menjadi penyebab tumbangnya Dewa, akan rata dengan tanah.
Sebuah tempat parkir khusus yang selalu sengaja dikosongkan itu menjadi hak milik Dewa dan teman-temannya. Tidak ada yang berani parkir di sana, bisa ribet nanti urusannya.
Namun, pagi ini, seorang gadis cantik yang mengendarai vespa matic dengan gaya santainya memarkir motor kesayangannya yang berwarna cream di tempat itu. Tidak lupa meninggalkan helm bogo berwarna pink dan jaket kulit berwarna senada di atas jok.
Tunggu saja sebentar lagi, gadis itu akan tahu akibatnya jika Dewa sudah mengamuk karena ada yang berani menempati tempatnya tanpa izin. Bahkan, mereka meminta izin pun akan tetap mendapat masalah. Apalagi jika tidak?
"Ini motor siapa?!" Teriak Dewa. Matanya memincing, mencari si pemilik yang pagi ini telah memancing emosinya.
"Cowok macam apa coba, helm warna pink, jaket pink." Bagus yang berada di sebelah Dewa menggelengkan kepala.
"Lo yakin ini cowok?" sahut Arjuna, ia meneliti sepeda motor itu dengan seksama, "kemayu amat."
"Cewek kali, lo lihat noh ada stiker beruang," ujar Tama seraya menunjuk dengan dagu.
"Gue nggak peduli siapa pemilik motor ini," ucap Dewa, "lo semua tahu harus apa, kan?"
Arjuna terdiam. "Lo yakin, nggak mau cari tahu dulu siapa yang punya motor itu?"
"Biarin aja lah, Jun. Kan kita lama nggak eksekusi," ujar Tama dengan wajah cengengesan.
"Surat perintah sudah keluar, siap beraksi!" Bagus turun dari motor besarnya, diikuti oleh Tama, Reonaldo dan Indra. Hanya Arjuna yang masih diam berada di sebelah Dewa.
"Wa," panggil Arjuna. Namun, cowok itu hanya diam.
"Perasaan gue kali ini nggak enak, deh," ujar Arjuna yang membuat Dewa menoleh.
"Kenapa?" tanya Dewa. Ia tahu, perasaan Arjuna tidak pernah salah.
"Kaga tahu, dah. Awas, lo bisa karma kali ini,"
Alis Dewa terangkat sebelah. "Maksud lo?"
"Dewa?" Sang pemilik nama menoleh, mendapati sosok gadis cantik tengah berjalan ke arahnya. "Kenapa belum masuk?"
"Ada urusan," sahut Dewa.
Gadis itu mengangguk. "Aku masuk duluan, ya."
"Tunggu." Dewa memarkirkan motornya asal, kemudian menghampiri gadis tadi. "Gue anter ke kelas."
"Nggak usah, lo masih ada urusan kayaknya." Sheril menatap teman-teman Dewa yang sedang melakukan pekerjaannya, lalu beralih menatap cowok itu, "lo baru masuk loh, Wa."
Dewa menoleh sekilas ke belakang, kemudian beralih menatap Arjuna. "Urus tuh, gue mau nganterin cewek gue dulu."
Arjuna mengangguk tanpa bantahan, cowok itu melepas helm dan turun dari motornya. Kemudian menghampiri keempat sahabatnya yang tengah sibuk di sana.
"Ayo," ujar Dewa. Cowok itu menarik lembut tangan Sheril, mengantarnya ke kelas.
"Padahal gue sendirian aja nggak papa," ucap Sheril ketika mereka sampai di koridor.
"Kenapa? Malu jalan sama gue?" tanya Dewa, Sheril menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Dewa!"
"Ganteng."
"Pede banget," cibir Sheril. Sepanjang perjalanan kedua makhluk itu menuju kelas, tatapan iri dan tidak suka tidak jarang mereka dapat.
Terutama pada Sheril. Sosok gadis cantik yang kini berstatus sebagai kekasih Dewa, gadis beruntung yang berhasil mengalahkan ratusan gadis yang mengantri untuk dilirik oleh Dewa.
Sheril juga adalah satu-satunya gadis yang paling dekat dengan anak-anak EAGLE. Hingga tidak jarang, ia dikira satu-satunya anggota wanita yang berada di EAGLE.
Tidak hanya mendapatkan tatapan iri, mereka pun mendapatkan tatapan benci. Terutama dari para gadis yang sejak dulu mengejar-ngejar Dewa, namun tidak pernah dihiraukan oleh cowok itu.
"Sampe, nih." Sheril menghentikan langkahnya di depan kelas yang bertuliskan MIPA Satu.
"Belajar yang bener, biar pinter." Dewa mengacak rambut Sheril seraya tersenyum tipis, sangat tipis hingga tidak terlihat seperti sebuah senyum.
"Dewa!" Kesal Sheril, "ini nyatoknya lama!"
Dewa menggelengkan kepalanya. "Gue heran sama cewek. Rambut kriting pengen dilurusin, udah lurus pengen dikritingin."
"Ya kan biar cantik." Sheril mencebikkan bibirnya.
"Lo apa adanya aja udah cantik. Cukup tampil cantik di depan gue aja, nggak usah di depan cowok lain. Kecuali lo udah putus dari gue," ucapnya yang membuat Sheril mengulum senyum.
"Lo abis koma, kenapa malah tambah manis?" Gadis itu terkekeh, "mimpi apa emang?"
Dewa menarik sebelah senyumnya. "Masuk sana."
"Dih, ngusir."
"Bentar lagi masuk."
"Lo tuh, jangan bolos mulu. Ngapain sekolah kalau ujung-ujungnya cuman nongkrong di kantin?"
"Gue udah pinter, nggak perlu belajar."
"Kalau udah pinter, ngapain sekolah?"
Sekali lagi, Dewa menarik seulas senyumnya. "Pencitraan."
Sheril menggelengkan kepala melihat kelakuan kekasihnya itu. "Yaudah, gue masuk."
Dewa mengangguk. "Nanti istirahat gue jemput."
"Wa, kantin lebih deket sama kelas lo. Kalau lo ke kelas gue dulu, lo muter dong." Sheril menggelengkan kepalanya, "biar gue aja nanti yang ke kelas lo."
"Nggak. Gue nggak mau disamperin cewek duluan, nggak gentle."
"Yaudah, terserah. Gue masuk, ya. Bye!" Sheril kemudian masuk ke dalam kelasnya, saat sudah memastikan bahwa kekasihnya itu aman, Dewa kembali ke parkiran untuk menemui teman-temannya.
"Astaga!" Pekikan melengking itu keluar dari mulut seorang gadis yang kini tengah ternganga lebar seraya menatap segelas kopinya yang berpindah ke seragam Dewa.
Dewa terdiam, menatap seragam putihnya yang kini terdapat noda besar kopi di bagian dada. Mata tajamnya beralih menatap gadis cantik yang sedang berdiri di hadapannya dengan raut wajah panik.
"Duh, nggak sengaja, maaf ... " Gadis itu berusaha membersihkan noda kopi itu dengan sapu tangan, namun sayang, bukannya membersihkan malah membuat noda itu semakin melebar.
"Jauhin tangan lo." Dewa berucap dingin.
Gadis itu mendongak, menatap Dewa dengan raut wajah panik. "I-ini gue mau bersihin, tunggu."
"Ja.u.hin.ta.ngan.lo," ujar Dewa penuh penekanan.
Gadis itu menurut, akhirnya menjauhkan tangannya dari seragam Dewa. "N-nih, lo lap sendiri." ujarnya seraya menjejalkan sapu tangan itu kepada Dewa.
"Lo-" ucapan Dewa terhenti, saat bel tanda pelajaran segera dimulai telah berbunyi.
"Udah bel, gue anak baru, takut telat. Bye!" Gadis itu segera berlari meninggalkan Dewa di tempatnya.
***
" ... seperti yang kita tahu, Kalimantan adalah jantung dunia. Tapi, jika penebangan pohon liar terus dilakukan, apa masih bisa bumi ini seimbang? Kita harus ... "
Belum selesai Ibu Rindu selaku guru Geografi menjelaskan, bel tanda berakhirnya pelajaran membuat kegiatan mengajarnya terhenti.
"Kita sambung lagi minggu depan," ucap wanita bertubuh gempal itu seraya merapikan buku-bukunya.
"Bosen banget, gila. Untung bel cepet," ujar Natasya ketika Ibu Rindu telah keluar dari kelas.
"Star, lo mau ikut gue sama Caca nge-mall, nggak?" tanya Larissa, gadis yang duduk di belakang bangku Starla.
Starla nampak menimang-nimang. "Nggak hari ini, deh. Gue mau istirahat dulu."
"Oh iya, Star. Kalau gue sama Rissa ke rumah lo, gimana? Yah, biar kita makin deket aja gitu," celetuk Natasya.
"Boleh sih," sahut Starla mengangguk.
"Okey! Yuk, pulang," ajak Larissa.
Ketiga gadis yang baru bertemu hari ini itu berjalan bersamaan menuju parkiran. Larissa dan Natasya mengernyit saat Starla berjalan ke tempat yang salah.
"Lo mau ke mana, Star?" tanya Natasya seraya menarik ransel Starla.
"Ke sana." Starla menunjuk tempat ia memarkir scooter-nya.
Natasya dan Larissa saling tatap. "Lo, parkir di sana?"
Melihat perubahan raut wajah kedua teman barunya ini, Starla mengernyit. "Emang kenapa, sih? Salah?"
"Salah besar, Star," ucap Natasya terdengar horror.
"Lo baru aja cari mati," timpal Larissa.
"Berdoa semoga motor lo nggak kenapa-kenapa." Nastasya segera menarik Starla menuju ke sana diikuti Larissa di belakangnya.
"Lo parkir di mana?" tanya Natasya kala matanya tidak menangkap apapun selain tanah kosong.
"Tadi gue parkir di sini!" Starla menunjuk tempat yang ia yakini di mana ia memarkirkan scooter matic-nya, "tuh, lo lihat pasirnya, bekas ban motor gue, tuh!"
"Guys," ucap Larissa, memancing kedua temannya untuk menoleh.
"Apaan, Ris?" tanya Natasya.
"Gue nggak pinter-pinter banget. Tapi gue nggak yakin, sejak kapan pohon mangga menghasilkan ban, sama onderdil motor?" tanya Larissa seraya menunjuk ke arah pohon mangga besar di belakangnya.
Perhatian Starla dan Natasya ikut teralih ke tempat itu. Sontak bola mata Starla membulat. "Itu motor gue!"
Starla berlari menuju pohon mangga yang sudah digantungi bagian-bagian motornya yang telah dilepas. Gadis itu ternganga. "Ini ulah siapa, gila!"
Natasya dan Larissa menghampiri Starla. Kemudian Natasya menepuk bahu gadis itu. "Lo baru aja jadi korban pertama kembalinya EAGLE."
*SCELUS*
Huft! Finally! Boleh minta 100 komen untun next xD?!