Part 2
"Koleksi, Seleksi, Resepsi. Itulah urutan mencari istri."
- Fabian Alaric Kawindra -
???
Fabian POV
Pagi ini aku membuka mataku. Semilir angin pantai membelai wajahku. Ini adalah liburanku sebelum aku memulai kewajibanku pada keluargaku sebagai bentuk pengabdian anak tunggal. Sejak meninggalnya Papa 3 bulan lalu, aku terus terusan di paksa oleh Mama untuk menggantikan posisi Papa di perusahaan. Terkadang aku sangat malas, ingin aku memulai segala sesuatunya sendiri dari 0. Namun sepertinya aku memang di takdirkan untuk meneruskan segala bentuk usaha yang dimiliki keluarga sejak 4 generasi lalu.
Mungkin bersenang senang dengan beberapa wanita tidak ada salahnya selama di Bali ini. Oleh karena itu, pagi ini aku sudah berdandan super ganteng dengan dandanan tak tercela dan aku yakin wanita manapun tidak akan bisa menolak pesona yang aku miliki.
Seperti pagi ini aku melihat seorang wanita cantik, cukup tinggi dan berbadan langsing mondar mandir sendiri di depan loby hotel sambil sibuk menelepon seseorang. Wajahnya tampak kebingungan, dandanannya mengisyaratkan dia akan menghadiri sebuah acara. Mungkin sebuah pesta. Aku mendekatinya. Dan wow... Ketika aku dekat dengannya aroma parfum bacarat menyapu indra penciumanku. Dari wajahnya aku tau dia wanita yang berasal dari kalangan atas bukan wanita biasa . Aku berdeham di dekatnya. Kemudian dia berhenti dan menatapku. Sebagai pria sejati, dengan basa basi sebelum berkenalan dan menambah jumlah koleksi teman wanitaku, aku menawarinya bantuan.
"Ada yang bisa gue bantu? Gue lihat dari tadi lo sepertinya sedang kebingungan."
Wanita ini menatapku dengan penuh penilaian. Aku sedikit tersinggung ketika dia menatapku dari atas sampai bawah kemudian kembali menatap mataku. Wow... Aku ini pria yang menarik, akui sajalah tidak perlu menilaiku sampai seperti itu.
"Lo serius bisa bantu gue?"
"Iya lah serius. Lo butuh bantuan apa?"
"Gue butuh laki-laki buat gandengan."
"Gandeng gue aja, gue free kok."
"Serius lo? Gue butuh gandengan selama 2 hari."
"Jangankan 2 hari, selama apapun lo butuh bakalan gue bantu."
Tanpa aba-aba, wanita ini langsung menggeret tanganku menuju sebuah SUV Lexus mewah berwarna hitam dan melajukan mobilnya sambil menelepon seseorang.
Aku ingin menanyakan tujuannya, tapi terpotong oleh suaranya.
"Halo Nad, gue udah bawa solusi masalah kita. Tapi gue butuh waktu buat dandanin dia dulu. 1 jam waktu buat gue ke sana. Jagain Deva jangan sampai nekad."
"...."
"Tenang, lo percayain lah sama gue. Kapan sih gue mengecewakan dalam hal kaya gini?"
"...."
"Bye."
Apa maksudnya perempuan disebelahku ini. Apakah aku akan jadi korban perdagangan manusia? Wah, salah sasaran bila itu betul. Tapi sebagai pria yang masih menjunjung sopan santun aku mencoba menanyakannya.
"Sadar enggak sih dari tadi kita belum kenalan?"
Perempuan disebelahku tertawa dan tawanya manis sekali.
"Oh iya, sorry gue lupa soalnya saking paniknya tadi. Untung lo dateng jadi solusi kemumedan gue."
Aku ikutan tertawa disebelahnya. Setelah tawaku reda aku memperkenalkan diri, "Nama gue Fabian, lo?"
"Nama gue Salma," katanya sambil tersenyum dan tanpa aku sadari SUV ini sudah berhenti di sebuah rumah mewah.
"Ayo turun."
Aku masih bergeming dan diam di tempat, sepertinya Salma sadar artinya.
"Lo tenang aja, gue bukan orang jahat, kalo lo bantuin gue sekarang, lo sudah menyelamatkan masa depan orang lain bahkan sebelum dia lahir ke dunia."
"Lo enggak nyuruh gue nikahin perempuan hamil kan?"
"Hahaha, ya enggaklah, gue nggak punya banyak waktu, nanti gue terangin sambil jalan, sekarang gue butuh lo ganti baju dengan baju di dalam yang lebih pantes buat acara ini."
Aku pun mengikutinya turun dan masuk ke rumah mewah itu. Kali ini aku menuruti keinginannya untuk mendandaniku sesuai keinginannya. Entah kenapa aku mencoba mempercayai Salma kali ini. Semoga saja feelingku benar.
Setelah aku berganti dengan pakaian formal, Salma melajukan mobilnya ke arah sebuah hotel bintang lima di tepi pantai daerah seminyak.
Beberapa saat kemudian aku tiba disana. Salma langsung berlarian dengan gaun putihnya menuju ke arah lift, aku mengikutinya. Aku melihat dia menelepon seseorang.
"Nad, gue udah di depan lift. Buruan, gue tunggu depan kamar Deva di atas, bawa Deva ke atas. Gue otw sekarang."
"...."
" Iya, bye."
3 menit berikutnya aku sudah di depan kamar hotel menanti seseorang. Aku yang selama ini berpendapat kalo pencarian jodoh itu dengan urutan koleksi, seleksi dan resepsi harus membuang jauh jauh anggapan itu sesuai apa yang Salma ceritakan. Kenyataannya yang sudah menyebar undangan, acara pernikahannya kurang dua Minggu saja bisa batal karena sang pria ketauan selingkuh, entah apapun sebabnya, seberengsek berengseknya aku menjadi laki laki, aku tidak akan melakukan itu apalagi jika undangan atas namaku dan namanya sudah tersebar. Lebih gilanya lagi si pria edan itu tidak mau menikahi selingkuhannya jika si mantan calon istrinya tidak memiliki pasangan yang dibawa ke depan keluarga besarnya. Karena si pria tau jika si wanita ini tidak pernah mengenalkan pria lain pada keluarga besarnya jika tidak memiliki hubungan lebih dari sekedar teman.
"Sal," Seru seseorang yang berlarian ke arah kami.
Wanita ini cukup tinggi. Aku yang tingginya 181 cm saja ketika dia mengenakan high hells nya yang tidak terlalu tinggi hanya sekitar 3cm itu bisa memiliki tinggi yang sejajar. Kemungkinan besar profesinya adalah model. Dengan tingginya yang menjulang, bodynya yang seperti gitar spanyol, kulit eksotisnya, idaman sekali bagi laki-laki. Laki-laki itu mikir apa? Punya yang seperti ini kok bisa selingkuh. Dasar manusia kufur nikmat.
Karena terfokus pada mahluk indah nan eksotis ini, aku tidak memperhatikan jika dia bersama seorang wanita kecil , muda yang aku yakin umurnya saja pasti belum genap 20 tahun. Mungkin malah masih SMA atau SMP.
"Nad, Buruan buka pintunya. Kita obrolin di dalam."
Oh, jadi ini perempuan yang bernama "Nad-Nad" yang dari tadi di telepon oleh Salma.
Si "Nad" kemudian membuka pintu dan kami berempat masuk ke dalam. Kami memasuki hotel dengan tipe kamar suite room. Salma menarikku untuk duduk di sofa panjang berwarna coklat, sedangkan si Nad dan perempuan kecil itu duduk disebelah Salma.
"Oh iya Nad, kenalin dulu ini Fabian."
Aku memperkenalkan diriku kepada dua wanita itu dan aku baru tau jika nama kedua orang itu Nada dan Deva. setelah lebih dekat seperti ini, aku baru menyadari jika Deva imut pakai banget. Ah, kenapa aku jadi memperhatikan si bocah. Bukan tipeku, walau aku berwajah cukup baby face tapi aku tidak bermain dengan anak kecil. Bisa dikutuk Tuhan dan dijebloskan ke nereka jahanam kalo aku nge-date bareng anak-anak.
"Oh ya Fabian, tolong bantuin kita ya, pura pura jadi calon suaminya," Nada melirik ke samping ke arah Deva.
Aku kaget bukan main, "Hah! yang bener aja, dia masih anak-anak. Lo yakin?"
Bukannya jawaban yang aku dapat, tapi tawa super lepas Salma yang memenuhi ruangan ini.
"Eh Sal, darimana lo dapet oppa-oppa korea yang kaya idol tapi mulutnya asal jeplak begini?" kata si Deva emosi.
"Di loby hotel tempat gue nginap Dev, dia yang nawarin diri. Hahaha," Salma masih tertawa dan sepertinya belum akan berhenti dalam waktu dekat.
Aku mulai melirik si bocah yang sudah berdiri dari sofa dan menuju arah ranjangnya yang jauh ada di depan. Sepertinya dia tidak terima dengan kata kataku yang mengatakan dia "anak-anak."
"Fabian, gue minta maaf kalo gue ngerepotin lo, cuma lo satu satunya harapan gue sama Salma saat ini buat bisa gandeng Deva masuk lagi ke ballroom hotel di bawah. Dan Deva bukan anak-anak, umurnya sudah 28 tahun 3 bulan lalu."
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
Aku hanya bisa melongo, lidahku kelu, setelah itu hanya kata, "Hah?" Yang mampu aku ucapkan.
"Iya, beneran lagi, si Deva bukan anak anak, emang salah mukanya aja itu yang di formalin, makanya awet muda kaya ABG, aslinya mah sudah mau kepala 3 dia bentar lagi,"Kata Salma santai disebelahku.
Aku menatap Deva yang sedang menatapku. Oh oh oh... Tatapannya seperti anak kecil tanpa dosa. Terima kasih Tuhan, aku tidak akan di buang ke nereka jahanam kalo aku nge-date dengannya.
"Temen gue yang diselingkuhi dan ditnggal nikah sama pacar 15 tahunnya itu ya Deva," Salma kembali menimpali, memperjelas situasi kali ini.
***