Bab 2
"Jika kau pikir semua wanita akan mudah luluh hanya dengan omong kosong seorang pria, maka kau baru saja membuat kesalahan besar."
Shakira turun dari motor besar Daniel tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Ia sudah cukup malu karena menjadi sorotan para siswa yang berada di parkiran, akibat ia yang datang berboncengan bersama Daniel.
Yang mengherankan, mengapa masih banyak murid yang berada di parkiran padahal saat ini jam pelajaran sudah berlangsung. Apa hal ini wajar? Shakira tidak tahu menahu, sebab ia adalah salah satu murid rajin yang selalu datang tepat waktu. Namun hari ini, keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.
Gadis itu berjalan cepat, ke arah gedung A yang dikhusus kan bagi murid yang masuk di jurusan IPA. Jangan ragukan kepintaran Shakira, ia adalah bintang di SMA Golden.
Ada yang aneh saat Shakira berjalan menaiki tangga, gadis itu merasakan seseorang mengikutinya. Shakira segera menoleh, dan benar saja, Daniel tengah berjalan mengekor di belakangnya.
Mata Shakira melotot sempurna ke arah Daniel, "Lo ngapain ke gedung IPA?!"
"Jagain lo dari belakang, buruan naik." Daniel menyuruh Shakira melanjutkan langkahnya dengan dagunya.
"Gue udah 2 tahun sekolah di sini, bolak-balik pake tangga ini, lo nggak perlu jagain gue dan gue nggak mau dijagain sama lo!"
Daniel memutar bola matanya jengah, "Yaudah, kalau gitu lupain kebiasaan lo selama 2 tahun itu. Sekarang tiap lo naik tangga, ada gue yang jagain."
"Gue nggak butuh dijagain!" Shakira menghentakkan kakinya dengan kesal, kemudian beranjak kembali menaiki tangga.
Kesialan Shakira rupanya masih berlanjut, gadis itu menginjak tali sepatunya yang belum terikat dengan sempurna. Tubuh Shakira oleng seketika, hendak jatuh ke bawah.
Daniel yang menyaksikan itu, menangkap tubuh Shakira dengan sigap. Jika Daniel terlambat 1 detik saja, maka sudah dapat dipastikan Shakira akan terguling sampai ke bawah.
"Masih mau bilang lo nggak butuh dijagain?" tanya Daniel dengan alisnya yang terangkat satu.
Shakira mengerjap, memutuskan kontak mata dengan Daniel. "Lepas!"
"Hal yang paling sulit diucapkan di dunia ini adalah kata maaf, dan terima kasih." sindir Daniel.
"Makasih," ucap Shakira dengan malas kemudian beranjak meninggalkan Daniel.
Daniel mengulum senyum memerhatikan gadis itu menjauh.
**
Shakira menggigit bibir bawahnya saat melihat Ibu Nir, guru ter-killer di SMA Golden sudah masuk di dalam kelas. Ia merutuk dalam hatinya, apakah ia harus masuk, atau membiarkan dirinya bolos di dalam absen Matematika untuk pertama kalinya?
T
idak berpikir panjang, Shakira menarik napas kemudian mengetuk perlahan pintu kelasnya yang tertutup rapat. Setelahnya, Shakira mendorong pelan pintu itu hingga terbuka separo.
Kelasnya sangat sunyi, Ibu Nir yang tadinya sedang menulis di papan tulis kini menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah pintu, tepat di mana Shakira berada. Gadis itu meneguk salivanya begitu mata tajam milik Ibu Nir dari balik kacamata plus-nya menatap Shakira.
Shakira menoleh ke arah teman sebangkunya, Adelia. Gadis berambut sebahu itu sedang menatapnya, seolah mengatakan-mati lo abis ini-.
"Ma-maaf, Bu. Say--"
"Lari keliling lapangan basket, 5 kali. Sekarang!" titah Ibu Nir.
Harusnya Shakira tau, apapun alasannya, guru matematikanya yang satu itu tidak akan pernah mendengarkan. Ia akan langsung menghukum siapapun yang berani mengganggu pelajarannya, ditambah lagi Ibu Nir paling membenci murid yang terlambat.
Sebenarnya Shakira bisa saja terlepas dari hukuman ini, jika saja ia tidak nekat masuk ke kelas dan lebih memilih menunggu pelajaran matematika selesai. Namun ia tidak bisa, ia adalah Shakira Arabella, the queen of perfection.
"Tunggu apa lagi, Kamu?!" gertak Bu Nir yang membuat Shakira segera berlari menuju lantai bawah, ke lapangan basket.
Setibanya di pinggir lapangan, Shakira meletakkan tasnya kemudian mulai berlari. Mengitari lapangan basket sebanyak 5 kali bukan hal yang mudah bagi Shakira, gadis itu cukup pintar dalam pelajaran, namun tidak dengan olahraga. Ia membenci olahraga, sehingga berlari mengelilingi lapangan basket sebanyak 5 kali sama saja dengan menyuruh Shakira mengerjakan seribu soal matematika.
Kurang lebih 20 menit kemudian, Shakira menyelesaikan hukumannya. Gadis itu menepi, duduk seraya memeluk kedua betisnya yang terasa lelah seraya mengatur napasnya yang terhengal-hengal.
"Jangan ditekuk." Kaki Shakira tiba-tiba tertarik lurus ke depan.
Shakira mendongak, menatap ke arah seseorang yang baru saja menarik kakinya. Kemudian, emosinya kembali naik ke ubun-ubun.
"Jangan pegang-pegang!" Shakira menarik kakinya dengan cepat.
"Lo bisa nurut nggak? Habis lari itu, kaki jangan ditekuk. Ntar lo parises, mau?" Lelaki itu kembali menarik kaki Shakira.
"Lo ngapain sih, di sini?" tanya Shakira dengan nada ketusnya.
Daniel menatapnya. "Harusnya gue yang nanya, ngapain murid paling cerdas ada di luar kelas, lari-lari di lapangan basket di saat lagi jam pelajaran?"
"Coba tanyain itu ke diri lo sendiri, lo juga ngapain di luar kelas?" balas Shakira masih dengan nada ketus.
"Gue yang punya sekolah ini," sahut Daniel berbangga diri. "Anak Sultan bebas."
Sementang nama bapaknya Sultan, cibir Shakira dalam hati.
"Ngapain bengong?" tanya Daniel lagi.
"Udah, lo pergi aja sana!" usir Shakira seraya mengibaskan tangannya.
"Siapa lo berani ngusir gue?" Daniel menaikkan sebelah alisnya.
"Gue pacar lo, itu kata lo kan?" Shakira menatap tajam mata Daniel. "Sekarang pacar lo ini mau ngusir lo, hush!"
Seulas senyum merekah terukir di bibir Daniel. "Wah, lo udah bisa menerima kenyataan ternyata."
Shakira memutar bola matanya malas. Tentu saja apa yang ia katakan itu hanya omong kosong, agar Daniel segera pergi menjauh darinya.
"Buruan sana, pergi!" usir Shakira, lagi.
Daniel menggeleng tidak setuju. "Ini artinya Daniel menang, harus dirayakan. Ayo kita bolos ke kantin!"
Shakira membelalakan matanya, tubuhnya tertarik dengan keras, memaksanya berdiri. Daniel benar-benar kuat, karena hanya dengan satu tarikan ia sudah bisa membuat Shakira berdiri tegak. Entah Daniel yang terlalu kuat atau Shakira yang terlalu lemah.
"Apa-apaan, sih?" Marah Shakira seraya mengambil langkah menjauhi Daniel.
"Lo marah-marah mulu, muka lo ntar cepet keriput. Mama gue paling anti sama yang keriput-keriput, ntar dia nggak ngerestuin lo sebagai menantu," ujar Daniel membuat Shakira melotot.
"Ih, ngaco banget sih!" gadis itu menatap Daniel sebal.
"Ck," Daniel meraih kedua bahu Shakira, kemudian mengarahkan gadis itu ke depan dan memaksanya berjalan. "Banyak bacot amat, gue cuman mau ngajak ke kantin aja susahnya kayak mau ngajak kawin."
"Gue nggak mau!" Shakira berteriak, berusaha menghentikan langkahnya. Namun usahanya seperti sia-sia karena lelaki di belakangnya ini terlalu kuat.
"Lo mandi keringet apa, basah banget ini seragam!" Komentar Daniel yang masih mendorong Shakira.
Tiba-tiba dorongan Daniel terhenti, Shakira mengernyitkan dahinya. Gadis itu menoleh ke belakang, dan hampir saja ia menjerit karena melihat pemandangan Daniel sedang melepas kemeja seragamnya.
"Lo ngapain buka baju di sini?!" Shakira menutup kedua matanya dengan telapak tangan, menghindari mata sucinya melihat pemandangan yang tidak-tidak.
"Diem," ujar Daniel yang masih berusaha melepaskan satu lagi kancing kemejanya dan voila, kemejanya ia lepas begitu saja.
"Pake baju lo, Daniel!" Shakira menjerit, masih dengan posisi metutup matanya.
"Gue pake kaos," ucap Daniel.
Shakira membuka sedikit jari-jarinya untuk mengintip, dan benar saja, Daniel masih mengenakan kaos putih polos yang menutupi tubuhnya.
"Lo ngapain pake acara buka baju segala, sih?!"
Daniel tidak menjawab, ia malah menarik tubuh Shakira untuk menghadapnya, kemudian segera memasangkan kemeja miliknya pada tubuh mungil gadis itu.
"Ini apa-apaan?!" Shakira bergerak hendak melepaskan kemeja milik Daniel, namun lelaki itu segera mencegahnya.
"Jangan dilepas!" Daniel menepis tangan Shakira.
"Buat apa?!" tanya Shakira kesal.
Daniel menggerak tengkuknya yang tidak gatal, kemudian bergerak mendekatkan bibirnya ke telinga Shakira.
"Lo pasti nggak pake tanktop, kan? Kemeja lo basah, bra lo jadi nembus. Makanya gue tutup pake kemeja gue."
Shakira hampir saja pingsan.
"Jika kau pikir semua wanita akan mudah luluh hanya dengan omong kosong seorang pria, maka kau baru saja membuat kesalahan besar."
Shakira turun dari motor besar Daniel tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Ia sudah cukup malu karena menjadi sorotan para siswa yang berada di parkiran, akibat ia yang datang berboncengan bersama Daniel.
Yang mengherankan, mengapa masih banyak murid yang berada di parkiran padahal saat ini jam pelajaran sudah berlangsung. Apa hal ini wajar? Shakira tidak tahu menahu, sebab ia adalah salah satu murid rajin yang selalu datang tepat waktu. Namun hari ini, keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.
Gadis itu berjalan cepat, ke arah gedung A yang dikhusus kan bagi murid yang masuk di jurusan IPA. Jangan ragukan kepintaran Shakira, ia adalah bintang di SMA Golden.
Ada yang aneh saat Shakira berjalan menaiki tangga, gadis itu merasakan seseorang mengikutinya. Shakira segera menoleh, dan benar saja, Daniel tengah berjalan mengekor di belakangnya.
Mata Shakira melotot sempurna ke arah Daniel, "Lo ngapain ke gedung IPA?!"
"Jagain lo dari belakang, buruan naik." Daniel menyuruh Shakira melanjutkan langkahnya dengan dagunya.
"Gue udah 2 tahun sekolah di sini, bolak-balik pake tangga ini, lo nggak perlu jagain gue dan gue nggak mau dijagain sama lo!"
Daniel memutar bola matanya jengah, "Yaudah, kalau gitu lupain kebiasaan lo selama 2 tahun itu. Sekarang tiap lo naik tangga, ada gue yang jagain."
"Gue nggak butuh dijagain!" Shakira menghentakkan kakinya dengan kesal, kemudian beranjak kembali menaiki tangga.
Kesialan Shakira rupanya masih berlanjut, gadis itu menginjak tali sepatunya yang belum terikat dengan sempurna. Tubuh Shakira oleng seketika, hendak jatuh ke bawah.
Daniel yang menyaksikan itu, menangkap tubuh Shakira dengan sigap. Jika Daniel terlambat 1 detik saja, maka sudah dapat dipastikan Shakira akan terguling sampai ke bawah.
"Masih mau bilang lo nggak butuh dijagain?" tanya Daniel dengan alisnya yang terangkat satu.
Shakira mengerjap, memutuskan kontak mata dengan Daniel. "Lepas!"
"Hal yang paling sulit diucapkan di dunia ini adalah kata maaf, dan terima kasih." sindir Daniel.
"Makasih," ucap Shakira dengan malas kemudian beranjak meninggalkan Daniel.
Daniel mengulum senyum memerhatikan gadis itu menjauh.
**
Shakira menggigit bibir bawahnya saat melihat Ibu Nir, guru ter-killer di SMA Golden sudah masuk di dalam kelas. Ia merutuk dalam hatinya, apakah ia harus masuk, atau membiarkan dirinya bolos di dalam absen Matematika untuk pertama kalinya?
T
idak berpikir panjang, Shakira menarik napas kemudian mengetuk perlahan pintu kelasnya yang tertutup rapat. Setelahnya, Shakira mendorong pelan pintu itu hingga terbuka separo.
Kelasnya sangat sunyi, Ibu Nir yang tadinya sedang menulis di papan tulis kini menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah pintu, tepat di mana Shakira berada. Gadis itu meneguk salivanya begitu mata tajam milik Ibu Nir dari balik kacamata plus-nya menatap Shakira.
Shakira menoleh ke arah teman sebangkunya, Adelia. Gadis berambut sebahu itu sedang menatapnya, seolah mengatakan-mati lo abis ini-.
"Ma-maaf, Bu. Say--"
"Lari keliling lapangan basket, 5 kali. Sekarang!" titah Ibu Nir.
Harusnya Shakira tau, apapun alasannya, guru matematikanya yang satu itu tidak akan pernah mendengarkan. Ia akan langsung menghukum siapapun yang berani mengganggu pelajarannya, ditambah lagi Ibu Nir paling membenci murid yang terlambat.
Sebenarnya Shakira bisa saja terlepas dari hukuman ini, jika saja ia tidak nekat masuk ke kelas dan lebih memilih menunggu pelajaran matematika selesai. Namun ia tidak bisa, ia adalah Shakira Arabella, the queen of perfection.
"Tunggu apa lagi, Kamu?!" gertak Bu Nir yang membuat Shakira segera berlari menuju lantai bawah, ke lapangan basket.
Setibanya di pinggir lapangan, Shakira meletakkan tasnya kemudian mulai berlari. Mengitari lapangan basket sebanyak 5 kali bukan hal yang mudah bagi Shakira, gadis itu cukup pintar dalam pelajaran, namun tidak dengan olahraga. Ia membenci olahraga, sehingga berlari mengelilingi lapangan basket sebanyak 5 kali sama saja dengan menyuruh Shakira mengerjakan seribu soal matematika.
Kurang lebih 20 menit kemudian, Shakira menyelesaikan hukumannya. Gadis itu menepi, duduk seraya memeluk kedua betisnya yang terasa lelah seraya mengatur napasnya yang terhengal-hengal.
"Jangan ditekuk." Kaki Shakira tiba-tiba tertarik lurus ke depan.
Shakira mendongak, menatap ke arah seseorang yang baru saja menarik kakinya. Kemudian, emosinya kembali naik ke ubun-ubun.
"Jangan pegang-pegang!" Shakira menarik kakinya dengan cepat.
"Lo bisa nurut nggak? Habis lari itu, kaki jangan ditekuk. Ntar lo parises, mau?" Lelaki itu kembali menarik kaki Shakira.
"Lo ngapain sih, di sini?" tanya Shakira dengan nada ketusnya.
Daniel menatapnya. "Harusnya gue yang nanya, ngapain murid paling cerdas ada di luar kelas, lari-lari di lapangan basket di saat lagi jam pelajaran?"
"Coba tanyain itu ke diri lo sendiri, lo juga ngapain di luar kelas?" balas Shakira masih dengan nada ketus.
"Gue yang punya sekolah ini," sahut Daniel berbangga diri. "Anak Sultan bebas."
Sementang nama bapaknya Sultan, cibir Shakira dalam hati.
"Ngapain bengong?" tanya Daniel lagi.
"Udah, lo pergi aja sana!" usir Shakira seraya mengibaskan tangannya.
"Siapa lo berani ngusir gue?" Daniel menaikkan sebelah alisnya.
"Gue pacar lo, itu kata lo kan?" Shakira menatap tajam mata Daniel. "Sekarang pacar lo ini mau ngusir lo, hush!"
Seulas senyum merekah terukir di bibir Daniel. "Wah, lo udah bisa menerima kenyataan ternyata."
Shakira memutar bola matanya malas. Tentu saja apa yang ia katakan itu hanya omong kosong, agar Daniel segera pergi menjauh darinya.
"Buruan sana, pergi!" usir Shakira, lagi.
Daniel menggeleng tidak setuju. "Ini artinya Daniel menang, harus dirayakan. Ayo kita bolos ke kantin!"
Shakira membelalakan matanya, tubuhnya tertarik dengan keras, memaksanya berdiri. Daniel benar-benar kuat, karena hanya dengan satu tarikan ia sudah bisa membuat Shakira berdiri tegak. Entah Daniel yang terlalu kuat atau Shakira yang terlalu lemah.
"Apa-apaan, sih?" Marah Shakira seraya mengambil langkah menjauhi Daniel.
"Lo marah-marah mulu, muka lo ntar cepet keriput. Mama gue paling anti sama yang keriput-keriput, ntar dia nggak ngerestuin lo sebagai menantu," ujar Daniel membuat Shakira melotot.
"Ih, ngaco banget sih!" gadis itu menatap Daniel sebal.
"Ck," Daniel meraih kedua bahu Shakira, kemudian mengarahkan gadis itu ke depan dan memaksanya berjalan. "Banyak bacot amat, gue cuman mau ngajak ke kantin aja susahnya kayak mau ngajak kawin."
"Gue nggak mau!" Shakira berteriak, berusaha menghentikan langkahnya. Namun usahanya seperti sia-sia karena lelaki di belakangnya ini terlalu kuat.
"Lo mandi keringet apa, basah banget ini seragam!" Komentar Daniel yang masih mendorong Shakira.
Tiba-tiba dorongan Daniel terhenti, Shakira mengernyitkan dahinya. Gadis itu menoleh ke belakang, dan hampir saja ia menjerit karena melihat pemandangan Daniel sedang melepas kemeja seragamnya.
"Lo ngapain buka baju di sini?!" Shakira menutup kedua matanya dengan telapak tangan, menghindari mata sucinya melihat pemandangan yang tidak-tidak.
"Diem," ujar Daniel yang masih berusaha melepaskan satu lagi kancing kemejanya dan voila, kemejanya ia lepas begitu saja.
"Pake baju lo, Daniel!" Shakira menjerit, masih dengan posisi metutup matanya.
"Gue pake kaos," ucap Daniel.
Shakira membuka sedikit jari-jarinya untuk mengintip, dan benar saja, Daniel masih mengenakan kaos putih polos yang menutupi tubuhnya.
"Lo ngapain pake acara buka baju segala, sih?!"
Daniel tidak menjawab, ia malah menarik tubuh Shakira untuk menghadapnya, kemudian segera memasangkan kemeja miliknya pada tubuh mungil gadis itu.
"Ini apa-apaan?!" Shakira bergerak hendak melepaskan kemeja milik Daniel, namun lelaki itu segera mencegahnya.
"Jangan dilepas!" Daniel menepis tangan Shakira.
"Buat apa?!" tanya Shakira kesal.
Daniel menggerak tengkuknya yang tidak gatal, kemudian bergerak mendekatkan bibirnya ke telinga Shakira.
"Lo pasti nggak pake tanktop, kan? Kemeja lo basah, bra lo jadi nembus. Makanya gue tutup pake kemeja gue."
Shakira hampir saja pingsan.