Pustaka
Bahasa Indonesia

Dangerous Touch

104.0K · Tamat
Abigail Kusuma
83
Bab
14.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Sejak kematian ibu dan kakaknya, hidup Isabel menjadi sebatang kara. Menyandang status sebagi Putri Mahkota adalah beban terberat bagi Isabel. Kehidupan bahagianya telah lenyap, tergantikan dengan banyaknya penderitaan yang menghantuinya. Sampai suati ketika, Isabel dipertemukan dengan Joseph—billioanaire playboy—yang hidupnya selalu di kelilingi wanita-wanita cantik. Semua bermula dari sini, hasrat keinginan mereka bersatu layaknya percikan api yang siap membara. Akan tetapi perjuangan mereka bersatu tidaklah mudah. Mereka harus menghadapi badai yang menerpa. *** Follow me on IG: abigail_kusuma95

RomansaBillionaireCinta Pada Pandangan PertamaMengandung Diluar Nikahplayboy

Bab 1. Ancaman Berbahaya

Murcia, Spain.

“Tolong!” Seorang gadis berlari di lorong gelap di bawah derasnya hujan yang membasahi kota Murcia. Dinginnya malam begitu menusuk, namun nyatanya tidak membuat gadis itu menggigil kedinginan.

Hujan turun begitu deras, tapi rasa takut tidak ada sedikit pun pada gadis itu. Dia jauh lebih takut pada dua pria berbadan besar yang mengejarnya. Cipratan air hujan yang ada di tanah mengenai long dress berwarna putih yang dikenakan gadis itu.

Kotor. Tidak ada yang bisa lagi digambarkan. Gadis berparas cantik dan berambut merah itu mengenakan long dress berwarna putih yang sudah terkena noda cipratan air hujan yang bercampur dengan tanah di bawah.

Dorrr …

Suara tembakan yang dilayangkan ke udara menggertak gadis itu untuk berhenti berlari, karena sejatinya dua pria berbadan besar itu masih memberikan sedikit kelonggaran pada gadis itu. Mereka sengaja menggertak agar gadis itu berhenti berlari.

Samar-samar suara isak tangis terdengar bercampur dengan guyuran air hujan. Gadis itu berlari sekencang mungkin menghindari dua pria berbadan besar yang mengejarnya.

“Berhenti!” Suara lantang dari salah satu pria berbadan besar, meminta gadis itu untuk berhenti. Namun, gadis itu nyatanya tak menyerah. Dia berlari menghindar. Derasnya hujan, tak kunjung membuatnya menyerah.

“Ck! Kita tangkap saja dia! Kesabaranku sudah habis!” Salah satu pria berbadan besar, meminta temannya untuk menangkap gadis itu.

Anggukan kepala direspon. Tampak wajah gadis itu sudah memucat. Dia tahu bahwa dua pria yang mengejarnya berdiri di belakangnya tidak terlalu jauh darinya. Sekalipun dia sudah berlari kencang tidak akan sanggup bisa bebas dari kejaran dua pria berbadan besar itu.

Napas gadis itu terengah-engah. Pandangannya sudah mulai buram akibat kelelahan dan dingin yang menusuk seluruh tubuhnya membuat seluruh energy-nya habis. Langkah larinya pun mulai sedikit melambat. Hingga tiba-tiba sebuah mobil sport berwarna hitam muncul dan tak sengaja menabrak gadis itu.

Brakkk

Tubuh gadis itu tertabrak mobil sport bewarna hitam yang melaju cukup kencang di kota Murcia. Untungnya sang pemilik mobil mampu melakukan rem secara mendadak. Jika saja tidak, maka sudah pasti tubuh gadis itu terpental cukup jauh.

Kejadian tabrakan itu, membuat dua pria berbadan besar yang mengejar gadis cantik itu, terpaksa harus berhenti mengejar. Bahkan mereka terpaksa harus bersembunyi agar tidak ketahuan.

Seorang pria tampan bertubuh gagah turun dari mobil dan menghampiri gadis itu. Tepat di kala pria tampan itu turun dari mobil—asistennya juga turun dari mobil belakang menghampiri pria tampan itu.

“Tuan Joseph, Anda baik-baik saja?” sang asisten khawatir kalau Tuannya mengalami luka.

Pria tampan bernama Joseph itu mengembuskan napas kasar. “Kau lihat sendiri, aku baik-baik saja atau tidak?!” Alih-alih menjawab, malah Joseph membalikkan ucapan sang asisten.

Sang asisten menggaruk kepalanya tidak gatal. Lalu, tatapannya tak sengaja menatap seorang gadis cantik sudah terbaring lemah di tanah. “T-Tuan, A-Anda—”

“Aku tahu aku menabrak gadis ceroboh ini, tapi itu bukan salahku sepenuhnya. Dia berlari ke arah mobilku. Itu sama saja dengan dia menabrakan dirinya ke mobilku.” Joseph mendengkus kesal, memberikan penjelasan.

Sang asisten menatap serius Joseph. “Tuan, hari ini Anda sudah diminta kembali ke New York oleh ayah Anda. Biarkan saya yang mengurus gadis itu. Saya akan membawanya ke rumah sakit dan memberikan uang sebagai bentuk ganti rugi.”

Joseph menundukkan tubuhnya, menatap gadis cantik yang pingsan akibat tertabrak olehnya. Dia menatap lekat dan dalam gadis cantik yang memiliki rambut panjang dan warna merah. Adanya freckles di wajah putih gadis itu—membuatnya cukup menarik di mata Joseph.

“Biar aku yang mengurusnya.” Joseph langsung membopong tubuh mungil gadis itu gaya bridal—dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.

“Tuan, tapi ayah Anda—” Sang asisten tidak lagi bisa melanjutkan ucapannya, karena sekarang Joseph sudah melajukan mobil. Dengan terpaksa, sang asisten masuk kembali ke dalam mobilnya sendiri—dan berbalik arah kembali ke apartemen yang dia tempati selama di kota Murcia.

“Bagaimana ini? Yang Mulia akan murka pada kita,” seru salah satu pria berbadan besar yang telah keluar dari tempat persembunyiannya.

Pria berbadan besar lainnya berdecak. “Sudahlah, kita pikirkan nanti. Lebih baik kita temui Yang Mulia sekarang.”

***

Sayup-sayup mata gadis cantik berambut merah mulai terbuka. Pandangannya mulai menjadi nyata, tidak lagi buram. Akan tetapi, ketika matanya sudah terbuka—tatapannya menatap terkejut melihat dirinya berada di sebuah kamar asing—dan juga ada sosok pria yang berdiri di hadapannya sambil melayangkan tatapan dingin.

“K-kau … a-apa kau ingin membunuhku?” Gadis itu beringsut mundur hingga membuat tubuhnya terbentur ke kepala ranjang.

Joseph berdecak kesal. “Dokter memeriksa kau tidak memiliki luka dalam. Tapi kenapa otakmu berpikir konyol!”

“D-Dokter?” Mata gadis itu melebar. “A-aku diperiksa dokter?”

Joseph berusaha bersabar. “Nona rambut merah, kau menabrakan dirimu ke mobilku hingga membuatmu terluka. Aku membawamu ke penthouse-ku sebagai bentuk tanggung jawab, meski kau yang salah. Dan … ya, aku memanggilkan dokter untuk memeriksa luka di tubuhmu.”

Gadis cantik itu menelan saliva-nya berat. Kepingan memorinya langsung mengingat tentang apa yang terjadi padanya. Buru-buru dia melihat tubuhnya sendiri—menatap dress yang dia kenakan sudah tidak lagi sama. Detik itu juga raut wajahnya berubah menjadi panik.

Joseph mendengkus kasar. “Aku tidak berniat memerkosa seorang gadis pingsan. Singkirkan pikiran konyolmu! Pelayanku yang sudah menggantikan pakaianmu.”

Gadis cantik itu lega mendengar ucapan Joseph. Kejadian tabrakan tadi sama saja telah membantunya selamat dari hal buruk. Entah, bagaimana nasibnya sekarang kalau dirinya tidak tertabrak mobil.

“Kenapa kau menabrakan tubuhmu ke mobilku? Apa kau bosan hidup?” seru Joseph menahan jengkel.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya. “A-aku minta maaf. A-aku tidak melihat jalan dengan baik. Maafkan aku, Tuan.” Dia menundukkan kepalanya ke hadapan Joseph.

Joseph melangkah mendekat, menatap dingin dan lekat gadis berambut merah itu. “Siapa namamu?” tanyanya dingin.

Gadis itu masih belum bersuara di kala Joseph menanyakan namanya. Dia tetap menundukkan kepalanya tidak berani melihat Joseph.

“Angkat kepalamu. Aku sedang berbicara denganmu,” ucap Joseph dingin.

Sayangnya, gadis itu masih menundukkan kepalanya tidak berani menatap Joseph.

Joseph menjadi kesal. Dia langsung menarik dagu gadis itu menggunakan jemarinya, dan memberikan tatapan dingin pada gadis itu. “Siapa namamu?”

Gadis itu kembali menggigit bibir bawahnya. “I-Isabel … namaku Isabel, Tuan.”

Joseph tak henti menatap sepasang iris mata hijau, rambut panjang warna merah, dan freckles yang ada pada gadis itu. Belum ada kata yang terucapkan, dia masih tenggelam akan pemandangan yang ada di hadapannya. Manik mata hijau dipadukan dengan rambut merah adalah sangat jarang dia temui.

“Apa nama keluargamu?” tanya Joseph lagi.

Gadis bernama Isabel menggeleng lemah. “Aku tidak memiliki keluarga. Namaku Isabel saja, Tuan.”