4. Dia Milikku
***
Suasana di kantor sangat sibuk, Sarah pun tak henti-hentinya mengurus hal-hal yang diperintahkan Kevin, sampai-sampai ia tak menghiraukan jam makan siangnya. Tepat pukul dua siang, akhirnya Sarah bisa rehat karena Kevin sedang keluar tanpa dia, katanya ada keperluan mendadak. Yups, Sarah bahagia bukan main karena ia bisa bernafas sebentar dari cengkraman bosnya.
"Kenapa, Sar, lemes gitu?" tanya Nancy. Nancy adalah sekretaris Kevin yang dibawa dari kantor sebelumnya. Kevin tidak mau orang sembarangan di sekitarnya, dan yang membuat Sarah heran sampai detik ini adalah mengapa dia bisa dipercaya menjadi PA untuk Kevin, padahal dia tahu bahwa Kevin Hadiwijaya adalah salah satu orang yang sangat ketat dan tak mudah untuk ditebak.
Lamunan Sarah buyar ketika Nancy menepuk bahunya.
"Mbak nanya loh, kamu ngelamun terus. Mikirin apa sih? Berantem sama pacar?" goda Nancy.
"Apa sih, Mbak, mana ada pacar,” balas Sarah tertawa.
"What? Baby, kamu jomlo? Kasihan dong," goda Nancy sambil cekikikan.
"Kasianlah nanti lelaki yang jadi pacarku, Mbak. Aku malah tidak ada waktu buat dia. Buat diri sendiri aja susah," Sarah meratapi dirinya sendiri.
Nancy paham, bekerja dengan Kevin memang tak ada waktu sejenak untuk bersantai, ia mengerti apa yang dirasakan oleh Sarah.
"Tenang, Sarah. Meski atasan kita itu super dingin, super tegas, dan tentunya moody-an. Tapi Pak Kevin itu hatinya sangat hangat dan baik," Nancy meyakinkan.
"Iya, Mbak. Aku pasti akan sabar dengan Pak Kevin karena aku masih butuh uang datinya,” balas Sarah tertawa, lalu ia melanjutkan, “Eh, Mbak Nancy udah lama kenal sama Pak Kevin?"
"Iya, dari zaman dia SMP," jawab Nancy sambil mengenang dan bercerita tentang Kevin zaman dulu dan kehidupannya sebagai single parent.
"Kita sama-sama single parents, dan dia seperti adik kecil bagi Mbak, meski dia sudah punya anak. Kevin tetaplah adik menggemaskan. Di saat Mbak terpuruk, dia datang dan menawarkan pekerjaan, dan tentunya menyemangati Mbak. Banyak nada sumbang di luaran sana karena Mbak menjadi sekretarisnya sangat lama, mereka menduga bahwa Mbak itu janda yang genit hingga mampu menggoda Kevin," cerita Nancy, dan tak terasa ia menahan agar tangisannya tak jatuh menetes di pipinya.
Nancy melanjutkan, "Apakah Mbak ini seperti penggoda? Memangnya kenapa dengan label janda? Siapa yang mau juga menjadi janda, mereka sungguh menyebalkan."
Sarah menggenggam tangan Nancy, menguatkan sebisa mungkin.
"Mbak, jangan dengarkan nada sumbang di luar sana. Siapa mereka yang tahu kehidupan Mbak Nancy. Jangan sedih karena obrolan mereka karena Mbak Nancy-lah yang tahu diri Mbak sendiri, bukan mereka yang tak tahu diri. Fokuskan saja sekarang untuk membahagiakan orang-orang yang tulus sayang sama kamu, Mbak, tutup telinga untuk mereka yang membenci, jangan buang energi yang tidak perlu.”
Nancy terpana dengan apa yang Sarah katakan, bagaimana bisa gadis muda di depannya sangat bijak. Nancy sudah menginjak usia tiga puluh tujuh tahun, sedangkan Sarah baru menginjak usia dua puluh satu tahun. Ah, usia memang tidak menjamin kedewasaan seseorang untuk berpikir.
"Mbak, senang akhirnya bisa kenal sama kamu, Kevin tidak salah ternyata menjadikan kamu sebagai PA. Mbak, pikir dulu yang akan jadi PA Kevin itu lelaki karena memang dari dulu selalu dia tidak pernah mau perempuan manapun menjadi PA nya," Nancy tertawa dengan renyah.
"Pada akhirnya mba penasaran siapa sih perempuan yang bisa jadi Asisten Kevin, ternyata kamu," mata Nancy sambil melirik menggoda Sarah, dan Sarah mau tidak mau tertawa mendengar perkataan Nancy. Ia pun belum menemukan jawaban alasan dirinya ditunjuk Kevin sebagai asistennya.
Suara smartphone Sarah berbunyi, dan ketika Sarah melihatnya, tampak di layar smartphone nya tertera nama Kevin.
"Kamu disuruh kemana sama Kevin?" tanya Nancy.
"Disuruh ke perusahaan Delta Group, Mbak."
"Oh...Delta Group itu salah satu temannya Kevin, namanya Sebastian. Kamu kesana sama siapa?"
"Dijemput sama Pak Agus," jawab Sarah.
"Aku siap-siap dulu ya, Mbak."
"Oke. Hati-hati di jalan."
***
Setengah jam kemudian…
Sarah menuju ke ruangan CEO Delta Group diantar oleh sekretaris perusahaan tersebut, dan saat ia memasuki ruangan, tampak tiga lelaki tampan yang sedang berbincang dengan diselingi sedikit tawa.
"Sarah, kemari. Duduk disini," perintah Kevin, dan Sarah menghampiri bosnya dan duduk di sampingnya, ia tersenyum pada dua lelaki dihadapannya.
"Ah, jadi ini Personal Asistenmu. You are so cute, baby," goda Sebastian.
Sarah hanya mengangguk dan tersenyum ramah menanggapinya.
"Oh, iya. Ini Sebastian, dia CEO Delta Group dan yang ini Christian, ia juga CEO Dairytama," Kevin mengenalkan kedua temannya pada Sarah.
"Selamat sore, Pak. Saya Sarah, Personal Asisten dari Pak Kevin. Senang bertemu dengan Pak Sebastian dan Pak Christian," Sarah mengenalkan diri dengan senyum yang menawan dan membuat ketiga lelaki yang sedang menatapnya terpana.
Memang harus diakui Sarah memiliki senyum yang mempesona, senyuman yang ramah, bukan senyuman yang menggoda, ditambah dengan bibirnya yang tipis dan merah merekah. Ditambah dengan bentuk muka yang kecil, hidung kecil meski tidak terlalu mancung, dan kulit yang putih bersih. Jangan lupakan kedua matanya yang sangat indah, daya tarik yang sesungguhnya ada di kedua matanya yang teduh. Siapapun akan dibuat jatuh cinta dengan menatap kedua bola mata gadis itu. Kedua matanya sangat teduh, siapapun yang memandangnya akan merasa nyaman dan hangat.
"Ehemmm..." Kevin berdehem agar kedua sahabatnya menyudahi tatapan yang tak lepas dari Sarah.
"Sarah, saya memintamu datang ke sini untuk mengatakan berkas ini ke PT. Z&D, tapi sebelumnya kamu cek dulu dan salin copyannya. Kalau sudah kamu cek dan kamu perbaiki ada beberapa yang salah nanti kamu email ke saya, kalau sudah fix nanti kamu antarkan ke PT. Z&D," Kevin menjelaskan sembari menyerahkan dokumen.
"Baik, Pak. Nanti saya cek dan kalau sudah saya revisi sesuai keinginan Bapak, nanti saya email ke Pak Kevin,” balas Sarag.
"Oke, kamu diantar sama Pak Agus, ya?"
"Iya, Pak. Saya pamit dulu kalau sudah tidak ada yang Pak Kevin perintahkan,” jawab Sarah. “ Pak Sebastian dan Pak Christian, saya mau pamit dulu, terima kasih."
"No, kenapa hanya sebentar. Tunggu sebentar, baby," goda Sebastian.
Kevin mendengus kesal dan menatap galak pada Sebastian.
"Oke, lain kali kita harus ketemu lagi, baby," genit Sebastian dan diikuti tawa Christian.
Sarah hanya tersenyum dan sekali lagi pamit kepada mereka.
"Oh, dia sangat imut. Matanya sangat cantik," lagi-lagi Sebastian meracau.
"Diam, playboy tua," kesal Kevin menggerutu.
"Ah, biarkan aku berkencan dengannya," Sebastian memohon pada Kevin.
"TIDAK, Aku tidak akan sudi membiarkan playboy tua sepertimu menggoda asistenku,” tolak Kevin dengan tegas.
"Ayolah, aku kan belum menikah. Jadi aku bebas. Kamu sudah pernah menikah dan Chris kamu sudah punya istri dan anak yang lucu-lucu,” kata Bastian memohon.
"Enggak, itu deritamu. Jangan pernah mimpi, dia milikku," Kevin menegaskan, dan perkataan Kevin sukses membuat kedua sahabatnya kaget.
"Benarkah? Wow, tak kusangka kamu suka daun muda," Christian terkekeh dengan renyah.
"Ah...kalau seperti itu, aku akan menyerah dan aku akan mendukung sahabat yang sudah lama menjadi duda. Pasti sulit bagimu, tak ada sentuhan perempuan sepanjang waktu malammu," Sebastian lagi-lagi menggoda Kevin.
"Diam, kalian atau kerja sama kita batal," ancam Kevin pada kedua sahabatnya.
"Sejak Kapan Kevin Hadiwijaya jadi tidak profesional begini?" tanya Christian.
"Sejak mengenal daun muda itu," Sebastian terus saja menggoda Kevin dan membuat Lelaki itu hanya bisa terdiam tak bisa membalas serangan dari kedua sahabatnya.
Kevin terdiam, kenapa tanpa sadar tadi ia mengatakan Sarah miliknya? Dia waras, kan?
***