BAB 1
"Bukankah itu artinya, dia cucumu?"
"Tidak! Dia bukan cucuku. Nasabnya dariku terhapus karena kebencianku pada ibunya. Wanita mafia itu telah meluluhlantakan kehidupanku!"
"Kamu berkata demikian, kamu tak sadar sedang bicara dengan siapa?"
Nafas Ratih memburu naik turun. Tatapannya awas dan tajam. Kehilangan orang-orang yang dicintainya membuatnya membara. Di pikirannya hanya ada satu tujuan, membuat menantu perempuannya menjadi perempuan yang paling menderita.
"Kau Razzor, dedengkotnya para mafia yang tak punya belas kasihan. Habisi anak laki-laki itu. Ibunya membuatku tak bisa berkutik. Aku sangat membencinya sampai ke sum-sum tulangku!"
"Mungkin kamu belum tahu, siapa menantumu itu sebenarnya wahai keturunan Igor Lenya! Dia ...."
Ratih berdiri dan membelakangi Razzor dengan tangan kanannya terangkat. Tak peduli dengan siapa ia bicara dan siapa yang sedang dia bicarakan. Matanya sudah tertutup kebencian paling terdalam.
"Dia wanita iblis yang bahkan bisa mengeluarkan jantung manusia hidup-hidup! Wanita yang mematahkan leher peliharaan Eville hanya dengan sekali hentakan. Aku tahu dia Razzor, aku mengenalinya bahkan melebihi aku mengenali diriku sendiri. Kau tahu kenapa? Karena dia sudah membunuh jiwaku. Seorang Ratih sudah mati bersama dengan pusara adiknya!"
"Aku tak ingin berurusan dengan dia. Dia sudah bukan bagian dari kami! Sudah lama dia tak melakukan transaksi apapun. Masalah keluargamu jangan kamu libatkan aku! Aku tak mengurus urusan receh seperti ini. Pergilah! Hutang budiku pada ayahmu, akan kubalas dengan uang. Kamu mau berapa? Sebutkan!"
Perlahan Ratih membalikkan badannya. Sorot matanya tak berkedip menantang raja gembong mafia itu. The Lion Razzore, raja mafia bawah tanah yang tak pernah terendus siapapun. Organisasinya bahkan tak diketahui jelas pergerakannya. Semua serba rahasia dan berkode. Namun, dialah sumber kejahatan terorganisir itu. Tak ada yang tahu siapa dia dan darimana dia. Yang orang kenal hanya desas desus saja. Bahwa di bawah tanah sana ada seorang penguasa kejahatan dengan seekor hiena yang ganas, duduk menjadi alas kakinya.
"Aku tak butuh uangmu. Dalam catatan rahasia ayahku, kau memiliki hutang nyawa padanya saat kau muda. Kau pernah bersumpah akan mengabulkan satu permintaan apapun dari ayahku namun dia tak pernah melakukannya. Sekarang aku ke sini untuk menagihnya!"
"Kamu bukan Igor Lenya! Lagipula, semua mafia tahu, ayahmu adalah pelayan keluarga Luis dan Zanna. Bagaimana bisa kau menginginkan kehancuran putri majikan ayahmu!? Kau iblis sesungguhnya!"
"Aku satu-satunya anaknya yang masih bisa bernafas dengan layak. Jika ayahku masih hidup, dia takkan tinggal diam! Jadi, atas nama ayahku, penuhi perintahku!"
Razzor bangkit dari singgasananya. Perlahan dia mendekati Ratih. Laki-laki besar dengan baju besi di tubuhnya itu sekarang tepat berada di depan Ratih. Tatapannya sangat tajam dan menakutkan.
"Aku sekarang berpikir. Bagaimana kamu bisa sampai di sini? Katakan padaku, darimana kamu dapatkan lokasi tempat ini? "
Razzor langsung mencekik leher Ratih dengan tangan kekarnya. Punggung tangannya berlapis seperti duri dari besi yang berderet penuh sampai ke siku. Tak peduli nafasnya hampir habis, Ratih bahkan sama sekali tak melawan. Razor melepaskan wanita itu hingga Ratih tersungkur di lantai.
"Kau kira aku akan takut dengan kematian? Tidak untuk sekarang! Sudah kukatakan, tubuhku hanya dipenuhi roh dendam dan kebencian pada wanita iblis itu!"
"Jawab pertanyaanku wahai perempuan! Bagaimana kau bisa sampai di sini?!"
"Tempat ini juga ada dalam catatan rahasia ayahku. Istanamu di bawah tanah, di atara dua pohon besar di hutan mistis ini. Bahkan aku hampir mati hanya untuk menemuimu. Jadi tak ada gunanya kau mengancam nyawaku Razzor. Penuhi hutang janjimu pada ayahku! Hancurkan kehidupan wanita itu!"
Dengan cepat Razore membalikkan tubuhnya. Ia masih ingat betul, bagaimana dulu Aderald Ibrahim yang dikenal dalam dunia mafia sebagai Ingor Lenya menyelamatkan nyawanya. Jauh saat dia masih remaja terlontang lantung di ibu kota. Igor Lenya yang menemukannya hampir mati kelaparan. Sudah 10 tahun berlalu, laki-laki tua itu terakhir mengunjungi. Rupanya ia mencatat kode masuk di lubang istana bawah tanahnya.
"Hancurkan buku catatan itu! Kalau sampai ada yang membacanya, kamu harus membayarnya dengan nyawamu!"
"Meskipun hancur, namun sudah tercekat di otakku. 102432 ...."
"Cukup!"
"Terima permintaanku Razzor. Hancurkan wanita itu beserta anaknya! Barulah kuanggap hutang janjimu pada ayahku lunas!"
"Baiklah. Aku tak bisa mengambil dua nyawa sekaligus. Satu janji satu nyawa! Sekarang kau pilih saja, Angel Gracelia atau anaknya!"
Ggggrrrrrrr ....
Suara erangan seekor hiena yang di duduk di dekat kaki kanan Razor sama sekali tak membuat Ratih takut. Sudah habis rasa takut dalam dirinya. Kehancuran hidupnya, saudara dan anaknya, membuatnya rasa itu terkikis habis. Ia bahkan sering membayangkan bagaimana wangi darah menantunya menyatu dengan aroma kematian.
"Cepat tentukan darah siapa yang harus mengalir untuk membayar hutang janjiku! Roooaaarrrr!!!" perintah Razzor dengan suara garangnya yang menakutkan.
"Bunuh anaknya," jawab Ratih dengan nada dingin.
"Perempuan cerdas," kekeh laki-laki bertopeng serigala itu mengelus hienanya.
Ratih tersenyum puas. Sebentar lagi, rasa sakit hatinya yang luar biasa itu akan terobati. Dia sangat yakin, Razzor Sang Raja Mafia itu akan mampu melaksanakan tugasnya.
"Kau harus memastikan laki-laki itu mati. Meskipun aku tahu anakku akan sakit karena kehilangan, hatiku sudah mati. Aku tak peduli!" ujar Ratih.
"Aku berharap kamu takkan menyesali ini."
Kepala Ratih menggeleng pelan dengan sorot mata penuh keyakinan.
"Andai aku punya kemampuan, aku sendiri aku yang akan melakukannya."
Razzor membuka mulutnya sehingga taringnya terlihat. Ia senang menghirup nafas kebencian dan dendam. Rasanya begitu menyenangkan.
"Sekarang pergilah! Sebentar lagi kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan. Razzore tak pernah gagal dengan tugasnya!"
Tanpa berkata apapun, Ratih melangkah keluar dari istana bawah tanah itu. Satu orang laki-laki berbaju besi di depannya yang menjadi penunjuk arah lalu diikuti 4 orang di belakang Ratih. Wanita itu menyapu pandangannya pada sekeliling. Jiwa serakahnya meronta melihat kemegahan kediaman raja mafia itu.
'Bagaimana bisa manusia membangun bangunan semegah ini di bawah tanah? Andai satu saja batu itu bisa kubawa pulang. Itu bernilai ratusan juta. Sial!'
Ratih mengumpat dalam hatinya karena hanya bisa menghayalkan memiliki salah satu batu permata yang berjejer di sepanjang lorong. Kilauan batu itu memantulkan cahaya yang membuat lorong itu begitu menakjubkan.
Setelah sampai pada pintu terkahir, Ratih naik ke atas permukaan dengan lift. Lalu benda itu berhenti. Ratih menaiki tangga kecil hingga ia bisa melihat langit. Dengan cepat, penjaga menekan tombol hingga lubang itu pintu masuk tertutup. Ratih menatap permukaan yang mirip dengan tanah yang ditempeli daun kering.
"Semua ini di luar nalarku," desisnya.
Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Hallo, Sayang! Iya, Sayang. Kamu tenang saja. Mama berhasil. Sebentar lagi, hanya tinggal sebentar lagi. Kita akan melihat kehancuran wanita laknat itu. Tunggulah!"