Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Interior

*Sebutlah Tuhan dan ingatlah Tuhan di setiap hela napas*

Malam hari ketiga bahan keempat telah berada di ruang tamu mansion antik kuno milik Mela. Andrew salah satu dari bahan keempat mengarahkan kamera milik Edward ke seluruh bagian ruang tamu bernuansa kuno dan antik itu. Edward dan Peter tanpa kamera, mereka mengedarkan pandangan mereka memperhatikan seluruh ruang tamu itu. Sedikit-sedikit langkah ketiga bahan keempat itu berpindah-pindah sembari terus mengedarkan pandangan mereka. Ruang tamu penuh dengan patung berbagai ukuran dan bentuk. Ada yang berbentuk manusia, binatang, tanaman, dan ada juga patung berbentuk benda. Ukuran patungnya ada yang sangat besar, besar, sedang, kecil, dan mini. Ruang tamu itu berukuran sangat luas.

"Ini ruangan, sangat luas!" kata Edward.

"Buatku ini istana!" kata Andrew.

"Berapa pelayan yang Nona Mela miliki, untuk mengurus rumah bak istana ini?" tanya Peter. Andrew yang mengarahkan kamera ke sudut atas langit-langit segera mengarahkan kamera ke Mela. Pada saat ia beralih itu di sudut atas muncul sosok hitam.

"Saya di sini tanpa pelayan satu pun," jawab Mela.

"Hah ... tanpa pelayan satu pun, Nona? Mana mungkin, Nona?" heran Peter tidak percaya.

"Lalu bagaimana Nona Mela merawat mansion sebesar ini?" tanya Edward.

"Aku tahu, aku tahu!" seru Andrew sembari tetap mengarahkan kamera ke Mela lalu ke teman-temannya secara bergantian sesuai yang berbicara. "Pasti Nona membayar perusahaan kebersihan, benarkan, Nona?" tebaknya.

"Perusahaan yang menyewakan jasa kebersihan, maksudmu?" tanya Edward kepada Andrew.

"Memang ada perusahaan jasa seperti itu, tapi saya tidak pernah menyewa jasa seperti itu," terang Mela.

"Jangan katakan Nona Mela merawat rumah ini sendiri," kata Peter.

"Saya punya banyak patung," terang Mela.

"Patung?" heran ketiga pemuda secara bersamaan.

"Patungnya bisa bergerak?" tanya Edward.

"Iya, patungnya bisa bergerak," jawab Mela.

"Oh, seperti patung selamat datang tadi?" tanya Peter memastikan.

"Kalau yang seperti itu namanya robot bukan patung," kata Andrew.

"Iya, tapi memang tampak kelihatan patung bukan robot!" kata Peter.

"Robot yang dibuat seperti patung, jadi ada nilai seninya," kata Edward.

"Hm ... berarti Nona Mela mempunyai selera seni yang sangat tinggi!" pendapat Andrew. Andrew dengan kamera yang ada di tangannya memperhatikan sekitar ruangan itu yang memang terdapat banyak patung. "Apa semua patung di ruang ini bisa bergerak?" tanyanya kemudian. Mela hanya menanggapi dengan tersenyum.

Beberapa bayangan hologram transparan sangat tipis melintas, tetapi tidak ada yang menyadari, bahkan Mela hanya sesekali saja menyadari. Meskipun Mela menyadari, ia sudah terbiasa dengan sosok-sosok transparan itu. Sesekali, Andrew, Edward, dan Peter melihat bayangan tipis itu, tapi mereka tetap tidak menyadari, dan menganggap bayangan itu adalah bayangan di antara mereka sendiri.

"Em ... karena kalian datang lebih awal masakannya belum matang," terang Mela.

"Maafkan kami, Nona Mela. Kami terlalu bersemangat empat lima, karena artis, aktris besar yang telah mengundang kami, yang hanya wartawan yang masih belajar," kata Edward.

"Bukan masalah, Edward! Kalian tunggu, saya akan menyelesaikan masakannya!" kata Mela.

"Nona Mela masak sendiri?" tanya Edward.

"Pasti kokinyalah yang memasak!" kata Peter.

"Saya memasak sendiri kok!” terang Mela bersungguh-sungguh. Ketiga pemuda ternganga demi mendengar pernyataan Mela itu.

"Menakjubkan sungguh! Selebritis secantik Nona Mela masak sendiri adalah hal yang luar biasa!" puji Edward yang menjadi semakin mengidolakan aktris idolanya itu.

"Sayakan dibantu oleh patung," terang Mela dengan tersenyum.

"Robot berbentuk patung," kata Edward. "Itu bukan masalah, meski dibantu patung, tapi tetap saja Anda manusianya yang mengatur segala halnya tentang masakannya, bukan patungnya. Dengan demikian berarti ya Anda, Nona yang memasak," katanya kemudian.

"Apa boleh sambil menunggu, kami merekam mansion ini?" tanya Andrew.

"Oh, tentu, silakan, Andrew! Anggap rumah kalian sendiri! Jangan lewatkan setiap sudutnya, pastikan kalian mendapatkan gambar terbaik!" kata Mela.

"Terima kasih, Nona Mela!" ucap Andrew bersemangat, karena detail mansion yang kuno dan antik akan sangat bagus direkam.

"Nona Mela, apa boleh saya membantu memasak?" tanya Edward. Pertanyaan itu membuat Mela sedikit terkejut dan khawatir.

"Jangan, tidak perlu, Edward! Kau silakan berkeliling mansion saja!" tolak Mela dengan nada sedikit tinggi karena terbawa emosi, tapi ia segera bisa mengendalikannya.

"Baiklah, saya akan berkeliling mansion saja!" kata Edward.

"Di sana ballroom, di sana studio musik, tempat olahraga, galeri seni, dan lain-lainnya silakan lihat sendiri. Nikmatilah, silakan pergunakan, silakan sesuka kalian!" Mela memberi tahu sembari menunjukkan dengan telunjuknya.

"Kolam renang?" tanya Peter.

"Di sana! Silakan berenang!" tunjuk Mela. Mela tersenyum lalu pergi ke dapur.

Bayangan tipis transparan terus mondar-mandir tanpa mereka sadari. Bayangan tipis transparan sosok pria berpapasan dengan Peter. Wajah bayangan tipis transparan dan wajah Peter bahkan bertemu tatap dan bayangan itu melalui menembus tubuh Peter. Peter merasakan wajah bayangan itu tidak mirip dengan dirinya, Andrew, atau Edward, tapi tidak tampak pria lain selain mereka. Peter akhirnya menganggap itu bayangan wajah salah satu patung yang ada dan lalu ia tidak memperdulikan bayangan tipis itu.

"Kita akan mulai meliput dari mana?" tanya Edward.

"Em ... ballroom!" ujar Andrew.

"Ayo kita ke ballroom!" seru Peter. Mereka bertiga berjalan menuju ke ballroom.

***

Di dapur mansion kuno antik.

Mela masuk ke dapur. Ia mengambil majalah resep masakan yang tadi ia baca. Ia membuka-buka untuk memilih resep masakan. Angin berhembus kencang membuat majalah terbuka pada suatu halaman. Ia menemukan resep masakan. Ia setuju dengan pilihan mahkluk tak kasat mata di dekatnya.

***

Ballroom mansion kuno antik.

"Beautiful ballroom!" seru Peter, kesan pertama yang ia dapatkan saat pertama kali memasuki ruangan ballroom mansion Mela.

"Aku jadi ingin sekali berdansa dengan Nona Mela!" ujar Edward.

***

Dapur mansion kuno antik.

Pintu refrigerator terbuka dengan sendirinya. Bahan-bahan yang hendak dimasak keluar sendiri, terbang ke meja di hadapan Mela. Pintu lemari pantry terbuka sendiri lalu bahan-bahan lainnya juga keluar dengan cara yang sama dan sampai ke Mela dengan cara yang sama. Begitu juga dengan alat-alat memasaknya. Mela membaca majalah resep dan mencocokkan dengan bahan-bahan yang ada di meja. Semua bahan sudah lengkap dan ia pun tersenyum.

"Kita buatkan yang lezat, karena ini akan menjadi terakhir kalinya mereka makan!" kata Mela.

"Hihihihihihihi ... hihihihihihi!" terdengar suara tawa perempuan di dapur itu, tapi bukan Mela.

Mela tersenyum dengan mata merah menyeramkan.

Patung di dapur bergerak mendekat ke Mela membawa sebuah alat masak. Beberapa alat masak yang lainnya yang belum mendekat terbang mendekat ke Mela. Kompor gas dan kompor elektrik menyala sendiri. Pisau-pisau bergerak memotong-motong bahan-bahan sendiri. Air pada sini keluar sendiri. Mela juga ikut mengolah salah satu bahan.

***

Ballroom mansion kuno antik.

Andrew mulai merekam ruang ballroom itu. Ia mulai dengan mengarahkan kamera ke Edward dan Peter.

"Hai, aku Peter!" seru Peter antusias.

"Aku Edward!" seru Edward tidak kalah semangat.

"Kami sedang berada di ballroom cantik, di dalam mansion kuno antik, milik aktris cantik, Nona Mela!" terang Peter dengan lebih antusias.

Pada saat itu tiba-tiba musik di dalam ruan ballroom itu menyala dengan sendirinya.

"Siapa yang menyalakan musik?" tanya Edward.

"Andrew sedang merekam dan aku tidak menyalakan musik," kata Peter.

"Apa musik di sini juga otomatis?" duga Edward.

Kamera Andrew arahkan ke sekitar ballroom lalu Peter menghapiri kamera dan masuk ke kamera.

"Apa kalian mendengar suara musik? Musik itu menyala sendiri!" terang Peter antusias.

Edward juga ikutan masuk ke kamera.

"Musik itu menyala secara otomatis! Sepertinya, mungkin, banyak hal di mansion kuno antik ini serba otomatis!" terang Edward.

"Sebelumnya ada patung yang bisa bergerak sendiri!" cerita Peter.

"Lebih tepatnya robot berbentuk patung!" imbuh Edward.

"Kita akan tunjukkan nanti patung yang bergerak!" ujar Peter.

"Cukup di ballroom! Kita lihat ruang yang lain!" Andrew mematikan kamera. Mereka bertiga ke luar dari ballroom itu.

***

Di depan studio musik.

Beberapa hologram anak-anak bermain kejar-kejaran dan menabrak Andrew. Andrew bisa merasakan bersinggungan dengan hal gaib itu.

"Kau kenapa, Andrew?" tanya Edward.

"Seperti ada yang menabrak aku!" terang Andrew dengan pasti.

"Siapa yang menabrak? Aku tidak menabrakmu!" kata Edward.

"Iya memang bukan kamu yang menabrak! Seperti ada bayangan beberapa anak kecil berlari dan menabrakku!" terang Andrew dengan yakin.

"Mana ada anak kecil di sini?" tanya Edward yang merasa aneh dengan keterangan Andrew.

Sementara itu dari depan studio musik, suara musik di ruang ballroom masih terdengar menyala.

"Musik di ballroom belum mati juga, padahal kita sudah ke luar. Memang apa yang membuat dasar otomatis menyala dan otomatis matinya musik di ballroom?" heran Peter. Peter berjalan mendekati ballroom.

Sesampainya di depan ballroom, Peter mengintip ke dalam ruangan itu. Peter dapat melihat sepasang hologram berdansa di tengah ruangan. Beberapa detik kemudian ia melihat banyak pasangan hologram berdansa.

"Ini kemajuan teknologi atau ...." Peter merasa merinding dan ada sedikit rasa takut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel