Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

"Jika aku terlahir kembali ke dunia, sekali lagi aku akan tetap memilihmu. Meski bukan indah akhirnya."

***

JANGAN LUPA FOLLOW WATTPAD AKU, CMIWIW

***

Candy berhenti mengejar sosok itu. Ia segera menampar pipinya sendiri. "Sadar, Candy. Sadar!"

Air mata Candy tidak dapat lagi ia bendung. Kenangan pahit yang berusaha ia kubur kembali hadir. Kilas ingatan di mana hari bahagianya menjadi hari yang paling ia benci.

Candy masih ingat dengan jelas, hari itu. Saat ia dengan bodohnya menunggu di taman yang sudah dihiasi kejutan untuk ulang tahunnya, padahal di saat yang bersamaan semua orang sedang berduka karena kecelakaan yang menimpa Athar.

Walaupun tidak ada yang menyalahkan Candy, ia tetap menghukum dirinya. Semua orang tahu, hari itu Athar mengalami kecelakaan mobil karena ingin memberikan kejutan untuk Candy.

"Candy?" Gadis itu refleks menoleh. Ia hampir terkejut mendapati seorang pria dengan setelan jas di hadapannya.

"Om Haris?"

Lelaki itu, Haris Sanjaya–ayah dari Athar. "Benar ternyata. Om kira bukan, kamu apa kabar?"

"Baik, Om." Sahut Candy, gadis itu segera menghapus air matanya.

Haris tersenyum, ia paham keadaan gadis itu sekarang. Pasti Candy habis menangisi Puteranya. Maka dari itu, Haris menepuk pundak Candy. "Athar akan selalu di sisi kamu, Candy."

"Iya, Om." Candy hanya mengangguk samar. "Saya, pamit duluan." Gadis itu langsung melangkah pergi meninggalkan Haris sendiri.

Candy tidak mungkin kuat berada di dekat Ayah Athar. Otaknya terus-terusan berteriak bahwa ia bersalah, ia tidak pantas berada di dekat keluarga Athar!

"Gimana, Pa?" Haris menoleh ketika cowok bertubuh jangkung dengan mata cokelat tajam itu mendekatinya.

"Papa sudah sampaikan seperti apa yang kamu katakan."

**

Setelah memarkirkan motornya, Candy segera masuk ke dalam rumah. Dadanya terasa sesak, tangisnya belum puas namun harus ia tahan sampai ia berada di kamarnya. Meluapkan semua sambil meninju sebuah samsak yang akhir-akhir ini menjadi tempat Candy melampiaskan sesuatu.

"Candy!" Panggilan itu membuat langkah Candy terhenti. Gadis itu buru-buru menyeka air mata yang masih membasahi pipinya, tidak ingin siapapun tahu kalau ia sempat menangis.

"Kamu dari mana?" Pertanyaan itu muncul dari seorang wanita di hadapan Candy, itu Ibunya.

"Sekolah, Mi."

Starla–ibu Candy menaikan alisnya. "Kamu beneran sekolah? Nggak tawuran, berantem, bolos, m–"

"Nggak, Mi. Aku sekolah," sahut Candy seraya memutar malas kedua bola matanya.

"Bagus." Starla menghela napasnya lega. "Seenggaknya hari ini, kamu nggak bikin masalah. Mami cuman perlu ngurusin Marco."

"Udah, Mi? Candy mau ke kamar dulu, ya?"

"Tunggu dulu dong, sayang." Tahan Starla, "kamu nggak mau nemenin Mama ke salon? Papi kamu lagi pergi sama Om Juna."

"Candy males, Mi. Di salon banyak orang."

"Yaiyalah, namanya juga salon. Yang sepi kan kuburan." Starla tertawa receh, namun tidak dengan Candy.

"Udah ah, Mi. Aku capek." Kesal Candy, ingin segera ke kamarnya.

"Tunggu sebentar kenapa sih, Candy! Mami tuh mau ngomong penting!"

Candy menghela napasnya. "Apa?"

"Nih." Starla mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi video berlogo hitam itu dan menunjukannya kepada Candy. "Bikin kayak gini, dong. Tiktok Hot mama check."

"Ih, apasih! Ngapain Mami mau bikin gituan? Alay!" Kadang Candy kesal dengan Ibunya yang kelewat gaul ini.

"Alay apa sih, Ndy! Kan Mami beneran hot," ujar Starla percaya diri. "Papi kamu aja jatuh cinta."

"Bodo amat." Candy kesal langsung masuk ke dalam kamarnya, tanpa mengindahkan teriakan Starla yang memaksanya untuk membuat tiktok hot mama check.

Starla menggelengkan kepalanya saat Candy menutup pintu kamarnya dengan keras. Usahanya untuk berinteraksi dengan gadis itu sangat sulit, beberapa bulan belakangan ini.

Efek kehilangan benar-benar berdampak besar pada Candy. Ia kehilangan sosok sahabat dan kekasih dalam satu waktu. Starla tahu rasanya. Menyakitkan.

Ponsel Starla berdering, menginterupsi kegiatannya. Wanita itu menghela napas saat melihat nama seorang wanita yang hampir setiap hari menelfonnya. Starla segera menempelkan benda pipih itu di telinga setelah ia menggeser icon hijau.

"Ya, Bu Nancy?" Sahut Starla dengan ada melemah. Wanita itu menghela napas.

"Anak saya berantem lagi?" Starla memijat pelipisnya, "kali ini korbannya masuk ruang apa, Bu? IGD, ICU, ICCU atau langsung kamar mayat?"

"Marco bertengkar dengan teman sekelasnya, Bu Starla. Perempuan, mereka ada di ruang BP sekarang. Saya harap Ibu bisa datang."

"Baik, saya ke sekolah sekarang." Starla kemudian menutup teleponnya.

"Kalo dulu Dewa ketua rohis, bukan ketua geng, pasti anak-anak gue tiap hari ngapalin kitab suci. Bukan berantem." Dumel Starla.

Di dalam kamarnya, Candy baru saja selesai membersihkan diri. Gadis itu hendak mengambil headset di dalam tasnya, sebagai starter pack untuk menangis.

Namun, bukannya headset yang ia temukan, malah sebuah surat. Penasaran, Candy langsung membuka surat itu. Dan langsung terkejut ketika melihat isinya.

20 Agustus

Is your special day?

Candy langsung membuang kertas itu.

Itu hari ulang tahunnya.

Sekaligus hari kematian Athar.

•CLADE•

1000 vote 700 komen untuk next!

Silent readers harus keluar!

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN

TAG AKU DI INSTAGRAM KALAU KALIAN POST QUOTES AKU

FOLLOW INSTAGRAM AKU UNTUK INFO : cantikazhr

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel