Bab 9 Dekat
Alice, mencoba menerobos hujan yang mengguyur kota begitu lebatnya, di langkahkan kakinya ke depan tanpa ragu. Meski air hujan perlahan membasahi tubuhnya.
Langkahnya terhenti saat merasakan air hujan sudah tidak jatuh tepat ke tubuhnya. Alice tertegun sejenak, mengangkat tangannya. Mencoba menadahi hujan di depannya dengan telapak tangannya.
Hujan itu tak membasahi tubuhnya, ia melihat ke atas sebuah payung di atasnya. Sontak Alice menoleh ke belakang Adrian sudah berdiri di belakangnya dengan tangan kiri di masukan masukkan ke dalam kantong celananya tangan kanan membawa payung itu. Ia menatap Adrian tak menyangka.
"Jangan hujan-hujan, besok kalau kamu sakit tidak bisa bekerja," ucap Adrian tanpa menatap ke arah Alice.
Alice menarik susut bibirnya tipis. Dia tersenyum memandang ke arah Adrian. Ia mengambil payung itu dari tangan adrian.
"Makasih, sudah perduli denganku," kata Alice.
Tanpa menjawab Adrian melangkah masuk lagi ke dalam kantor. Tanpa perdulikan Alice lagi.
Dia sebenarnya baik, entah kenapa aku merasa dia terlalu cuek. Tapi aku suka sifatnya yang seperti itu. Entah kenapa, u merasa ada yang berbeda di hatiku. Gumam Alice.
Ia segera pulang kali ini aku harus jalan kaki menuju rumah, Arya gak mungkin tahu aku sekarang pulang agak sore. Ia terus berjalan di tengah genangan hujan. Di setiap perjalanannya ia terus bernyanyi menghibur diri.
Sampai di rumah ia terkejut melihat Arya sudah ada di rumah.
"Arya? Kamu disini?" kata Alice terkejut. Ia menurunkan payungnya,tutup payung itu di letakkannya di luar rumah.
Ia menghampiri arya yang sudah duduk di sofa itu. Tak lama Zahra keluar dari dapur membawa 2 piring makanan di tangannya.
"Makanan sudah siap, kata zahra. Zahra menatap ke arah alice.
"Zhra? Kamu juga di sini?" kata Alice.
"Alice? Kamu sudah pulang,lebih baik sekarang kamu segera mandi dan makan bersama sama kita. Aku sudah buwat berbagai masakan. Dan juga sudah siapin makanan khusus buwat ibu kamu" kata Zahra dengan meletakkan makanan itu di atas meja.
Alice tersenyum ke arah Zahra melihat temannya itu begitu perduli padanya.
"Tapi?" kata Alice belum selesai berbicara Zahra mendorong punggungnya menuju kamar mandi.
"Kamu segera mandi aku ambilkan handukmu di kamar" kata Zahra. Ia pergi menuju kamar alice di ambilnya handuk itu di bilik pintu kamarnya.
"Alice buka pintunya dulu, ni handuk kamu" kata Zhra. Tangan kanan Alice meraih handuk itu dari Zahra.
Pov Zahra
Zahra menuju kamar ibu Zlice. Ia membantu ibu alice berdiri dari tempat tidurnya dan duduk di kursi roda. Zahra duduk jongkok di depan ibu alice. Di pegang ke dua tangan ibunya itu.
"Ibu, Zahra sudah masak buwat ibu Alice dan briyan. Tapi Aliice sekarang masih mandi. Oya dan juga teman alice arya juga datng jenguk ibu dia sudah duduk di ruang tamu bermain sama Briyan" Kata zahra.
"Nak zahra kamu begitu perduli dengan keluarga ibu. Gak salah ibu angkat kamu jadi anak." Kata Ibu alice. Ibu Alice memeluk Zahra yang jongkok di depannya.
Zahra menerima pelukan ibu angkatnya yang batu itu. Ia melepaskan pelukannya perlahan dan bernajak berdiri mendorong kursi roda itu ke depan.
Terlihat Arya dan briya sedang asyik bermain di ruang tamu. Alice yang masih mandi belum juga keluar dari kamar mandi. Mereka semua duduk di ruang tamu menunggu Alice.
"Biar aku panggil alice dulu ya bu, " kata Zahra. Melangkah kaki menuju ke kamar Aice.
"Alice kamu sudah di kamar?" teriak Zahra.
"Bentar lagi aku keluar, kamu duluan saja" teriak alice dari dalam kamarnya.
Alice keluar dari kamarnya menuju ke ruang tamu.
Ia terlihat berbeda dari biasanya. Arya memandang ke arah Alice, ia terlihat cantik dengan rambut terurai dan jepit rambut di poninya.arya terus memandang kagum ke arah alice.
"Hmzz...baunya masakannya sampai ke kamarku bikin aku lapar saja" kata Alice yang langsung duduk di samping zahra.
"Ibu aku ambilkan makan ya" kata alice ambil semangkok sup untuk ibunya.
"Kali ini aku mau makan sendiri, kamu juga cepat makan" kata ibu Alice. Di ambilnya mangkuk sup itu dari tangan alice.
"Baiklah! Harus di habisin supnya nanti zahra kecewa sama ibu kalau ibu gak habisin" kata Alice tersenyum ke arah ibunya.
"Pasti, sayang," kata ibu alice yang mulai makan supnya.
"Briyan! Arya! Cepat makan nanti aku habisin," kata Alice. Briyan mulai ambil makanan di meja. Arya masih terus memandang Alice. Ia melihat Alice bercanda dengan zahra. Ia melamum memandang alice.
"Alice kamu memang cantik " kata Arya dalam hati.
"Arya kamu lihatin alice terus ya, cepat makan dari tadi cuma di acak acak makanannya gak di makan" kata zahra menggoda arya. Arya tersenyum malu dan melirik ke arah alice.
Alice membalas senyuman arya.
"Ibu kayaknya anak ibu ini mulai suka sama pria" kata zahra pada ibu alice.
Ibu Alice memandang ke arah Alice,di tepuk pundak Alice dan terseyum padanya.
"Mamu sudah dewasa, harus sudah pilih calon pasangan hidup buwat kamu" ibu alice.
"Udah kalian ngomong apa, aku masih mau fokus sama kerjaanku gak mikirin soal pacar maupun pasangan hidup masih belum saatnya" kata alice
"Bilang aja kakak malu kan ketahuan curi pandang ke kakak arya" kata Briyan tersenyum memggoda alice.
"Apa si Briyan, kamu masih kecil jangan ikut ikutan, udah habiskan makananmu dan cepat masuk kamar belajar" kata alice tegas ke Briyan.
Alice meletakkan piringnya di atas meja, ia segera mengantar ibunya untuk istirahat kembali.
"Ibu sudah selesai makannya? Aku antar ke kamar ya seklian aku bawakan susu ibu dan buah " kata Alice berdiri di belakang ibunya. Di dorongnya kursi roda itu perlahan menuju ke kamar.
"Ibu nanti kalau malam butuh apa apa panggil alice ya" ucap Alice mencium kening ibunya. Ia memabaringkan badan ibunya ke ranjang.ia segera pergi memanggil briyan. Langkahnya terhenti mendengar ibunya memanggil namanya.
"Alice!! Ibu mau bicara sama kamu " jawab ibu Alice.
Alice menoleh ke arah ibunya, ia kembali melangkah kaki berdiri di samping ranjang ibunya. Ia duduk di ranjang ibunya, "Ada apa bu?" tanya Alice.
"Soal nak Arya, dia itu baik kenapa kamu gak nikah aja sama dia" kata ibu Alice memegang tangan Alice.
"Ibu aku sama Arya cuma teman, dan lagian mana mungkin arya bisa suka sama aku. Dia anak orang kaya sedangkan kita. Sudah lah bu jangan fikirkan soal nikah dulu aku juga masih belum siap. Aku masih mau merawat ibu dulu. Kalau sudah saatnya pasti nanti aku akan nikah ibu" kata alice tersenyum ke arah ibunya.
"Iya terserah kamu Alice, ingat pilih pria yang bisa jaga kamu dan keluargamu dan selalu sayang sama kita semua" kata ibu Alice.
"Pasti bu, Udah sekarang ibu tidur ya, aku mau panggil Briyan sekarang sudah waktunya dia belajar" kata alice. Ia mulai berdir dan di lepaskan tangan ibunya perlahan.ia mencium pipi ibunya dan beranjak pergi.
Di sisi lain, di rumah mewah milik Adrian. Adrian terus memikirkan mia mantanya itu ia terus melamun. Ia melempar semua barang yang berhubungan dengan kenangan bersama Mia. Di tengah lamunannya ia melihat sosok Alice di matanya.
"Kenapa gadis itu muncul di bayangnku" gumam Adrian dalam hatinya.
Adrian duduk tersungkur di lantai, pikirannya terasa berat. Di lentangkan badannya di lantai. Ia lupa pintu kamarnya masih terbuka.
"Tuan muda Adrian, bangun jangan tidur di lantai" kata seorang pelayan yang melihat dia tidur di lantai.
"Ngapain kamu di sini, pergi!! Aku tidam memanggilmu" bentak Adrian.
Pelayan itu tetap bersikukuh di tempatnya.
"Tuan tolong jangan seperti ini nyonya besar, sama tuan pasti marah, nanti aku harus bilang apa ke nyonya besar" kata pelayan itu memohon ke adrian.
"Itu urusanku nanti, sekarang kamu cepat pergi" Adrian meninggikan suaranya. Membuat pelayan itu ketakutan dan beranjak pergi dari kamar Adrian.
