Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Jatuh Dari Pohon

Pemikiran Marla sudah tidak bisa dicegah. Setelah membulatkan tekad. Marla membuka pintu kamarnya perlahan dan mengamati sekeliling. Marla mengendap keluar kamar, menuruni tangga dan membawa tasnya. Dengan susah payah setelah bersembunyi dan mengelabui penjaga, akhirnya Marla sampai dengan tujuan utamanya.

Batrick sedang berkeliling dan mengecek keadaan. Menuju kamar Marla dan menyakinkan praduganya. Beberapa kali pintu diketuk, namun tidak ada jawaban. Batrick berkata dari luar pintu meminta izin memasuki kamarnya. Batrick melihat ranjang tidur Marla masih sangat rapi. Hanya selimut yang seolah sedang menutupi tubuh seseorang.

“Nona, anda sudah tidur?” ucap Batrick mendekati ranjang dan berusaha membangunkan. Batrick merasa ada yang janggal dengan kondisi selimut tertutup itu. Lalu Batrick menyadari lemari baju Marla terbuka. Semakin membuatnya yakin dan segera menyingkap selimutnya.

"Nona!” Batrick membekap mulutnya saat menyadari kalau Marla sedang berniat melarikan diri. Setelah mengecek lemari baju dan benar-benar tidak terlihat baju lama milik Marla, Batrick segera keluar untuk mencari keberadaan Marla.

Sekuat tenaga Marla memanjat pohon. Seseorang di kamar gelap yang melihat pun terkejut. Dia tidak menyangka kalau Marla akan melakukan hal senekat itu.

Marla baru saja menginjak dahan dan berjalan di ranting, “Nona, Nona Marla, apa yang sedang anda lakukan. Cepat turun, Nona, saya mohon, turunlah!” pinta Batrick cemas dengan membawa beberapa orang pengawal.

“Berhenti. Jangan mendekatiku. Aku tidak mau kembali. Biarkan aku pergi. Aku tidak mau disini, aku mau pulang,” Marla seketika menjadi histeris. Mengabaikan Batrick yang memintanya turun.

Kegelisahan dari kamar gelap menyelimuti. Orang itu ingin sekali berlari keluar kamarnya, namun tidak sama sekali dilakukannya. Marla terus berjalan dengan panik diranting tersebut tak menyadari tali tasnya tersangkut dan saat Marla mencoba menarik, kakinya menginjak ranting yang sudah rapuh.

"Aaakkkhhh!!" Gubrak. Tubuh Marla terjatuh dari pohon.

“Nona!” Batrick segera berlari menghampiri dibantu dengan pengawal. Lalu karena keributan itu membangunkan madam Ester.

"Apa yang terjadi, hah?"

"Maafkan saya, Madam Ester. Nona Marla, mencoba melarikan diri,” jelas Batrick.

Plak! Satu tamparan keras mendarat di wajah Batrick.

“Maaf katamu? Bagaimana bisa terjadi? Kau tidak menjaga dan mengawasinya?” sontak tamparan tadi membuat Marla terkejut. Dia sedikit merasa bersalah. Akibat perbuatan yang dilakukan, malah orang lain yang disalahkan.

“Ibu sakit. Aku nggak mau disini, bu. Aku mau pulang, bu,” raung Marla yang merintih kesakitan.

Madam Ester berbalik dan menatap wajah Marla dengan garang, “Nona Marla, Nona nekat sekali. Bagaimana kalau Nona sampai terluka dan nyonya tahu. Ini sangat tidak baik, Nona,” madam Ester menumpahkan kekesalannya pada Marla.

“Sudah aku katakan aku tidak mau disini. Aku mau pulang sekarang juga,” Marla berteriak histeris sambil menahan sakit di punggung dan pantatnya.

"Ada apa? Kenapa ribut sekali?" suara nyonya rumah memecah rengekan Marla. Sorot matanya tertuju pada Marla, dia turun digandeng oleh cucu tertua.

Belum berani ada yang menjawabnya, “Aku bertanya ada apa?” nyonya mengulangi pertanyaan.

"No—Nona Marla jatuh dari pohon saat berusaha melarikan diri,” mau tidak mau karena Batrick merasa bertanggung jawabnya.

“Bawa nona kembali ke kamarnya, Batrick,” setelah memandangi sesaat wajah Marla yang menangis dan menahan sakit.

Marla tidak sanggup lagi bicara atau menggerakkan tubuhnya. Seluruh tubuhnya remuk. Batrick ingin membantu memapah Marla, diluar dugaan, cucu nyonya itu menghadang. Marla terkejut saat tubuhnya diangkat olehnya. Dan itu dilihat oleh nyonya, madam Ester, Batrick, dan para pengawal. Mereka mengikuti dari belakang.

Membaringkan tubuh Marla secara perlahan dan segera keluar dari kamar gadis itu.

“Ambilkan obat untuk mengurangi nyeri sebelum dokter datang, Batrick!” Batrick tidak berani membantah, tamparan tadi sudah cukup membuatnya jera.

“Minum obatnya dan istirahatlah, Nona Marla!” tidak ada lagi perdebatan, rajuk maupun rengekan dari Marla, selain gadis itu menurut.

Marla menangis dari balik selimut. Rencana pelarianya sudah gagal total. Hanya bisa merutuki kebodohan karena tidak berhasil kembali ke panti tempat dimana Marla dibesarkan dan mendapatkan kasih sayang. Matanya bengkak dan baru bisa tidur setelah pelampiasan tangisnya habis. Sisa bulir air mata masih terasa di pipi. Tuan besar masuk dan duduk ditepi ranjang. Mengamati dalam dan membelai wajah Marla secara perlahan.

Perlahan tangannya membelai rambut Marla. Menyentuh tangan, mengangkatnya perlahan lalu menciumnya. Sorot matanya mengatakan bahwa tuan besar menyesal dengan apa yang terjadi padanya. Ia tidak menginginkan hal buruk terjadi padanya. Lelaki bertubuh besar, berkulit putih, pendiam dan jarang berbicara itu benar—benar mengkhawatirkan kondisi Marla.

***

"Selamat pagi, Nona Marla," suara lembut Batrick menyapanya dan sudah duduk di tepi ranjang.

"Um, Aw!” Marla membuka mata dan menggerakan tubuhnya.

"Pelan-pelan, Nona Marla, mari saya bantu!" Batrick membantu memapah duduk dan meletakkan bantal di punggungnya.

“Silahkan sarapan dulu, Nona!” Batrick dengan sigap meletakkan nampan berisi sarapan di meja makan kecil yang diletakkan dalam pangkuannya.

“Maaf untuk kejadian semalam, kau menjadi sasaran madam Ester,” Marla secara pribadi memohon maaf saat melihat wajahnya.

“Itu bukan kesalahan anda, Nona Marla, saya memang lalai menjaga dan menyebabkan Nona sampai terluka seperti ini. Masih beruntung madam Ester tidak memecat saya,” penjelasan dari Batrick hampir tidak dipercaya.

“Tidak, Batrick. Ini kesalahanku dan aku tulus meminta maaf padamu,” Marla sadar dengan apa yang dilakukan semalam hingga membuat Batrick mendapatkan hukuman.

“Aku berjanji tidak akan mengulanginya,” sambung Marla kemudian. Lalu mata Marla menyadari tasnya sudah menghilang dari kamar. Marla menautkan alisnya.

"Dimana tas tasku, Batrick?”

“Maaf Nona Marla, nyonya memerintahkan madam Ester membawa tas Nona Marla ke taman belakang,” Batrick menjelaskan masalah tas Marla yang menghilang.

"Taman Belakang? Untuk apa?"

"Saya tidak tahu, Nona Marla. Hanya itu saja perintah dari nyonya," tambah Batrick, tetapi membuat hati Marla menjadi tidak tenang.

“Tidak, aku mau mengambil tasku. Kalau kau tidak mau membantu, aku bisa kesana sendiri, aw!” Susah payah Marla turun dari ranjang. Berjalan dengan tertatih. Dicegah pun sudah tidak mau. Marla merasa ada yang tidak beres.

“Aku yakin ada sesuatu. Aku harus segera mendapatkan tasku.” Batin Marla makin bergejolak dan berjalan lebih cepat.

Saat sampai di taman belakang, Marla melihat nyonya sedang duduk memantau. Disampingnya madan Ester. Marla melihat kobaran api dalam tong dan seorang pengawal bersiap membuka tasnya.

“Itu tasku. Mau apa mereka dengan tasku?’ Marla bertanya dalam hati dan melepaskan pegangan tangan Batrick. Berjalan lebih cepat.

“Apa yang kau lakukan? Kembalikan tasku,” Marla berusaha mendekat dan menarik tasnya, tapi beberapa pengawal menghadang Marla. Pengawal itu memegangi tubuh Marla agar gadis itu tidak mendekat. Nyonya dan madam Ester hanya melirik, mereka tidak peduli dengan teriakan histeris gadis itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel