10. Beautiful Cheating
Valery makan dalam diam, perutnya terasa mual seperti ia ingin menumpahkan seisi perutnya. Dirinya kehilangan nafsu makan, seperti saat ini. Awkward moment ketika dirinya duduk dimeja makan dengan Chris dan Aunty Carol, sibuk dengan makanan masing-masing meskipun Valery sempat melirik dua orang didepannya. Daging panggang hasil karya Aunty Carol memang lezat.
Tapi mata indah dengan riasan maskara serta bulu mata palsu tersebut terus menatap tajam kearahnya, namun ketika Chris melihatnya Aunty Carol tersenyum manis kepada Valery. Seolah ia bersikap selembut mungkin didepan suaminya. Valery menegak makanannya dengan susah payah, jantungnya berdebar tak karuan saat ini. Melihat bahasa tubuh Aunty Carol yang sangat mencurigakan.
"Ahh ya... Valery, bagaimana kuliahmu?" Tanya Carol memecah keheningan diantara mereja bertiga setelah beberapa menit, sementara Chris hanya memakan makananya tak perduli dengan segala ocehan Carol.
"B-baik... ya, sangat baik" jawab gadis itu gugup, terus melirik kearah Chris meminta bantuan kepada pria itu, namun Chris sepertinya bersikap tenang saja.
"Baguslah, karena kau sebentar lagi akan lulus dibidang kedokteran Valery, Aunty akan mempertemukan dirimu dengan Alan..." ujar Carol antusias, mata setajam elang disamping Carol melirik Carol dengan tajam.
"Alan, untuk apa?" Tanya Chris.
Sementara Carol memutar kedua bola matanya malas, oh akhirnya kau perduli, batin Carol.
"Ya... Alan akan membuka cabang rumah sakitnya dikota ini honey, aku pikir ia dapat merekrut Valery...." jelas Carol, membuat darah Chris berdesir.
"...lagipula, Alan adalah pria yang baik. Aku yakin kalian akan cocok, selama Valery tinggal disini dia tidak pernah memiliki kekasih. Aku takut dia menjadi perawan tua atau perebut suami orang"
Deg...
Bagai tersambar petir, kalimat Carol barusan telah memporak-porandakan hatinya, Chris yang melihat pandangan mata sayu Valery akhirnya angkat bicara.
"Kau tidak bisa seenaknya membawa Alan kemari" protes Chris.
"Mengapa? Bukannya ia keponakanmu juga, dan lagi rumah ini terlalu besar untuk kita" tambah Carol, Chris memijit kepalanya sendiri.
Sementara Valery yang mendengarnya hanya bisa terdiam, selera makannya hilang begitu saja mendengar perdebatan paman dan bibinya itu. Ia pamit kepada dua orang itu setelah mencuci sendiri piring makannya, Chris melihat Valery ketika gadis itu meninggalkan mereka berdua. Bahu gadis itu terlihat lesu, apakah karena ia terlalu kasar tadi? Pikiran Chris melayang.
Chris menghela nafas kasar, Alan adalah keponakannya. Sama seperti Valery adalah keponakan dari Carol, namun mendatangkan Alan kemari bisa menjadi bencana besar. Pria itu terlalu terobsesi kepada Valery, mungkin Valery tidak mengakuinya, namun pandangan Alan terhadap gadis itu begitu intens layaknya ia menatap Valery, Chris mengetatkan rahangnya, ia tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
....
Valery menatap bintang lewat jendela kamarnya yang terbuka, termanggu duduk menopang dagu dipinggiran jendela. Terlintas diotaknya berbagai macam pemikiran, bagaimana jika Aunty Carol mengetahui kegilannya dengan Chris? Ia pasti akan menyakiti hati wanita itu, ingin Valery sudahi saja semua ini namun tubuhnya seakan menolak, ia masih menginginkan Chris.
Valery mendengar pintu kamarnya terbuka, dimalam larut seperti ini Chris bahkan belum tidur. Ia tersenyum kearah Valery dan memeluk gadis itu dari belakang.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, pegang janjiku..." bisik Chris ditelinga Valery sambil mengecup leher jenjang gadis itu.
"Bagaimana jika Aunty Carol tahu?" Balas Valery.
"Kau ingin aku melakukan apa, hm? Menceraikannya?" Valery menghela nafas kasar, ia tak sejahat itu kepada bibinya sendiri.
"...asal kau tahu, aku tidak akan melepaskanmu" tambah Chris.
"Baiklah.. lebih baik kita lanjutkan sandiwara ini" pinta Valery.
"Terserah kau saja, pada akhirnya Valery... kau tetap akan menjadi milikku" kata Chris lalu meninggalkan kamar Valery, tak lupa mengecup dahi gadis itu.
Sementara dari balik pilar besar rumah itu, Carol mengintip. Ia menyipitkan kedua mata dan menyunggingkan senyum, sesuatu yang besar akan terjadi, dan tentu saja ia tak akan membiarkan suaminya menjadi milik keponakannya sendiri.