5. JILMEK
Tangan Bu Elsa mulai menjamah dan meraba-raba kaki Rendi, lalu merayap naik hingga tiba di paha siswanya itu. Kini dibukanya kedua kaki Rendi lebar-lebar, hingga tampaklah tonjolan keras milik Rendi yang sangat menggembung di balik celana abu-abunya.
“Ayo, Rendi. Lepaskan celana kamu. Bukannya kamu sudah tegang dari pagi ya? Apa kamu nggak mau menuntaskannya sekarang?” goda Bu Elsa yang kini masih tetap duduk berjongkok di depan kedua kaki Rendi.
“Argh! Bu Elsa.” Rendi menggeram sambil menutup mulutnya.
Bu Elsa tersenyum penuh kemenangan, merasa telah berhasil menggoda Rendi. Ia pun meraba-raba batang kejantanan Rendi yang sudah semakin mengeras dari balik celana.
“Ibu buka celana kamu ya. Oke?”
Rendi tak menjawab dan hanya mengangguk cepat. Sebab tubuhnya terasa sangat tegang dan kaku sekarang. Apalagi juniornya, yang sudah keras dan seakan meronta ingin dibebaskan dari celananya.
Dengan lincah, jemari lentik Bu Elsa mulai melepaskan ikat pinggang Rendi, membuka resleting celana muridnya itu dan menurunkan celana Rendi, lalu melemparkannya begitu saja ke lantai. Tatapan Bu Elsa mendadak sayu, saat melihat batang kejantanan Rendi sudah menggembung keras di balik celana dalam berwarna hitam.
“Ren, batangku sudah semakin tegang dan membesar. Ibu nggak sabar untuk memegangnya.” Bu Elsa mendesah sambil mengelus-elus batang kemaluan Rendi dari balik celana dalam.
“Ahh! Lakukan saja apa yang Bu Elsa mau,” lenguh Rendi yang sudah keenakan karena batangnya diusap-usap seperti itu oleh Bu Elsa.
Bu Elsa tersenyum genit melihat wajah terangsang Rendi gara-gara ulahnya. Dengan lihai, ia buru-buru melepaskan celana dalam Rendi dan begitu benda itu terlepas, batang berurat keras milik Rendi segera mencuat dan tegak sempurna, bahkan nyaris memukul wajah cantik Bu Elsa.
“Wahhh, punya kamu gede banget, Ren! Ibu suka banget. Kepalanya imut banget, pink gitu. Terus urat-uratnya juga bikin ibu makin basah. Uhhh!” puji Bu Elsa dengan kagum.
Tangan Bu Elsa pun segera memegangi batang Rendi dan kemudian mengocoknya. Awalnya dengan gerakan pelan, lalu dengan gerakan yang mulai cepat hingga membuat batang itu semakin keras. Di bagian pucuknya bahkan sudah tampak mengeluarkan sedikit cairan.
“Ohh! Ahh! Enak banget, Bu Elsa.” Rendi kenikmatan.
Sedangkan Bu Elsa dengan lembut terus mengocoknya sambil melontarkan kata-kata rayuan. Bu Elsa juga meminta Rendi untuk bilang saja apa yang dia mau setelah ini.
“Kamu mau di kocok aja atau mau yang lebih, Ren? Jujur aja nggak apa-apa.”
“Oh itu … saya ….” Rendi bingung sejenak, masih antara bingung dan gugup karena merasakan kenikmatan.
“Katakan aja! Nggak usah malu-malu,” goda Bu Elsa lagi.
Wanita itu terus mengocok batang Rendi, bahkan menjilati lubang kecil di pucuknya. Sepanjang batang kejantanan itu juga dia jilati dengan penuh nafsu. Di emut, dan dia hisap dengan sangat liar.
“Shh! Ohh! Saya … saya mau dijepit dan dikocok pakai teteknya Bu Elsa,” jawab Rendi akhirnya jujur.
Bu Elsa tersenyum senang dengan kejujuran Rendi. Dengan wajah cantik yang berseri-seri, ia pun melepaskan baju dan BH nya, memperlihatkan teteknya yang super jumbo itu di hadapan Rendi.
Tetek Bu Elsa menggempa, begitu terbebas dari bra. Wanita itu meremas-remas benda besar tersebut selamam beberapa saat, hingga putingnya merah mudanya mengeras.
“Ohh! Gede banget tetek Bu Elsa!” Rendi memandang penuh nafsu, sambil terus mengocok batangnya dengan cepat.
Bu Elsa tersenyum bangga. Ia mendekati Rendi dan duduk berlutut di hadapan Rendi. Dipegangnya batang Rendi yang masih besar dan keras, lalu dia arahkan pucuknya untuk digesek-gesekkan ke puting payudaranya.
“Ahhh! Ohhh! Ini enak banget, Bu. Terus, Bu.” Rendi menengadah dan merem melek, karena lubangnya digesek-gesekkan di puting susu Bu Elsa yang sudah mencuat keras.
“Punya kamu juga gede banget, Ren! Enak banget. Tetek Ibu sampe nggak muat rasanya buat jepit punya kamu.” Bu Elsa menjulurkan lidahnya sambil kini meletakkan batang Rendi di antara kedua buah dadanya.
Dijepitnya batang kejantanan Rendi, dan dia kocok-kocok naik turun. Saking besar dan panjangnya, bahkan pucuknya bisa menyentuh lidah Bu Elsa saat wanita itu juga sedang mengocok milik Rendi naik dan turun.
“Mmpphh! Jangan di kocok aja dong, Bu. Emut juga. Jilat, dan hisap juga batangku. Muat nggak sih di mulut ibu?” Rendi meracau.
“Oke oke. Ibu akan puaskan kamu dengan mulut ibu.” Bu Elsa kemudian menjilat batang Rendi dan mengulumnya.
Ia buat lubang itu keluar masuk rongga mulutnya yang basah dan hangat. Dihisap-hisapnya, hingga membuat Rendi semakin keenakan dan nyawanya juga serasa disedot. Ia merem melek, apalagi saat Bu Elsa menjilati kedua buah besarnya di bawah sana dan mengulumnya selama beberapa saat hingga terasa sangat penuh di mulut wanita itu.
“Ahh! Ahh! Cepat kocok pakai tetek lagi, Bu. Rasanya aku mau keluar sekarang! Ohh!” Tangan Rendi meremas-remas payudara jumbo Bu Elsa dan memilih putingnya yang sudah keras.
Mendengar Rendi nyaris crot, Bu Elsa pun semakin bersemangat. Ia mengocok batang Rendi dengan kedua tetek besarnya semakin cepat. Rendi mengerang, sekujur tubuhnya menegang.
Ia menekan kepala Bu Elsa sambil menggigit bibirnya sendiri. Dan dalam waktu beberapa detik saja ….
“Argggh!”
Crot! Crot!
Lenguhan panjang terdengar, bersamaan dengan muncratnya cairan putih milik Rendi yang kini sudah basah memenuhi tetek dan wajah Bu Elsa.
“Ohh! Ohh!” Nafas Rendi terengah-engah. Matanya sayu, menatap wajah cantik Bu Elsa yang sudah full cairan putihnya.
“Ahh! Enak, Ren?” tanya Bu Elsa dengan nada menggoda.
Tanpa diduga, wanita itu menyeka cairan kental Rendi di wajahnya dengan jarinya. Dan tanpa jijik, ia masukkan jari itu ke mulutnya dan ia jilati hingga tak bersisa. Ia juga menggunakan cairan putih Rendi di dadanya untuk meremas-remas tetek besarnya, meremasnya memutar, dan melumuri seluruh puting hingga licin dengan cairan Rendi.
“Manis, Ren!” ucapnya sambil asyik menjilati cairan kental di jarinya.
“Habisnya Bu Elsa pinter banget. Saya kan jadi crot!” Rendi terkekeh.
Siswa laki-laki itu pun lantas berdiri dan segera bersiap-siap untuk mengambil celananya. Ia ingin mengenakan celananya, tetapi segera dicegah oleh Bu Elsa.
“Kamu mau ngapain, Ren?” tanya wanita itu sambil menahan tangan Rendi yang hendak mengenakan celana dalamnya.
“Saya mau pakai celana, Bu. Sebentar lagi saya harus pulang.”
“Oh, nggak bisa secepat itu.” Bu Elsa tersenyum aneh, kemudian merampas celana dalam Rendi dan membuangnya ke sembarang tempat.
“Loh, kenapa?”
“Kamu nggak boleh pulang dulu, Ren. Ibu mau melakukan yang lebih lagi,” goda Bu Elsa dengan genit.
Dengan sudah bertelanjang dada, Bu Elsa kini tiba-tiba melepaskan roknya. Ia hanya mengenakan celana dalam berwarna merah yang senada dengan bra nya. Bokongnya terlihat sangat besar dan menantang, serta area segitiga nya tercetak jelas di balik celana dalamnya.
“Kamu aja udah crot, masa ibu belum dipuaskan. Sekarang kita lakukan yang lebih lagi ya, Ren. Kita ngewe ya,” kata Bu Elsa yang kini mulai melucuti celana dalamnya, hingga nampaklah gundukan lembah kenyal yang bersih dan hanya ditumbuhi sedikit bulu halus.
Rendi sampai takjub. Memew Bu Elsa sangat pink dan bersih. Namun, yang lebih membuatnya terkejut, karena wanita itu tiba-tiba mengangkang dan segera duduk di pangkuannya.
“Ayo jilmek, Ren! Pliss!”
*****
