Bab 9 - Penyamaran Yang Terbongkar
Ibu kota kerajaan Huang tampak sangat ramai meski siang begitu terasa amat sangat panas. Meski pun begitu, aktivitas para penduduk kerajaan Huang tidak pernah pudar akan semangat mereka mencari nafkah.
Siang ini aku akan mencari pandai besi untuk membuat barbel kecil. Selain akan memulai latihan mendasar seperti lari dan push up, aku ingin membentuk otot-otot dengan menggunakan barbel. Setidaknya barbel kecil masih mampu aku sembunyikan dari sosok saudaraku yang begitu misterius.
Bersama dengan Feng yang di tugaskan menjadi pengawal pribadiku, aku berjalan dan berbaur dengan keramaian pasar yang berpusat di ibukota tanpa seorang pun yang tahu bahwa aku adalah putri kerajaan Huang yang baru saja berstatus janda.
Membayangkan bahwa aku adalah seorang janda di usiaku yang masih terbilang masih muda tentu saja adalah hal yang sangat sulit ku percaya. Hal yang patut ku syukuri setidaknya aku bukanlah seorang janda yang memiliki anak. Aku tak mampu membayangkan akan bagaimana nasib anakku kelak juga kehidupanku yang pasti tidak akan lepas dari cibiran dan makian.
Meski berada di kehidupan yang berbeda, rumor buruk tentang seseorang tetap saja akan menjadi bahan perbincangan, baik di sini maupun di masa depan. Selain itu hal yang sangat-sangat ku syukuri adalah fakta bahwa aku masih perawan. Aku bersyukur kaisar Zhang Long Fei tidak pernah menyentuhku. Dengan begitu aku masih bisa berbangga diri karna masih memiliki kehormatan sebagai seorang wanita.
"Yang mulia putri, kita telah tiba" kata Feng dengan suara pelan yang berhasil membangunkan ku dari lamunan.
Aku tersentak kaget untuk beberapa saat, namun aku dengan cepat menormalkan kembali raut wajahku. Aku lantas menatap sebuah bangunan besar di hadapanku, sebuah ukiran besar pada bangunan dengan tulisan 'Tong si Pandai Besi'.
Tanpa berpikir panjang, aku pun memasuki toko tersebut. Tak perlu menanyakan bagaimana kualitas dari barang yang mereka jual, cukup melihat tokonya yang cukup besar serta pelanggan yang tampak ramai sudah cukup membuatku yakin jika toko mereka dapat di percaya.
"Selamat datang di toko Tong si Pandai Besi, ada yang bisa kami bantu nona muda?" Tanya seorang pelayan muda menghampiriku.
"Apakah aku bisa bertemu dengan tuan Tong?" Tanyaku pada pelayan.
Pelayan tersebut mengamatimu terlebih dahulu, ia lalu mengecek buku catatan yang berisi jadwal temu tuan Tong sang pemilik toko sekaligus pandai besi yang terkenal di ibukota.
"Jika boleh tahu siapa nama anda nona muda, pelayan ini akan mengecek apakah anda sudah membuat janji dengan tuan Tong terlebih dahulu" jawab pelayan yang tentu saja membuatku sedikit bimbang.
Tampaknya tidak akan mudah bertemu dengan tuan Tong yang dikenal sebagai pandai besi terahli di ibukota kerajaan Huang tanpa memberitahukan identitas ku yang sesungguhnya. Aku lantas menatap Feng seraya meminta bantuan, Feng yang tahu maksudku lantas menghampiri pelayan dan berbisik.
"Nona muda yang bersama pengawal ini adalah yang mulia putri Huang Axia. Saat ini kami sedang menyamar mengingat kami keluar istana tanpa seizin yang mulia kaisar Axuan" kata Feng yang tentu saja membuat pelayan itu terkejut.
"APA YANG KAU BILANG? YA--YANG MULIA PUTRI HUANG AXIA!"
Teriakan pelayan itu jelas mengundang perhatian para pengunjung toko pandai besi Tong. Mereka dengan cepat menghampiriku dan Feng yang mulai menahan badan di hadapanku untuk menjagaku. Aku lantas memijit keningku yang terasa berdenyut. Kerumunan orang-orang yang dengan cepat mengelilingiku berhasil membuatku merasa sesak.
Feng terus terdorong kebelakang tatkala para pengunjung dan penduduk ibukota yang mulai penasaran dengan adanya kerumunan lantas mulai ikut berdesakan karna penasaran. Aku jelas tak bisa menyalahkan siapapun. Statusku sebagai mantan permaisuri kerajaan sekaligus putri kerajaan Huang jelas mengundang perhatian banyak orang. Terlebih kabar burung mengenai status jandaku di usia muda turut menjadi perhatian banyak orang.
Di kehidupanku sebelumnya sebagai seorang pembunuh, berbaur serta menyamar di kerumunan banyak orang yang berlalu lalang adalah hal yang biasa. Menyembunyikan identitas sebagai seorang pembunuh profesional adalah hal yang biasa bagiku. Sayang saat ini posisiku telah berbeda. Aku kini menjadi pusat perhatian. Aku tak mampu untuk kabur dengan kemampuan bela diri yang ku punya, raga yang ku tempati belum terasah. Tubuh ini terlalu lemah, bahkan mendapat senggolan para penduduk yang mulai mendesak melihatku pun berhasil membuatku terjatuh.
Buk!
Suara keras lantas mengalihkan pandangan Feng kepadaku yang kini terjatuh terduduk di atas permukaan lantai toko pandai besi Tong. Raut wajah Feng lantas berubah menggelap. Aku yang telah lama terjun di dunia gelap penuh dengan bau amis darah jelas tahu jika saat ini Feng tengah marah. Entah apa yang akan di lakukan pemuda tampan yang selalu menampilkan raut wajah dingin tersebut, aku hanya berharap ia tak melukai siapapun.
Aku hendak berpikir Feng akan mengamuk dan membuat para penduduk ibukota menjauh dariku. Nyatanya Feng malah menggendong ku dan ia pun lantas membelah kerumunan orang dengan kemampuannya yang di atas rata-rata. Saat kami berhasil keluar dari toko pandai besi Tong, Feng lantas melompat tinggi hingga kami pun kini berada di atas atap toko pandai besi Tong.
"Mohon maaf yang mulia, ini salah hamba. Hamba sungguh meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kekacauan yang hamba ciptakan" kata Feng saat ia masih menggendongku sembari terus melompat dari atap ke atap bangunan.
"Tidak perlu meminta maaf Feng. Ini juga adalah salah Ben Gong yang langsung pergi ke toko pandai besi tanpa membuat janji temu terlebih dahulu" balasku.
Hal ini jelas tidak terpikirkan olehku. Aku berpikir akan langsung bertemu dengan tuan Tong tanpa harus membuat janji. Namun tampaknya apa yang ku pikirkan jelas tidak sesuai dengan kenyataan. Kecerobohan ku telah berhasil membuat kami dalam masalah. Alhasil kami hanya bisa kabur tanpa mendapatkan hasil apapun.
"Kurasa kita akan ke sana lagi nanti setelah kekacauan ini mereda. Mungkin Ben Gong akan meminta utusan kerajaan untuk membuatkan janji untuk Ben Gong terlebih dahulu, Ben Gong tidak ingin kejadian ini terulang lagi" kataku.
"Baik yang mulia, hamba akan memerintahkan seseorang untuk membuatkan janji untuk anda dengan tuan Tong" jawab Feng.
"Terima kasih Feng" balasku.
"Sekarang yang harus anda pikirkan adalah alasan apa yang akan anda katakan pada yang mulia kaisar Huang Axuan. Hamba yakin kekacauan ini akan sampai di telinganya dengan cepat mengingat banyaknya orang-orang yang mulia kaisar Axuan yang akan menjadi sumber informasinya mengenai apa-apa saja yang terjadi baik di dalam istana, di ibukota maupun di kerajaan lain" kata Feng mengingatkan.
Mendengar perkataan Feng aku lantas kembali memijit keningku yang berdenyut. Aku lupa jika kami keluar tanpa sepengetahuan kaisar Axuan, lantas sekarang apa yang akan ku lakukan? Haruskan aku mengatakan yang sesungguhnya?