Bab 1 - Prolog
Aku tak pernah menyangka kehidupanku akan berakhir dengan cepat. Usiaku baru saja menginjak dua puluh dua tahun, namun aku harus mati mengenaskan karna pengkhianatan organisasinku sendiri.
Aku berpikir dalam mengerjakan tugas dan misi yang diberikan, aku harus selalu bersikap profesional tanpa melibatkan perasaan apapun dalam setiap tugasku. Bagaikan sebuah robot tak berperasaan aku membunuh setiap orang sesuai permintaan para klien-klienku. Namun untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa marah. Aku marah pada organisasi yang mengkhianatiku, juga marah pada diriku sendiri karna begitu lengah.
Dulu aku selalu berpikir untuk tidak mempercayai siapapun bahkan rekanku sendiri. Namun di hadapan ornagisasi pembunuh profesional yang telah membesarkanku hingga menjadi pembunuh terkenal membuatku sama sekali tidak pernah curiga tetang organisasiku.
Terlahir yatim piatu membuatku beranggapan bahwa organisasiku adalah orang tua yang telah membesarkanku. Aku berpikir memang sudah sewajarnya aku percaya dan memberi kesetiaanku pada organisasiku. Namun pada akhirnya kesetian dan pengabdianku selama dua puluh dua tahun malah berakhir dengan sebuah pengkhianatan.
Terlalu berbakat dan menakutkan membuat pihak organisasi pembunuh profesional memutuskan membuangku. Selain karna merasa bahwa kedepannya aku adalah sebuah ancaman besar, dan mereka juga mulai tak mampu membayar gajiku dengan sejumlah besar uang yang menurut semua orang sangat fantastis.
Penyesalan terbesar dalam hidupku hanyalah satu, yakni aku tidak menikmati masa mudaku layaknya para gadis pada umumnya. Jika di beri kesempatan kembali hidup, aku ingin semua ingatanku tetap utuh lalu menikmati kehidupanku layaknya orang normal yang bisa mengekspresikan perasaan mereka.
Aku sadar permintaanku yang terdengar mustahil tak mampu di wujudkan, pada dasarnya aku telah mati. Aku tidak pernah percaya yang namanya reinkarnasi, hal semacam itu hanya di percaya orang - orang terdahulu. Namun kepercayaan dan keraguanku akan reinkarnasi patah dengan mudah. Saat aku terbangun aku menyadari bahwa aku kembali hidup dengan ingatan yang utuh dari kehidupanku sebelumnya.
"A-apa yang terjadi?" Tanyaku yang lantas segera bangun mendudukan diri di atas tempat tidur.
Kuamati kedua tanganku tak percaya, aku juga tak lupa mengamati ruangan yang di dominasi kayu dengan ukiran rumit. Seisi ruangan tampak sederhana, meski pun begitu ruangan yang ku tempati tampak bersih dan terawat.
Prang!
Suara keras dari sebuah benda yang terbuat dari besi ringan lantas mengagetkanku. Aku lantas menatap seorang gadis muda yang tampak terkejut menatapku. Gadis muda itu lantas lari keluar meneriaki nama seseorang yang terdengar asing tanpa membersihkan tumpahan air dan ember kecil terbuat dari besi ringan beserta dengan nampan dan handuk yang di bawanya.
Tak berselang berapa lama gadis itu kembali membawa seorang pemuda tampan dan seorang wanita berusia 30an yang kini keduanya lantas menghampiriku.
"Yang mulia syukurlah anda telah sadar" kata wanita berusia 30an tersebut.
"Yang mulia? Maksudmu aku?" Tanyaku bingung dengan panggilan wanita tersebut.
Wanita yang tampak berusia sekitar 37 tahun itu tampak terkejut dengan pertanyaanku, ia dan berkata "Yang mulia apa yang anda katakan? Tentu saja panggilan itu untuk anda" jawabnya.
"Aku tidak tahu apa maksudmu, namaku adalah Axia. Bukan yang mulia" tegasku.
"Tentu nama anda adalah Axia, tapi karna posisi anda merupakan permaisuri kerajaan Zhang, kami harus memanggil anda dengan panggilan kehormatan yakni, yang mulia" balas wanita tersebut yang tentu saja semakin membuatku bingung.
"Permaisuri? Kerajaan Zhang? Apa maksudmu? Bukannya ini adalah Nirwana? Aku sudah mati karna pengkhianatan organisasiku, seumur hidupku aku hanya di jadikan sebuah senjata terkuat dan ketika mereka tak membutuhkanku lagi, mereka membuangku.
Aku sangat ingat jika organisasiku menaruh racun pada minumanku dan akupun berakhir mati karna begitu lengah dan sama sekali tidak menaruh curiga pada mereka. Namun yang kudapatkan hanyalah sebuah pengkhianatan hingga pada akhirnya aku mati dan tiba-tiba terbangun di tempat ini" jelasku panjang lebar.
Tunggu. Aku mati dan tiba - tiba bangun di tempat ini. Aku lantas tertawa dalam hati, apa yang ku pikirkan sama sekali tidak mungkin terjadi. Hal itu sangat mustahil dan tidak masuk akal.
"Yang mulia apa yang anda katakan?" Tanya gadis muda yang sempat terkejut melihatku.
"Anda belum mati, hiks" isaknya yang membuatku terkejut dan juga bingung.
'Mengapa gadis muda itu menangis?'
"Aku tahu anda sudah tak mampu di perlakukan buruk oleh semua orang, bahkan selama seminggu setelah anda menikahi kaisar Zhang Long Fei, anda selalu di perlakukan dengan rendah dan dingin. Meskipun semua orang menganggap anda adalah gadis yang tak berguna dan merupakan sampah masyarakat, ku mohon jangan mengakhiri nyawa anda lagi, hiks" kata gadis muda itu.
Wanita berusia sekitar 37 tahun itu lantas memeluk gadis muda itu. Keduanya lantas menangis dan terus mengatakan hal - hal yang sama sekali tidak ku mengerti.
"Meski semua orang membenci anda, kami akan tetap menyayangi anda yang mulia.." raung wanita berusia 30an tersebut.
"Tolong jangan buat kami ketakutan akan hal nekat yang anda lakukan, hiks.. hiks" pinta gadis muda itu.
Aku sama sekali tidak mengerti. Mengapa saat ini aku berada di situasi yang sangat rumit seperti ini. Bukankah berada di Nirwana jiwanya akan merasa tenang? Tapi mengapa sekarang ia malah harus di landa kebingungan saat berusaha mencerna situasi yang kuhadapi.
Saat aku berusaha berpikir keras dan mencerna segala kalimat yang gadis muda dan wanita 30an itu katakan, seketika kepalaku dilanda rasa sakit hebat. Sebuah ingatan asing tiba-tiba berputar dalam kepalaku dan berhasil membuat penglihatanku mulai mengabur. Rasa sakit yang kurasakan lantas membuatku menjerit kesakitan hingga mengagetkan pemuda tampan yang sedari tadi mengamatiku.
"Mei-mei kau kenapa?" Tanyanya khawatir.
Rasa sakit itu terus menyerang ku, tak mampu rasa sakit tersebut untuk ku tahan, penglihatanku mulai menggelap. Di dalam alam bawah sadarku aku menyaksikan segala kenangan pahit dan menyakitkan. Aku sama sekali tidak tahu siapa pemilik kenangan tersebut, yang ku tahu pemilik kenangan tersebut pasti sangat menderita.
Merasakan sebuah guncangan, kedua mataku lantas terbuka. Langit - langit ruangan yang pertama kali kulihat kembali menyapaku, ku usap pipiku yang terasa basah. Aku sedikit terkejut menyadari jika ternyata dalam tidurku aku menangis.
Saat aku mendudukkan diriku di atas peraduan, aku pun akhirnya sadar jika aku kembali hidup dalam raga orang lain. Ingatan menyedihkan yang sempat kulihat adalah ingatan Sang pemilik raga. Meski terdengar sangat tidak masuk akal, kenyataannya jiwaku bereinkarnasi dalam raga seorang permaisuri kerajaan Zhang yang di cap sebagai gadis lemah, tak berguna, dan merupakan sampah masyarakat. Belum cukup sampai di situ, raga yang ia tempati kini merupakan seorang permaisuri yang di campakkan oleh suaminya, yakni kaisar Fei.