Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

chapter 01

Keesokan harinya.

Pagi yang Indah di sebuah kota kecil di pinggiran jalan.

Suara nada dering alarm terus terdengar hingga setiap dinding kamar terasa bergetar karena begitu kencangnya, suara alarm dan sinar matahari saling kerjasama untuk membangunkan seorang gadis, yang jika dia telat lima menit hidupnya akan berakhir saat itu juga.

Dengan rasa malasnya yang masih menghantuinya, untuk melawan rasa ngantuknya, sebuah tangan keluar dari balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya, terulur mencari alat yang bunyinya bisa merusak telinga jika terus dibiarkan berdering, hingga dengan kesal gadis itu mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya dan bangun dari posisinya.

"Kenapa sulit sekali mematikanmu! Membuat hariku jadi menyebalkan." Ucap Liera, dia yang baru saja ingin menambah lima menit tidurnya, terpaksa membuka matanya dengan lebar, begitu melihat jam yang sudah menunjukan pukul hampir mendekati jam delapan pagi.

Dia sudah terlambat sekarang!

"Sial! Aku lupa jika pagi ini ada kelas pagi, kacau! Bisa-bisa aku kehilangan nilaiku." Ucap Leira, dia langsung beranjak dari ranjangnya, tanpa berpikir panjang gadis itu langsung mengambil pakaian yang akan dia kenakan hari ini yang tergantung di lemarinya.

Dia bergerak dengan cepat mulai dari dia memakai pakaiannya, merapikan seluruh yang berantakan di kamarnya, lalu mencuci wajah dan menggosok gigi dengan cepat, dengan terburu-buru Liera langsung meninggalkan apartemen miliknya.

Dengan kondisi yang masih sedikit berantakan, dia tetap harus segera sampai di kampusnya dalam kurung waktu yang sesingkat mungkin, dia merasa aneh karena biasanya Laluna tidak akan pernah lupa untuk membangunkan dirinya, kenapa hari ini dia membangunkan dirinya? Apakah laluna tidak pulang lagi, kemarin malam?

Mengabaikan hal itu, Liera menggunakan sepeda miliknya untuk menuju kampusnya yang memang tidak jauh, jaraknya yang cukup dekat sangat menguntungkan dirinya untuk sampai ke kampus dalam hitungan menit.

"Kumohon, kali ini aku tidak mau sampai terlambat lagi." Ucap Liera, dia memaksimalkan dirinya untuk mengendarai sepedanya dengan baik di jalan kota yang cukup ramai, mengabaikan bagaimana para pejalan yang harus menyingkir karena dirinya melaju dengan cepat menggunakan sepedanya.

Liera menghela nafas setelah sepeda berhasil terparkirkan di area kampus, dia mengambil tas miliknya dan juga beberapa buku yang dia bawa, masih dengan nafas yang terengah-engah Liera langsung berlarian untuk memasuki kelas hari ini.

Begitu sampai Liera terkejut melihat ada kekasihnya dan sahabatnya yang duduk bersebelahan, membuat suasana hatinya semakin buruk, dia dengan wajah datarnya masuk ke dalam kelas yang bahkan sudah di mulai, dia sangat canggung saat semua orang menatap dirinya, dia mengambil posisi yang jauh dari sahabatnya dan pacarnya, sudah kesekian kalinya Liera melihat kekasihnya selalu bersama sahabatnya, entah di kesempatan yang aneh rasanya.

Tapi berulang kali juga dia tetap percaya jika mereka hanya sebatas teman dan tidak ada apapun di antara mereka, bagaimana hubungannya dengan Jean sudah berjalan lama. Lebih dari satu tahun, tidak mungkin Laluna dan Jean menjalin hubungan bukan?

Kedua sudah tahu, dan rasanya tidak perlu lagi Liera menjelaskan hal itu.

Dia mengeluarkan seluruh buku yang ada di dalam tasnya, lalu tangannya sibuk dengan pulpen yang dia genggam, dia tidak pernah menyempatkan dirinya untuk membaca buku kesukaannya.

Liera, gadis yang baru saja menginjak usia 19 tahun, dia sudah memasuki semester enam, dia mengambil utama di bagian desainer dan dia suka sekali dengan pelajaran sejarah, bisa dikatakan karena dia sangat suka membaca buku tentang kerajaan dari berbagai negara salah satunya china, jepang dan korea selatan.

Dia sangat menyukai hal berbau dengan genre kerajaan dan historical, terkadang dia suka menghayal jika dirinya masuk ke dalam cerita yang dirinya baca dan meninggalkan zaman modern, ke zaman dimana semua masih begitu sederhana, dimana bahkan alat elektronik belum ditemukan, merasakan bagaimana cinta seorang kaisar yang berhati dingin, walau dia memiliki banyak selir tapi hatinya tetap milik wanita yang dia cintai.

Itu haluan yang selalu Leira buat sebelum dia tidur.

"Seandainya hal itu bisa terjadi, bagaimana rasanya?" Tanya Liera dalam hatinya, tatapannya tidak tertuju pada dosen yang ada di hadapannya, dia hanya fokus membalik halaman buku yang sedang dia baca, dia lagi tertarik dengan satu novel yang saat ini sedang hits di kalangan collega buku, dan jadi buku the best seller bulan ini.

Sampai akhirnya Liera terkejut saat seseorang menepuk bahunya, dia baru tersadar jika kelas sudah berakhir, karena dia datang terlambat kelas jadi berakhir dengan cepat, dia mengalihkan pandangannya ke arah belakang.

Melihat Jean yang berdiri di belakangnya membuat suasana hatinya menjadi buruk, padahal Liera sudah berulang kali mengatakan untuk menjaga jarak dengan sahabatnya, tapi pria itu tak kunjung mendengarkan keinginannya.

Liera memilih untuk merapikan buku miliknya dan beberapa barang miliknya, dengan cepat langsung memasukkannya ke dalam tas, lalu memilih untuk pergi dari sana, tapi Liera tidak bodoh dia tahu jika pria itu akan langsung menahan dirinya dan benar baru melangkah satu anak tangga pria itu langsung menahan pergelangan tangannya.

"Liera, kenapa kamu menghindariku? Aku ingin mengajakmu makan siang bersama." Ucap Jean, pria itu berbicara dengan nada yang biasa, dia tidak lagi bersama dengan Laluna.

Liera hanya diam saja, dia dengan perlahan mencoba untuk melepaskan tangannya dari pria itu. "Aku tidak lapar Jean."

"Liera, kau cemburu lagi? Bukankah kamu tahu sendiri jika aku dengan laluna tidak ada hubungan apapun, kita sudah membahas ini sebelumnya,kan?" Ucap pria itu lagi, dia mencoba menarik tubuh Liera untuk menghadap ke arahnya.

Liera hanya menundukan pandangannya, dia tahu. Dia juga mengerti apa yang pria itu sampaikan, tapi rasa cemburunya tidak akan mengerti, siapa sebenarnya kekasihnya? Dia atau laluna?

Kenapa rasanya Liera-lah teman Jean dan malah Laluna-lah kekasihnya, bahkan berulang kali juga Liera mencoba untuk mengakhiri hubungan itu tapi Jean terus memaksanya mempertahankan hubungan ini.

"Liera, kamu marah padaku? Kali ini aku janji tidak akan mengabaikanmu, maaf ya. Jangan marah lagi, oke sayang?" Ucap pria itu, dia langsung menarik tubuh Liera untuk memeluknya.

"Jean, lepaskan! Kau membuatku sulit bernafas!" Ucap Liera, dia sebenarnya sudah sangat lelah dengan perasaannya sendiri dan hubungan yang sudah tidak sehat lagi, dengan sedikit kesal Liera mendorong tubuh pria itu.

Jean menyusul langkah Liera yang sudah lebih dahulu melangkah meninggalkan kelas, tatapan pria itu sedikit melihat ke arah wanita yang masih duduk di tempat dimana dia duduk di sana, memberikan senyuman tipis padanya dan langsung menyusul Liera.

"Liera, bisakah aku minta uang padamu lagi?" Tanya Jean, pria itu berjalan di samping Liera yang tidak mau melihat ke arah dirinya, jika bukan karena suatu hal dia sangat malas menurunkan amarah anak itu, Liera sangat keras kepala dan dia tidak suka dengan wanita yang seperti itu.

Liera menghentikan langkahnya, dia hanya menarik sudut bibirnya saat menatap ke arah pria itu, padahal ajak sebelumnya Jean mengatakan ingin makan siang, kenapa tiba-tiba dia jadi meminta uang padanya?

Leira menghela nafas sejenak, dia sungguh muak dengan pria itu, dia hanya kekasih! Hanya suatu hal mendesak Leia bersedia memberikan uang karena pria itu mengatakan sangat membutuhkannya, tapi kenapa sekarang jadi seperti ini! Jean jadi suka meminta uang pada dirinya.

"Jean, aku tidak lapar, aku sudah mengatakan kemarin jika uangku sudah menipis, kedua orang tuaku belum memberikan aku uang, berhenti merengek padaku seperti bayi, kau sudah dewasa harusnya mengerti, sudahlah. Rasanya aku semakin muak berada di dekatmu!" Ucap Liera, dia memilih untuk melewati pria itu, kenapa mulutnya sangat sulit untuk mengatakan sebuah perpisahan.

"Hei, Leira! Kau tidak bisa pergi begitu saja!'

Leira mengabaikan Jean yang berteriak memanggil namanya, dirinya sungguh tidak ingin lagi menjalin hubungan dengan pria itu.

Padahal Leira hanya perlu berkata. 'Aku ingin putus darimu, aku sudah muak dan lelah,'

Tapi apakah Sesulit itu mengatakannya?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel