Bab 9
"Benci jadi cinta? Salah satu kata ajaib yang bisa terjadi kepada siapa saja."
***
800 vote 800 komen untuk next❤️❤️
***
Syakilla terdiam dengan mulut sedikit ternganga. Mendapati kehadiran Marco di depan pintu apartemennya. Menimbulkan beberapa pertanyaan di benak Syakilla, mengapa Marco bisa tahu nomor apartemennya dan yang kedua ...
untuk apa Marco mengajaknya jalan-jalan?
"Woi, gue nanya." Marco menjentikkan jarinya ke wajah Syakilla. Membuat gadis itu berkedip.
"Eh?" Syakilla menatap Marco, gadis itu tersadar. "Nggak mau!"
Marco mengenyit, tidak pernah mendapat penolakan di dalam hidupnya. Harga diri Marco rasanya terluka sekarang. Seorang Nicholas Marcosamy, seorang cowok tampan dan kaya 10 turunan, 8 tanjakan, 5 tikungan baru saja ditolak!
"Gue nggak pernah ditolak," ucap Marco, cowok itu menatap Syakilla dengan ekspresi menggemaskan.
"Kenapa muka lo gitu?" tanya Syakilla. Terbiasa melihat wajah Marco yang datar dan terkadang galak, gadis itu tidak pernah melihat ekspresi lain dari Marco yang lucu.
"Muka gue gini-gini aja, ganteng," sahut Marco, kedua alisnya bertaut.
Syakilla memutar bola matanya malas. "Terserah. Intinya gue nggak mau jalan-jalan sekarang."
"Yaudah!" Marco melengos begitu saja masuk ke dalam apartemen Syakilla, "lo nggak mau jalan sama gue, berarti gue bakal diem di sini."
Syakilla membuka mulutnya lebar. Gadis itu menoleh, pada Marco yang kini sedang duduk santai di apartemennya.
Gadis itu menghampiri Marco. "Lo ngapain masuk?! Keluar nggak?"
Marco menggelengkan kepalanya. "Kalau gue keluar, lo harus jalan-jalan sama gue."
"Gue nggak mau jalan-jalan, Marco!"
"Yaudah kalau gitu gue diem di sini sampai gue bosen," ujar Marco.
"Lo gila? Apa kata orang?" Syakilla menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lo kerasukan apa, sih? Bukannya lo benci sama gue?"
"Mau hari ini gue benci sama lo, mau besok gue biasa aja sama lo. Hati punya gue, terserah gue," ujar Marco seraya memasang wajah angkuhnya.
"Sumpah lo ngeselin, ya." Geram Syakilla, gadis itu mendekat ke arah Marco. Menarik tangan cowok itu untuk membawanya keluar dari apartemennya. "Keluar!"
Marco memutar bola matanya. Posisi cowok itu tidak bergeming walaupun Syakilla menariknya sangat kuat. "Lo terlalu lemah kalau mau narik gue."
"Lo maunya apa sih?" tanya Syakilla, pasrah.
"Lo nggak denger tadi gue ngajak lo jalan-jalan?" tanya Marco, matanya menatap datar ke arah Syakilla.
"Lo juga nggak denger, gue bilang nggak mau, hah?" Gadis itu mulai kesal. Memangnya Marco ini siapa, sih? Bertindak sesuka hati!
"Yaudah, gue tetap di sini." Cowok itu kekeuh tidak ingin beranjak.
"Nggak! Lo harus keluar!" Syakilla kembali menarik tangan Marco, berusaha membawa cowok itu pergi dari apartemennya.
"Enggak!" Marco meraih tangan Syakilla, melepaskan tarikan gadis itu. Namun, yang terjadi malah Syakilla terjatuh
tepat di atas Marco.
Hening, keduanya sama-sama terdiam. Iris hitam milik Marco tidak sengaja bertemu dengan iris cokelat teduh milik Syakilla, untuk pertama kalinya, Syakilla tidak terlihat menyebalkan.
"Ihh!" Syakilla sadar terlebih dahulu, gadis itu menarik dirinya. Kemudian mengusap kedua lengan dan tubuhnya, seakan baru saja terjatuh di padang pasir.
Marco ikut beranjak, cowok itu memasang wajah kesalnya saat melihat tingkah Syakilla. "Kenapa lo masak ekspresi jijik gitu? Gue bersih!"
"Bodo amat!" Kesal Syakilla. "Keluar dari apartemen gue sekarang!"
"Ng-kryukkkk-" Keduanya kembali terdiam. Perut Marco yang tiba-tiba berbunyi adalah penyebabnya.
"Sialan, gue belum makan seharian," ucap Marco dalam hatinya. Cowok itu membuang wajahnya ke arah lain, mengapa hal memalukan ini harus terjadi di depan Syakilla? Rusak image Marco sekarang.
"Lo laper?" Pertanyaan Syakilla membuat Marco menoleh cepat.
"Nggak!" Sahutnya ketus, namun sedetik kemudian suara perutnya membuat cowok itu harus menahan malu untuk yang kedua kali. Sial.
"Masalah laper aja lo gengsi." Syakilla menggeleng. Gadis itu kemudian berjalan menuju dapur.
"Eh, lo mau ke mana?"
"Tunggu aja di situ," teriak Syakilla dari tempatnya.
"Tadi ngusir, sekarang nyuruh nunggu." Dengus Marco.
Mata cowok itu menatap ke arah sekelilingnya, mengapa apartemen ini terasa sangat hampa? Tidak ada foto keluarga yang menghangatkan untuk dipandang, atau hiasan yang membuat nuasa ruangan lebih hidup.
Marco baru sadar, sofa yang dia duduki sekarang pun hanya satu-satunya sofa yang tersedia di ruangan ini. Selain sebuah televisi LED dan sofa, tidak ada yang menarik di ruangan ini.
Membosankan.
Melihat semua ini, Marco jadi teringat pada rumahnya yang hampir menyediakan segalanya. Kolam renang, bioskop, gym, game center dan hal menarik lainnya.
"Gini rasanya tinggal di tempat biasa aja?" gumam Marco. Eh, tapi apartemen Syakilla termasuk wilayah apartemen yang mahal. Atau, gadis itu menghabiskan uangnya untuk apartemen ini, sampai tidak sempat membeli 'isi' untuk apartemennya?
Lalu, bagaimana dengan kedua orang tua itu? Bukannya-
"Awas lo kesambet!" Tegur Syakilla, Marco tersadar dari lamunannya.
Cowok itu menoleh, kemudian berdecak. "Lo ngapain aja, sih?"
"Nih." Syakilla menyerahkan sebuah piring berisikan makanan kepada Marco.
Marco meraihnya, menatap aneh pada makanan di hadapannya. "Apaan, nih?"
"Mata lo bisa ngelihat kan, Marco? Itu makanan."
"Makanan apaan, nih?"
"Itu nasi putih, telor ceplok, kol goreng. Terus gue taburin bon cabe level 30." Jawab Syakilla. Sukses membuat mata Marco terbelalak.
"Makanan apaan, nih? Ngapain lo ngasih ginian ke gue? Nggak, nggak, gue nggak mau!" Marco kembali menyerahkan piring itu kepada Syakilla.
Syakilla mengambil lagi piring itu. Sudah ia duga, Marco tidak akan menerimanya. Gadis itu menarik senyum. Ia menyendokkan makanan yang ia buat.
"Marco," panggil Syakilla.
"Apa?" Marco menatapnya kesal.
"Aaaa!"
"Hah?"
"Aaaa!"
Dahi Marco mengernyit. "Aa-phh!" Syakilla langsung menyuapi makanannya pada Marco.
Gadis itu terkekeh melihat wajah marah Marco. "Dikunyah, jangan langsung ditelen," ujar Syakilla.
Marco mengunyah makanannya, menelannya, kemudian kembali menatap kesal ke arah Syakilla. "Lo mau bunuh gue, hah!"
"Gue ngasih makan, karena lo laper. Nggak ada untungnya gue ngebunuh manusia kayak lo," sahut Syakilla. Gadis itu menggelengkan kepalanya. Dasar Marco, tidak pernah menyimpan sisi positif dalam hidupnya!
"Gue nggak suka makanan begituan! Bikinin yang lain," ujarnya. Membuat Syakilla mengernyit. Memang dia siapa? Menyuruh sesuka hati.
"Lo bener-bener makhluk nggak tahu diri, ya."
"Gue makhluk nggak tahu diri yang paling ganteng."
"Narsis lo." Syakilla menggelengkan kepala.
Jadi, sisi lain dari seorang Marco yang sombong, cowok itu memiliki percaya diri akut?
Marco beranjak dari posisinya. "Masalah?" kemudian, cowok itu berjalan menuju dapur.
"Lo mau ngapain?" tanya Syakilla, gadis jtu menyusul Marco.
Marco menoleh, menatap Syakilla dengan wajah datar. "Masak."
"Dih, emang bisa?"
"Nggak."
"Lah, terus?"
"Nyoba." Marco menghendikkan bahunya, "lo punya tepung, nggak?"
Syakilla mengernyit. "Buat apaan?"
"Lo budek apa gimana, sih? Masak," sahut Marco dengan wajah kesal menatap Syakilla.
"Lo tuh bisa baik dikittt aja nggak sih?" sahut Syakilla, gadis itu mendengus seraya mengeluarkan bungkus terigu dari laci dapur.
"Nggak," balas Marco, dengan wajah songongnya. "Di tubuh gue mengalir darah kesombongan."
Syakilla menarik senyum tipisnya, cowok ini ... gila.
Dua puluh menit berkutat di dapur. Marco dengan gaya sok tahu, mulai memasukan bahan-bahan yang ia pelajari dari tiktok. Salahkan Venus yang mengirimi Marco video-video masak ala tiktok, Marco yang memiliki rasa ingin tahu besar jadi ingin mencobanya!
"Ini sebenernya bikin apaan, sih?" tanya Syakilla. Hampir setengah jam berkutat di dapur, bukannya membuat sebuah masakan seperti yang Marco inginkan, cowok itu malah menghancurkan dapur Syakilla.
Tepung bertebaran di mana-mana, tidak hanya di kompor, di wajah dan tubuh Syakilla pun tidak luput dari benda halus berwarna putih itu. Sudah jelas, Marco pelakunya.
"Ah, capek gue. Kenapa susah, sih!" Kesal Marco, "aduk nih!"
Syakilla mengambil adonan itu dari Marco. "Ini apaan, sih?"
Marco baru sadar, kalau penampilan Syakilla benar-benar berantakkan. Cowok itu terkekeh, "muka lo kenapa?"
"Apa? Berantakkan? Lo nggak nyadar dari tadi tepungnya kemana-mana?"
Marco kembali terkekeh, cowok itu mendekatkan dirinya ke arah Syakilla seraya menarik senyum. Sebuah senyum yang sangat jarang ia tampilkan. "Sini, gue bersihin."
•NEFARIOUS•
PUAS NGGAK INI PART PANJANG DAN FULL MARKILLA?!
HI! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
FOLLOW INSTAGRAM @cantikazhr UNTUK INFO UPDATE
BOOM KOMEN YUK GUYS!!!
SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN, YA!!!