Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

"Aura cowok cuek itu, emang kuat banget. Kayak ada manis-manisnya gitu."

***

Syakilla memerhatikan penampilan dirinya di kaca UKS. Astaga ... berantakkan! Rambutnya, seragamnya, sampai wajahnya yang terdapat luka cakaran. Ini kali pertama Syakilla mengalami kejadian seperti ini.

"Loh, Syakilla?" gadis itu menoleh, mendapati Kak Fini-dokter muda yang berjaga di UKS sekolahnya.

"Hai, Kak." Sapa Syakilla seraya tersenyum tipis.

"Kamu habis diapain?" Fini menyentuh kedua bahu Syakilla, memperhatikan wajah gadis itu yang terdapat luka cakaran.

"Digangguin Tere sama temen-temennya, Kak."

Terlihat wajah Fini geram. "Nggak bisa dibiarin emang, kelakuannya kok makin menjadi-jadi."

"Nggak papa, Kak. Salah paham aja."

"Nggak bisa gitu, kamu harus lapor ke guru BK. Bawa orangtua kamu!"

Syakilla tersenyum kecut. "Nggak usah, Kak. Aku ke sini mau minta obat merah aja."

Fini mengangguk. "Kamu tunggu di sini sebentar, Kakak mau ngambil stok dulu. Kebetulan obat merah dan plesternya habis."

Kemudian, Fini keluar dari UKS. Menyisakan Syakilla sendirian. Ah, sepi rasanya. Mengapa tadi Kak Fini harus membahas orang tua? Syakilla kan jadi teringat.

Syakilla menyandarkan dirinya di kursi, seraya menutup mata. Gadis itu mendengar suara pintu terbuka, mungkin Kak Fini sudah kembali.

"Lo, nggak papa?" Syakilla mengernyit karena suara itu bukan suara Kak Fini. Ia membuka mata, kemudian terkejut dengan kehadiran seseorang.

"Antariksa?"

"Nih." Antariksa memberikan sebuah kotak kecil.

"Ini apa?" tanya Syakilla seraya menerima kotak itu.

"Itu perlengkapan P3K. Gue selalu bawa buat Marco, karena dia selalu berantem."

"Eh? Makasih," ujar Syakilla. "Tapi, kayaknya nggak usah, deh. Tadi Kak Fini udah ngambilin obatnya, kok."

"Kak Fini bakalan lama balik, bentar lagi bel masuk."

"Lo tau dari mana?"

"Tadi gue ketemu dia di depan, obatin gih luka lo."

Syakilla mengangguk. Kemudian menatap kotak itu, dilukai ramai-ramai, mengobatinya sendirian.

"Sini, deh. Gue bantu." Antariksa tiba-tiba mengambil kembali kotak itu, membukanya lalu menuangkan obat merah pada kapas.

"Eh, gue bisa sendiri, kok!" ujar Syakilla setengah gugup.

"Diem." Antariksa mulai mengobati luka Syakilla. Gadis itu sesekali meringis, dan tidak jarang ia menatap ke depannya.

Antariksa mendongak, menatap Syakilla. "Sakit?"

Syakilla menggeleng cepat, cowok itu kemudian melanjutkan kegiatannya.

"Coba Marco seramah Antariksa," ucap Syakilla di dalam hatinya.

***

Marco mengernyit saat mendapati kehadiran Antariksa yang terlambat. Ia dan teman-temannya sudah berada di rooftop sekolah sejak tadi, hanya Antariksa yang tidak ada.

"Dari mana lo?" tanya Marco.

"Biasa lah, Co. Pasti Aan abis ngerjain tugas," sahut Venus.

Antariksa mengangguk. "Bener."

"Gue bosen deh di Jakarta," celetuk Bima. Cowok itu sejak tadi diam seraya memainkan PSP-nya.

"Kalau gue sih bosen di Indonesia, pengen ke Indoapril," sahut Awan.

"Bego," ujar Bima seraya menoyor Awan.

"Liburan, skuy. Bali? Singapore?" tawar Venus.

"Jangan Bali, kan minggu depan kita Study tour ke Bali," ujar Bima.

"Itu nggak semua murid ikut, kan? Gue males," ujar Antariksa.

"Bosen gue ke Bali," ujar Marco.

"Coba, ya. Sekali-kali kita study tour-nya ke luar angkasa, gue pengen ke Merkurius," ujar Venus.

"Mentang-mentang tetanggaan sama Venus," sinis Bima.

"Lo kalau ngehalu, manusiawi dikit lah, Ven." Tegur Awan.

"Berisik." Venus mencebikkan bibirnya pada Awan, cowok itu beralih menatap Marco. "Co, ajak Barbie dong kalau kita beneran liburan."

Marco menoleh menatap Venus. "Lo tahu kan, selera boneka santet itu kayak gimana?"

"Jahat banget lo, Co. Gue emang kurang apa, sih? Ganteng iya, tajir iya," kata Venus. Ia langsung mendapat tepukan keras dari Bima.

"Lo kurang ahlaq, Ven."

"Kalo lo seganteng dan setajir Pangeran Brunei, baru Barbie mau sama lo, Ven." Tambah Awan.

"Dah, ah. Cabut, males gue sekolah." Ajak Marco.

"Lo semua aja, gue mau belajar," ujar Antariksa. Cowok itu berjalan duluan meninggalkan teman-temannya.

"Gue kadang mikir, kenapa gue dilahirkan dari keluarga kaya? Kan gue jadi tambah males, sekolah nggak sekolah juga tetep aja ke depannya bakalan jadi pewaris," celetuk Bima seraya memperhatikan kepergian Antariksa.

"Sama," ujar Venus.

"Antariksa mah beda, ya." Kata Awan.

"Apaan sih lo semua?" Dengus Marco, cowok itu berjalan duluan meninggalkan teman-temannya.

"Pantesan dulu Qilla naksirnya sama Aan, ya," ujar Bima.

NEFARIOUS•

HI! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

FOLLOW INSTAGRAM @cantikazhr UNTUK INFO UPDATE

BOOM KOMEN YUK GUYS!!!

SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN, YA!!!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel