Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Makan Hati

Bab 6 Makan Hati

Lexie tidak menunjukkannya, hatinya diam-diam terkejut, orang ini, jelas-jelas adalah seorang pria muda dan bukanlah pria paruh baya.

Orang yang makin menyembunyikan identitas mereka, maka makin berbahaya.

Pria tua itu kembali fokus, mengambil kendi kemudian menuangkan kembali segelas untuknya, "Kemampuan minum-mu lumanyan."

Lexie menjawabnya sekilas, setelah selesai minum Lexie segera berpamitan, "Ini sudah larut, Paman ... lebih baik segera kembali untuk beristirahat. Aku akan kembali ke kamar."

Lexie hanya ingin hidup dengan tenang di dunia ini, jadi dia tidak boleh membuat masalah dengan orang dan juga hal yang berbahaya, hanya bisa menghindarinya.

Wajah pria tua itu agak aneh, bibirnya bergerak, sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangguk sedikit dan berkata, "Oke."

Tapi, pandangannya jatuh pada tubuh Lexie dan tidak mengalihkan pandangannya untuk waktu yang lama, ketika Lexie berbalik, salju jatuh di rambut hitamnya, bagai bintang di langit.

Malam hari udaranya semakin dingin dan menusuk tulang.

Setelah lilin diganti tiga kali, Winny sudah tidak tahan lagi, tetapi masih bersikeras duduk di kursi kayu di depan pintu.

"Nona, kamu bilang Nyonya ingin bertindak pada kita, tapi ini sudah 3 hari, kenapa tidak ada yang datang?" Winny melihat ke arah pintu, pintunya ditutup rapat, sama sekali tidak melihat adanya keanehan.

Lexie mendengarkan perkataannya, tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Kamu membuat kamar ini begitu terang, siapa yang berani datang? Dengarkan aku, matikan lilinnya, dan berbaring di ranjang."

"Tapi ..." Wajah Winny agak pucat, setelah beberapa saat dia mengucapkan kata, "Aku takut ..."

Lexie menghela nafas, mengelus kepala Winny dengan lembut, lagipula, dia masih merupakan remaja berumur belasan tahun, tidak heran bisa ketakutan ketika menghadapi saat hidup dan mati seperti ini.

Tapi selama masa pertumbuhan selalu harus diri sendiri yang mengalaminya.

Jadi Lexie tidak lagi berbicara, tapi hanya berjalan langsung ke arah meja, meniup lilin, seluruh ruangan langsung masuk ke dalam kegelapan total.

Tenang, sangat sunyi, bahkan suara nafas pun berubah menjadi terdengar sangat jernih.

Setelah setengah jam, terdengar suara kucing di luar jendela.

Hanya sesaat, Lexie yang berbaring di ranjang segera membuka matanya.

Winny di sebelahnya tanpa sadar tertidur dalam cemas, Lexie tidak membuatnya terkejut, tapi hanya bangun dengan hati-hati kemudian berjalan ke samping ranjang, belati beracun di tangannya samar-samar bersinar dalam kegelapan.

Orang di luar jendela tampaknya sangat berhati-hati, setelah menunggu sebentar, dia menggunakan pisau kecil mencoba untuk membuka jendela, gerakannya sangat hati-hati, jika bukan karena sudah mempersiapkan sebelumnya, tindakan seperti itu tidak akan menarik perhatian siapa pun.

Ini adalah seorang profesional.

Lexie tidak sadar mencibir, Claudia itu demi mencabut sampai akar, rela mengeluarkan uang untuk melakukan ini.

Setelah beberapa saat, jendela dibuka tanpa suara, orang di luar jendela bersiap untuk membuka jendela, Lexie mencari waktu yang tepat, belati di tangannya langsung menuju ke tenggorokan pria itu.

Pria itu bereaksi dengan sangat cepat, dengan sekejap menjauh ketika dia melihat belati itu.

Sangat disayangkan Lexie pada waktu itu hanya berpikir akan menyelesaikannya dengan satu pukulan, jadi kecepatan dan kekuatannya sudah menggunakan seluruh tenaganya.

Orang itu tidak mati, maka dia dan Winny akan mati, kenyataan memang begitu kejam.

Jadi, Lexie tidak memiliki jalan untuk mundur!

Pembunuh bertopeng itu ketika dia jatuh, matanya penuh dengan keterjutan.

Lexie menghembuskan napas, tangan yang memegang belati sedikit bergetar, darah yang tersisa di tepi belati menetes jatuh, di kegelapan, tidak ada warnanya.

Bahaya sekali.

Jika Lexie tidak mengetahui hati Claudia yang begitu kejam, menebak bahwa Claudia tidak akan membiarkannya pergi dengan begitu mudah, jadi Lexie sudah mempersiapkan sebelumnya, malam ini, adalah hati kematiannya dan Winny.

"No, Nona ..." Winny mendengar suara dan terbangun, melihat situasi di jendela, dia tidak bisa menahan napas dingin.

Lexie kembali fokus, menarik kembali kegugupan di wajahnya, mencoba untuk tersenyum, "Sekarang sudah tidak apa-apa ..."

"Hati-hati!"

Di bawah teriakan Winny, Lexie merasakan bagian belakang punggungnya dingin, ketika dia berbalik, dia melihat bayangan hitam yang menyerang.

Lexia ingin menggunakan belati untuk melawan, orang ini tampaknya sudah memiliki persiapan saat ini, dengan mudah menggunakan pisau di tangannya untuk menghindar dari belati Lexia.

"Pelacur sialan, kamu membunuh saudaraku, lihatlah hari ini aku akan membunuhmu!" Orang ini kemampuan bela dirinya lumayan, sama sekali bukan tandingan bagi Lexia yang merupakan seorang wanita lemah.

Lexie bahkan tidak melihat cara apa yang sebenarnya dia gunakan, kedua tangan Lexia sudah ditahan olehnya.

Yang mengejutkan Lexia, kali ini yang datang tidak hanya 1 orang, tapi 3.

3 orang pembunuh profesional, Claudia benar-benar memikirkannya dengan baik-baik!

"Hei, lihatlah wajah gadis ini, benar-benar cantik sekali." Seorang pembunuh bertopeng berjalan dengan membawa belati, tapi dia belum bertindak, tiba-tiba melihat wajah Lexie melalui cahaya di luar jendela.

Pembunuh yang menahan tangan Lexie juga maju dan melihat dengan lebih jelas, sepasang matanya segera memunculkan pandangan bernafsu, "Ini benar-benar indah, tubuh ini juga jauh lebih lembut dibanding gadis-gadis di rumah bordil."

"Atau ..." Pria itu tersenyum dengan penuh makna.

"Dia membunuh saudara kita, bukankah sangat meremehkannya jika membunuhnya secara langsung? Kita harus bermain dengannya baru bisa melepaskan kebencian!" Yang lainnya langsung setuju dan lagi menemukan alasan untuk membenarkan.

Mereka berdua bersekongkol, merasa bahwa penginapan itu terlalu merepotkan untuk mereka jika melakukan sesuatu, bersiap untuk membunuh Winny kemudian pergi.

Winny sudah sangat terkejut hingga terpaku dengan bodohnya, menyaksikan seorang pria berbaju hitam mendatanginya dengan belati.

Cahaya dingin belati tercermin di wajahnya, makin menunjukkan bahwa Winny masih sangat kecil.

Lexie menghela nafas tanpa daya, tapi wajahnya mengulas senyum dingin, "Tunggu."

Pembunuh dengan belati itu menoleh, raut wajah Lexie tidak berubah, kemudian berkata: "Dia hanyalah seorang pelayan, tidak ada hubungannya, jika melepaskan dia, aku tidak akan melawan bagaimanapun kalian ingin memainkan diriku."

"Tidak melawan?" Kedua pembunuh itu tidak pernah melihat seorang wanita yang masih bisa memikirkan syarat dalam kondisi seperti saat ini, seketika lupa untuk melanjutkan aksinya.

"Ya, aku tidak akan menolak. Bermain kan, bukankah yang paling penting adalah bersenang-senang? Kalian membunuhnya, maka aku hanya menggigit lidahku, jika kamu ingin bermain dengan mayat, maka kalian boleh bertindak. Dia hanya seorang pelayan, bahkan jika membiarkannya pergi, itu juga tidak mempengaruhi uang yang akan kalian terima. Lepaskan dia, aku akan membiarkan kalian bersenang-senang. "

Sebelum mati, tidak boleh tidak melawan, di wajahnya selain raut dingin tidak ada lagi yang lainnya.

Wanita yang begitu cantik, pria manapun pasti akan tergoda, kedua pembunuh itu saling melirik, dapat melihat gairah yang lebih kuat dari mata pihak lain.

Salah satu dari mereka membuat isyarat, orang lainnya mengangguk dan menyimpan belati.

Lexie menghela nafas lega, kemudian menatap Winny, dia sudah menangis, Lexie sedikit tersenyum, "Jangan menangis, di kemudian hari, cari seseorang untuk mendampingimu dan melewati hidup dengan baik, kamu hidup dengan bahagia, maka pengorbananku tidak sia-sia."

Jika sudah pasti mati, mengapa harus repot-repot mengambil nyawa anak ini?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel