Bab 12 Tidak Ada Kata Tidak
Bab 12 Tidak Ada Kata Tidak
"Tubuhmu begitu rapuh, sepertinya harus banyak latihan di kemudian hari." Victor kembali berwajah dingin, dengan tiba-tiba menggerakkan kudanya, kemudian bergerak ke arah Lexie, ketika sudah hendak menabrak tubuh Lexie, Victor yang berada di atas kuda langsung mengulurkan tangan dan membawa Lexie ke depannya.
Serangkaian gerakan ini membuat Lexie takut hingga raut wajahnya pias, dengan tidak mudah akhirnya dia kembali tersadar, yang terdengar di samping telinganya adalah suara tapak kaki kuda.
Lusinan kuda bergerak dengan cepat melintasi jalan, debu bertebaran, suaranya mengejutkan.
Lexie ditempatkan di depan oleh Victor bagai sebuah barang, sama sekali tidak ada rasa kasihan, bahkan para prajurit di belakangnya tampaknya tidak memiliki keraguan tentang ini, bahkan di mata mereka, Tuannya yang seperti ini normal.
Setelah perjalanan beberapa jam, mengganti kuda di tengah perjalanan, ketika langit mulai gelap, rombongan akhirnya tiba di kota kecil. Kota kecil ini sudah dekat dengan perbatasan, meskipun tidak besar, tapi sangat populer, bahkan setelah memasuki malam hari, masih banyak pejalan kaki di jalan dan penjual yang menjual barang masih menjual barangnya.
Ketika Victor dan kelompoknya berhenti di sebuah halaman di kota, Lexie sudah benar-benar pingsan.
Victor turun dari kuda, meraih kerah Lexie dan melemparkannya ke arah Morgan, "Cari orang untuk membersihkannya."
Pria dan wanita tidak boleh saling bersentuhan, Morgan dengan enggan menangkap orang itu, untuk menghindari kecurigaan, tangannya diratakan, Lexie berbaring di lengannya, takut jika Lexie memiliki kontak fisik lain dengannya.
Morgan masih memiliki rasa takut yang tersisa, terakhir kali dia mengomentari wanita ini, Tuannya ini hampir melemparnya ke daerah pinggiran utara, sekarang, apa yang Tuannya katakan dia tidak berani dengan asal menanggapinya.
Gerakannya itu membuat Victor yang melihatnya merasa sedikit lucu, dengan dingin berkata: "Ini hanya mainan, keberanianmu itu sedikit ciut."
Wajah Morgan berkedut, dia pintar dan tidak menanggapinya, tapi, ketika melihat wajah pucat Lexie, bibirnya yang ungu, dia ragu-ragu sekilas dan bertanya: "Yang Mulia, apa ingin mencari tabib untuk memeriksanya?"
Victor bahkan tidak menoleh, memasuki halaman terlebih dulu, "Memeriksa apa? Tidak akan bisa mati juga."
Morgan tertegun, tidak berbicara, hanya dengan kaku menggendong Lexie dan mengikuti memasuki halaman. Sudah ada pelayan yang mengurus semuanya, Bibi tua yang mengurus segalanya di sini, ketika melihat Morgan datang dengan membawa seorang wanita, tidak menunjukkan raut aneh di wajahnya, bahkan pengikutnya yang berada di belakangnya juga tidak merasa aneh atau penasaran.
Namun, di sebuah pinggiran kota kecil ini, orang-orang di sini, terlatih dengan baik dan memiliki gaya keluarga besar.
Bibi tua itu segera mengambil Lexie dari tangan Morgan, membawa dua pelayannya lalu memasuki kamar mandi, meskipun Lexie dari awal sampai akhir, wajahnya pucat dan nafasnya pelan, tapi dia tidak bergerak, hanya dengan mati rasa membiarkan mereka membersihkan tubuhnya bagai barang.
Malam musim dingin, selalu membuat orang gemetar.
Di dalam kamar, ada tiga pemanas, api arang menyala, jendela terbuka sedikit, angin sejuk masuk ke dalam ruangan, tidak menurunkan suhu di dalam rumah, tapi malah membuat udara di dalam ruangan lebih segar.
Lexie terbangun oleh hawa dingin, dia membuka matanya dan melihat lingkungan yang asing, dia tidak panik, tapi tampak dengan tenang menilai.
Dia mengenakan gaun sutra tipis, tubuh yang sempurna itu terbalut di bawah mantel sutra, selimut dilipat rapi di sampingnya, tapi tidak ada orang yang memakaikan selimut untuknya.
Lexie menggigil, hendak mengulurkan tangan untuk meraih selimut, ingin menutupi tubuhnya dengan selimut untuk menghangatkan diri, ujung jarinya masih belum menyentuh selimut, pintu sudah dibuka.
Sekujur tubuh yang dibalut dengan pakaian hitam, Victor yang memakai jubah rubah masuk ke dalam, pandangan mata Victor tertuju pada baju sutra Lexie yang menggoda, pandangan matanya bergetar sejenak, sudut bibirnya tersenyum mengejek.
Tapi dia tidak mengatakan apa-apa, tapi hanya melepaskan jubah dan melemparnya dengan asal di samping, kemudian berjalan ke arah tungku di tengah ruangan, mengulurkan tangan dengan elegan untuk menghangatkan diri.
Setelah beberapa jam penderitaan di atas kuda, tubuh Lexie seakan remuk, terutama ketika dia bangun dan berpakaian seperti ini, tak perlu dikatakan juga tau apa pemikiran orang yang memakaikannya pakaian seperti ini.
Melihat Victor, parasnya pada saat ini, bengkak di wajahnya telah benar-benar sudah hilang, hanya menyisakan wajah yang sempurna hingga membuat orang kesulitan bernafas.
"Apa yang ingin kamu lakukan?" Lexie menarik selimut untuk menututpi dirinya sendiri, selimut sutra halus, tapi dalam sekejap langsung membuat Lexie merasakan kehangatan.
Victor balas menatap Lexie dengan pandangan dingin, "Bukankah aku sudah mengatakan, tubuhmu membuatku sangat puas."
Pada saat ini, dia berkata seperti itu, untuk sesaat, Lexie merasa bahwa pada saat ini, Victor tampaknya agak berbeda saat ketika Lexie bertemu dengannya di hutan, seakan, dia tampak semakin dingin.
"Jadi? Kamu bersiap untuk mengurungku?" Lexie tidak menyangka Victor akan berbicara begitu langsung, dalam masyarakat jaman ini, pria hanya akan berbicara sembrono pada 2 jenis wanita, satu adalah wanita yang berkeliaran bebas di luar, dan satu lagi adalah mainan yang dipeliharanya sendiri.
Jadi, Lexie di matanya adalah mainan?
"Mengurung?" Victor mengangkat alisnya, tidak menyukai kata itu, "Apa kamu pantas untuk dikurung olehku yang seorang Raja ini?"
"Lalu apa yang ingin kamu lakukan?" Lexie yang sangat jarang terlihat panik itu saat ini tidak dapat mengendalikan ekspresi di wajahnya, tentu saja Lexie tahu bahwa dia adalah Raja Victor, karena Lexie tahu jadi dia takut, dengan kekuasaan pria ini, dia tidak perlu mengeluarkan tenanga maka akan membuat hidup Lexie kesusahan.
Victor berjalan dengan tenang ke sisi ranjang, duduk secara asal, "Aku baru saja mengatakan bahwa aku sangat puas dengan tubuhmu, jadi sebelum aku bosan, tubuhmu itu adalah milikku."
Dia mengatakan hal itu dengan sangat datar, seakan hal seperti itu normal adanya, tapi sangat disayangkan ketika terdengar di telinga Lexie itu sangat aneh.
"Benar kan menurutmu?" Benar-benar seenaknya!
Victor malah tersenyum pelan, dia mengulurkan tangan dan membuka selimut Lexie, tubuh yang sempurna terpampang di pandangannya, dia bisa merasakannya dalam sejenak, napasnya menjadi sangat panas, "Di sini, tidak usah membicarakan dirimu, jika diganti dengan orang lain, jika aku berkata bahwa adalah milikku, maka tidak ada yang berani mengatakan kata tidak. "
"Kamu!" Lexie sangat marah hingga dia tidak bisa berkata-kata, tapi dia juga tidak berdaya, Lexie duduk dengan marah dan ingin menjauh darinya, siapa tahu ketika Lexie baru saja bergerak, tangan Victor sudah terulur kemudian dirinya sudah berada ditekan dan berada di bawah tubuh Victor.
"Victor! Kamu tidak bisa melakukan ini!" Lexie benar-benar sudah sangat marah, Victor anggap dia apa, ketika ingin memainkan maka memainkanya?
Victor menundukkan kepalanya, membenamkannya di antara rambut Lexie dan dengan perlahan mengendusnya, "Mengapa tidak? Akua menyukai tubuhmu, ini adalah hal yang banyak wanita menginginkannya tapi tidak bisa mendapatkannya, dan lagi, jika kamu mengikutiku maka aku tidak akan pernah memperlakukanu dengan buru, bukankah kamu menyukai harta? Aku sangat kaya, tunggu aku bosan denganmu, seberapa banyak yang kamu inginkan, maka aku akan memberikannya."
Ketika Victor berbicara, jari-jarinya tangannya sudah berpindah dari pipi ke bibir Lexie, tenggorokannya menegang dan berkata di telinga Lexie, "Dan lagi, aku menyukai bagianmu di sini."
Malam hari, kesedihan yang sulit diungkapkan, di antara angin yang dingin, bercampur suara geraman rendah dari sang pria dan juga jerit kesakitan sang wanita.
Pada malam itu, para pelayan yang berjaga di sana raut wajahnya pucat pasi, ketika Raja Victor datang, mereka masih memiliki kekaguman dan rasa senang, dan pada saat ini, mereka masing-masing bersyukur dalam hati, untungnya yang disukai oleh Raja Victor bukanlah mereka.