HMT 5 - KEPERGIAN ANGELA
Darren dan Xavia tampak sedang berbincang di depan pintu. Langkah Nyonya Hawk berhenti di depan Darren. Wanita itu tersenyum miring pada sang putera. Darren hanya terdiam dan menatap Nyonya Hawk dengan wajah dinginnya. Pupil Nyonya Hawk memutar pada Xavia tanpa memalingkan wajahnya dari Darren.
"Ayo kita pergi, Xavia. Apartemen Darren sangat kotor. Ada sampah yang berbau busuk di dalam sana. Sebaiknya kita pergi saja. Aku takut bau busuk itu hinggap di gaun mahalmu," lugas Nyonya Hawk pada Xavia. Namun wajah sinisnya tertuju pada Darren.
Pria itu hanya memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Dia cukup paham dengan apa yang dimaksud oleh ibunya. Sampah busuk yang dimaksud ibunya itu adalah Angela, kekasihnya.
Xavia hanya tersenyum. Dia menatap Darren dengan wajah gemasnya. Tidak mungkin pria tampan di depannya itu begitu jorok seperti yang dikatakan ibunya tadi. Jika benar, maka ini merupakan tugasnya untuk membenahi sipat buruk calon suaminya itu.
"Ayo Xavia." Nyonya Hawk segera merangkul bahu Xavia untuk segera pergi. Xavia hanya melempar senyum pada Darren dan mulai memutar tubuhnya. Namun Nyonya Hawk tiba-tiba kembali lagi pada Darren. Sepertinya dia harus menekan puteranya itu lebih dulu.
"Darren, cepat kau buang jauh-jauh sampah busuk itu. Mengerti?" cetus Nyonya Hawk sambil mencondongkan wajahnya pada Darren. Pupilnya melebar dengan sorot matanya yang tajam.
Darren sampai menelan ludahnya. Xavia hanya memandangi dari agak jauh. Dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis melihat Darren yang sedang dimarahi ibunya karena ia lupa membuang sampah.
Nyonya Hawk mendengkus kesal pada Darren sebelum kemudian memutar tubuhnya menuju Xavia. Mereka pun berlalu pergi. Darren menghela napas kasar sembari mengusap dadanya. Untuk kesekian kalinya ibunya itu menekan dirinya untuk meninggalkan Angela.
Setelah menutup pintu Darren memutar tubuhnya dan berjalan menuju kamarnya. Netranya membulat sempurna melihat Angela yang sedang memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper yang berada di atas ranjang. Dengan langkah setengah berlari Darren segera menghampiri gadis itu.
"Angela, apa yang sedang kau lakukan? Apa ibuku mengatakan sesuatu padamu?" Darren bertanya sambil memasang wajah cemasnya pada Angela.
Namun gadis itu tak menjawab, tak juga menoleh padanya. Angela tampak semakin cepat membenahi semua pakaiannya ke dalam koper.
Darren mencekal lengan Angela yang sedang menarik restleting kopernya. Wanita itu menoleh padanya dengan matanya yang tampak berkaca-kaca. Darren menatapnya hampa.
"Angela, kau habis menangis? Katakan padaku, apa yang sudah ibuku katakan padamu? Aku mohon Angela." Darren menatapnya lembut sambil menggenggam jemari Angela di dadanya.
Angela memalingkan wajahnya dengan perasaannya yang sangat bergejolak. Melihat wajah Darren sekarang sungguh membuatnya semakin perih.
"Lepaskan, Darren. Aku harus pergi." Angela menarik tangannya dengan kasar.
Darren menatapnya heran sekaligus kaget. Angela tak berkata apa pun lagi. Dia hanya mengusap kedua pipinya dan segera menarik kopernya untuk segera pergi. Derap langkah wanita itu mulai meninggalkan kamar sambil menyeret kopernya. Darren mengejarnya dengan kecemasan yang membuatnya hampir gila.
"Angela, tunggu!" Darren berhasil menghadangnya.
Angela hanya terdiam dan memalingkan wajahnya, menghindari kontak mata dengan pria di depannya itu. Darren mulai mendekat.
"Aku akan mengantarmu," ucap Darren sambil menatap wajah cemas Angela dengan sorot hangat netranya.
Angela masih terdiam. Sejenak kemudian dia mulai menanggah pada pria jangkung di depannya itu.
"Biarkan aku pergi, Darren. Aku mohon..," desah Angela. Suaranya terdengar serak. Tamparan Nyonya Hawk tadi bukan hanya melukai pipinya, tapi juga bathinnya yang terdalam. Tak ada harapan lagi baginya untuk bisa bersama Young Master Hawk itu. Dia tak ingin semakin terluka karena rasa cintanya pada Darren. Angela sadar, dirinya hanya bagaikan pungguk yang merindukan rembulan saja. Dan itu sangat menyakitkan.
Darren hanya terdiam memandangi wajah Angela yang tampak pucat. Dia dapat melihat ada beban yang sangat berat yang sedang dipikul oleh wanita itu. Mungkin Nyonya Hawk sudah mengatakan sesuatu yang membuat Angela sangat terluka. Apakah rencana pertunangan dirinya dengan Xavia? Darren mulai curiga.
"Angela kumohon," pinta Darren masih menggenggam jemari gadis itu dengan eratnya. Dia masih berusaha untuk menahan Angela. Namun Angela segera membuka jemari Darren yang membungkus jemarinya. Perlahan genggaman itu mulai mengendur. Darren menatap Angela dengan wajah yang sedang diliputi kecemasan.
"Biarkan aku pergi, Darren. Berhentilah menyiksaku. Kumohon," lirih Angela dengan air matanya yang tak bisa tertahankan lagi.
Manik mata Darren membulat hampa. Angela segera memalingkan wajahnya dan berjalan melewati sampai menyenggol bahu Darren yang masih berdiri mematung.
Darren menjatuhkan lututnya pada lantai. Kedua tangannya mengusap kasar wajahnya. Kemudian mengacak-acak rambutnya. Untuk pertama kalinya ia melihat Angela sangat hancur. Dan bukan hanya Angela, hatinya pun sangat perih karenanya. Apa yang sudah ibunya katakan pada Angela sampai-sampai membuat kekasihnya itu sangat terluka, namun Darren tak mungkin menyalahkan ibunya. Dia tak punya nyali untuk itu.
"Angela maafkan aku," sesal Darren dengan perasaannya yang sangat berkecamuk kacau balau.
Rasa cintanya memang sangat besar pada Angela. Namun dirinya tak mungkin bisa melawan ibunya. Darren merasa sedang dihadapkan pada sebuah dilema dan cinta yang rumit. Akan sanggupkah dirinya bertahan? Ataukah ini adalah saatnya di mana hubungannya dan Angela memang harus berakhir.
Angela mengusap kedua pipinya. Langkahnya terayun cepat meninggalkan apartemen Darren. Betapa sakit hatinya saat ini. Teganya Nyonya Hawk sampai memintanya untuk menjual cintanya pada Darren, dengan menawarkan sejumlah uang.
Dirinya memang orang tak punya, tapi bukan berarti ia mengincar harta dengan mendekati Darren. Dia sungguh mencintai Young Master Hawk itu, tanpa menginginkan uangnya sama sekali.
Meski sudah sering kali mendapatkan penghinaan seperti ini. Tapi kali ini Angela sadar. Dirinya memang tak bisa bersama Darren. Cintanya tak mungkin berhasil sampai ke pelabuan pernikahan. Tapi meski begitu, hatinya sangat sulit untuk bisa melepaskan Darren begitu saja.
Hati itu seolah begitu rapuh tanpa adanya sosok Darren di dalamnya. Bodoh. Dirinya memang sangat bodoh. Harusnya ia tinggalkan Darren sedari dulu, sebelum semuanya menjadi rumit begini. Tapi sekali lagi, dirinya benar-benar tak bisa berpaling dari Darren. Bahkan ia sudah menyerahkan segalanya pada Young Master Hawk itu.
"Oh Tuhan, andaikan hati terbuat dari logam, mungkin takkan begitu rapuh seperti ini." Angela menangis lagi sembari duduk di dalam taksi.
Hatinya sakit sekali bagai tertusuk ribuan pedang. Ingin rasanya ia menjerit sekuatnya. Namun itu takkan bisa merubah kenyataan. Dirinya dan Darren memang berbeda. Mereka takkan mungkin bisa bersatu.
"Nona, anda baik-baik saja?" tanya sopir taksi yang sedang mengemudi. Dia sedikit heran karena wanita di bangku belakangnya itu terus menangis sedari tadi. Mungkinkah sedang putus cinta? Atau kehilangan pekerjaan? Si sopir taksi hanya bisa menerka-nerka saja. Sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya.
"I'ts oke. Aku baik-baik saja. Antar aku ke apartemen Victoria, Pak!" sahut Angela. Dia segera menyeka kedua pipinya dan melempar pandangan pada jendela mobil.
"Baik, Nona." sopir taksi menambah kecepatan.
Angela menghela napas. Dadanya sesak sekali seolah tertimpa batu yang sangat besar. Tidak, tidak, dirinya harus kuat. Ya, dirinya harus kuat.